13. Pilu

4 0 0
                                    

"pernah ga sih lu nangis bukan gara-gara orang? tapi karena kasian ma diri sendiri?"
-Vanya Xellyncia



vanya dan fanny berjalan penuh bangga menuju meja nazwa dan aerin itu, vanya memamerkan es kepalnya dihadapan aerin yang sedang menyantap bakso kuah pedas dengan keringat sebesar biji jagung yang membanjiri pelipisnya.

"apaan sih lu ah, sshh hahh" ketus aerin menyeruput es teh segarnya "ahh" aerin mengusap leher jenjangnya memasang ekspresi lega yang dibalas cibiran oleh nazwa

"yauda sih" vanya memutar bola matanya kemudian merogoh saku seragamnya guna ingin mengecek isi dompetnya itu "anjir! duit gue sisa segini dong? mana papa udah jarang ngirimin gue duit lagi, pulang sekolah gimana cara gue pulang ya?" batin vanya dengan pikiran kalutnya, beberapa bulan akhir-akhir ini memang papa gadis itu sudah jarang mengirimkan sang anak uang kebutuhan

"emm...rin, pulsek gue boleh nebeng lo ga?" sontak ketiga sahabatnya itu menghentikan aktivitas mereka dan menatap vanya penuh tanda tanya

"tumben?" tanya nazwa

"eee u-uang gue kayaknya jatuh deh tadi jadi ga cukup buat bayar gojek" vanya meremas jari-jari cemas, semoga ketiga sahabatnya ini percaya dengan alasan konyol nya

"boleh aja sih, tapi ada syaratnya" aerin tersenyum miring sambil mengusap dahinya menggunakan tissue

"yeuuhh apaan?" vanya memasukkan sebuah es batu yang cukup besar kedalam mulutnya yang membuat pipinya menggembung lucu

"nanti bantuin gue nge-nyelesaiin tugas seni itu, oke?"

"yaelwahh kirain apwa, bweres mwah itwu"



disisi lain, tepat disebuah rooftop sekolah. beberapa kumpulan pemuda sedang duduk dilantai rooftop beralaskan karpet, mereka semua memang menjadikan rooftop ini sebagai tempat tongkrongan pribadi, selain tempatnya adem mereka juga bisa beristirahat disini jika sedang bolos mapel.

"bro, gimana? udah nemu target belum?" tanya pemuda yang sedang bermain gitar kepada temannya yang rebahan sambil menutup kedua matanya

"lu kagak tau ya nat? si eca mah udah dapet cewek jir, mana cantik banget lagi" timpal pemuda yang duduk dipembatas rooftop sambil mengunyah permen karet

"masa sih?"

"lu cenayang ya? tau dari mana?" tanya pemuda yang dipanggil eca itu ketus

"lu kagak ingat apa? gue juga diundang kali ke acara ulang tahun sepupu lo itu, kan gue mantannya" pemuda yang mengunyah permen karet itu, bernama dion

"widihh, udah jadian ga ca?" celetuk pemuda bernama fael

"belum sih" eca berujar lesuh

"kali ini, apa yang lu inginkan dari terget lu itu? harta? kecantikan? status? karir? atau... tubuh?" pemuda yang bernama nathan menyahut, seharusnya ia tak mengatakan itu... muka eca kini sudah memerah menahan amarah

"jaga mulut lo anjing!" bentaknya yang membuat nathan kicep "gue targetin dia karena alasan lain" eca memandang penuh obsesi foto gadis yang menjadi topik mereka itu, dion dan fael bergidik ngeri melihat nya

"ingat ca, cinta dan obsesi harus bisa lu bedakan. jangan cuma mentingin keinginan" ucap teman mereka yang satunya lagi, petra. hanya dialah pemuda yang irit bicara di geng mereka ini

Vanya XellynciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang