40. Luapan Isi Hati

13.7K 1.6K 348
                                    

Hai Readers Tercintaa
Jangan lupa Vote dan Komen ya!
Awas Typo!!

Hai Readers TercintaaJangan lupa Vote dan Komen ya!Awas Typo!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Previously

"Aska!" Protesan Alan diabaikan oleh Aska. Alan adalah orang yang tidak ingin di nilai buruk oleh orang lain. Makanya selalu tampil berwibawa di depan umum merupakan kewajiban.

"Hey, tuyul! Maksudku Varel, coba lihat kemari,"

Varel yang merasa terpanggil sontak menarik diri dari ceruk leher Arthur sambil mengusap hidungnya yang berair. Mulutnya masih mencebik dengan pipi gembulnya yang memerah.

"Nah, Varel... ini Bang Alan dan Alan, ini Varel... adik bungsu kita. Anggota keluarga baru," ucap Aska tanpa beban.

🧸🧸🧸

Bagian 40

Varel menatap Alan tepat pada mata biru kelamnya yang tampak memberi tatapan tajam. Tubuh pria di hadapannya sedikit lebih pendek di banding Aska namun tubuhnya propisional. Pria itu hanya memandang Varel tanpa berniat mengucapkan sesuatu.

"Hai, calam kenal. Nama Lel." Varel mengawali percakapan.

Varel menunjukkan senyum menawan yang biasa dia berikan kepada Daddy dan saudara-saudaranya.

"Em, bang Alan?"

Alan menghembuskan napas sejenak "Yah, aku Alan. Senang bertemu denganmu," ujar Alan seraya mengalihkan pandangan ke wajah Arthur.

Varel mengikuti arah pandang Alan dan mendapati Arthur yang malah menatap padanya sambil tersenyum membuat bibir Varel tertarik naik.

"Bang Alan, Dada!"

"Iya, Sayang. Itu Alan, abang Varel juga," balas Arthur setelah meninggalkan kecupan ringan di sebelah pipi Varel.

Varel mengangguk-anggukkan kepala "Lel puna banak abang,"

"Walau Varel punya banyak abang tapi bang Varo akan tetap menjadi abang kesukaan Varel, kan?" celetuk Varo, berjalan dengan tergesa ke arah depan.

"Eits, kita kembar berarti aku juga abang kesayangannya," Vian menyela, ikut merengsek maju. Tak ingin kalah.

"Apa-apaan kalian! Hanya aku yang pantas menjadi abang kesayangan bocah manis itu!" Arvind ikut nimbrung dengan wajah kesal dia mendorong kedua adiknya agar tidak menghalangi jalan.

Perdebatan mereka bertiga terus berlanjut tanpa mempedulikan jawaban seperti apa yang akan diberikan oleh orang yang menjadi sumber kegilaan mereka.

VAREL (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang