10. Perhatian kecil

5 0 0
                                    

"pergi adalah seni, untuk menyadarkan mereka yang tidak bisa menghargai"
-Vanya Xellyncia



"rin, lu ada charger ga?" tanya vanya kepada aerin yang saat ini sedang menjadi biduan dadakan dikelas mereka

jam terakhir mereka lalui tanpa adanya guru, bisa dibilang jamkos atau jam kosong. maka dari itu aerin memutuskan untuk membuat konser saja bersama teman kelas lainnya, bahkan kini nazwa sedang twerk diatas meja sedangkan fanny hanya duduk dikursi guru sambil merekam tingkah konyol teman-temannya itu

biasanya vanya akan ikut bergabung dengan mereka semua tetapi entah mengapa gadis itu rasanya tidak ada minat untuk bergabung. dengan alasan utama, nanti rivan akan menyangka dirinya cari perhatian ke pemuda itu, pede banget!

"nih" vanya menoleh dan menatap changer berwarna hitam yang disodorkan oleh rivan itu

"ga usah, makasih" tolak gadis itu kemudian kembali duduk di mejanya sambil memopang dagu, rivan hanya merotasi kan matanya melihat vanya

tak terasa tiga puluh menit berlalu, bell pulang pun sudah berbunyi. aerin oun segera memberikan speaker yang ia pinjam di fariz itu, satu persatu murid-murid pun keluar dari kelas dan kini dikelas hanya tersisa vanya dan para minion nya saja

"gue ada rapat osis, duluan ya" ujar fanny

"nah gue juga, ada latihan volly" timpal aerin yang mulai mengemasi barang-barangnya

nazwa dan vanya hanya mengangguk kemudian melenggang pergi meninggalkan aerin yang masih berada dikelas untuk berganti pakaian volly

"JAN LUPA TUTUP PINTUNYA!" teriak aerin yang dilakukan oleh vanya

keduanya berjalan santai ke koridor yang masih terdapat para murid-murid lainnya

"naz!" sontak kedua gadis itu menoleh dan mendapati pian dibelakang mereka

"apa?" balas nazwa menaikkan sebelah alisnya

"pulang bareng yuk"

nazwa mengulum bibirnya dengan pipi yang merona, pasalnya gadis itu sejak dari dulu menyukai pian secara diam-diam. vanya yang mendengar itu langsung menggoda nazwa

"ciye ciyee, diajak pulang bareng nih yee" pipi nazwa semakin memerah mendengar itu, lalu tanpa sadar dia mengiyakan ajakan pian itu

"sorry ya nya, gue ninggalin lu"

"ga apa-apa kok"

"yodah, dadah"

vanya hanya tersenyum saat nazwa dan pian pun mulai melenggang pergi, ia kembali melangkah untuk keluar dan menuju gerbang sekolah

saat gadis itu sudah didepan gerbang ia baru ingat akan sesuatu

"gue baru ingat anjir! baterai handphone gue low, gimana caranya gue pulang ya" batin gadis itu, ingin masuk kembali mencari dua sahabatnya tapi ia terlalu malas untuk mencarinya

"aduhh gimana ya" gumam gadis itu

beberapa menit ia berdiri tetapi tidak adapun seseorang yang menawarkan dia tumpangan

Vanya XellynciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang