Chapter 17

48 32 56
                                    

***
.
.
.
Sebelum lanjut membaca, jangan lupa untuk vote dan juga sampaikan kritik dan juga saran di kolom komentar yaaa..😍
.
.
🌷🌸💮 HAPPY READING 💮🌸🌷

***

"Del... aku mau minta tolong sama kamu. Aku benar-benar butuh bantuanmu Del," Pintaku pada Delia.

Aku benar-benar tidak tahu jika aku ternyata bekerja di satu perusahaan yang sama dengan sahabatnya Iren. Aku berencana mencari tahu tentang kabar Iren lewat Delia, namun disisi lain aku pun tahu bahwa Delia tidak akan semudah itu untuk membeberkan informasi terkait Iren saat ini.

"Aku cuman mau tanya dua hal sama kamu tentang Iren, dan aku harap kamu mau jawab pertanyaanku dengan jujur."

Aku menatap mata Delia dan berharap, bahwa dia mau menjawab pertanyaan yang akan aku tanyakan padanya. Delia menghela nafas cukup panjang sembari mengangkat halisnya.

"Mau tanya apa?" Jawabnya singkat dengan memberiku tatapan sinis yang mengekspresikan bahwa dia malah berinteraksi denganku.

"Yang pertama, apa sekarang Iren udah nikah? Tunangan, udah di lamar, atau semacamnya lah. Dan yang kedua, kamu tau alamat rumahnya gak?-"

Belum sempat aku melanjutkan pertanyaanku, tiba-tiba Delia memotong ucapanku dengan menggebrak meja kantorku, dan menjawab pertanyaanku dengan nada yang sangat kesal.

*BRAK
*Suara gebrakan meja

"Hah? Alamat rumahnya? Untuk apa, hah?"

"SEKARANG KU TANYA, UNTUK APA!? JAWAB!"

Dia menjawabku dengan nada tinggi dan berteriak, seakan tak terima bahwa aku menanyakan kabar sahabatnya kembali setelah aku mematahkan hati sahabatnya itu.

Aku yang melihat bahwa Delia tidak menyukai akan pertanyaan yang aku tanyakan padanya, aku berusaha untuk menjelaskan maksud dari pertanyaanku itu padanya dan mencoba untuk menenangkan Delia yang tengah marah padaku.

"Oke-oke akan ku jawab, tapi apa kamu gak bisa lebih santai?"

"Aku tau kalau aku udah bikin dia kecewa pas waktu itu. Tapi aku nanya sama kamu kayak gitu, itu bukan semata-mata buat aku aja, tapi buat kebaikan dia juga Del," Jelasku padanya.

"Hah? Kebaikan dia katamu?"

Delia tertawa kecil dan memutarkan bola matanya saat mendengar jawaban dariku.

"Buat kebaikan dia atau buat keuntungan lo doang? HAH!?"

"Buat kebaikan dia Del. Karena aku yakin kalo sampe sekarang dia masih nungguin aku," Jelasku padanya.

Delia hanya terdiam dan terkejut setelah mendengar jawabanku. Dia terdiam dan menatapku seakan tak percaya akan keajaiban yang ia lihat. Pasalnya dia mengingat bahwa Iren selalu bercerita kepadanya tentang diriku.

***

flashback on

Saat itu aku melihat Iren duduk di teras halaman rumahnya dan di temani secangkir kopi yang sedang ia genggam dalam pangkuan cawan, dan juga buku yang ia baca dimeja sampingnya.

Aku menginap di rumah Iren karena aku diundang untuk turut hadir di pernikahan kakaknya. Aku menghampirinya dengan tersenyum kecil.

"Kayaknya kamu suka banget ya liat bulan, ren? Aku menghampirinya sembari duduk disampingnya.

Iren pun menoleh padaku dan tersenyum dengan sangat manis kala itu.

"Iya. Bulan itu indah dan pasti yang menyukainya tak hanya aku saja, pasti banyak manusia lain yang tinggal di belahan bumi lain yang menyukainya," Jawabnya.

"Sama halnya kayak 'dia'. 'Dia' begitu indah, jauh, dan tak bisa ku genggam layaknya bulan yang sering aku pandang setiap malam." Jelasnya padaku.

Aku hanya terdiam dan menatap wajah Iren. Aku tak mengerti, mengapa ia bisa sejatuh cinta pada pria yang tidak memberinya rasa cinta. Dan bahkan pria yang hanya memberinya luka.

"Kamu masih ngarep sama dia?" Tanyaku padanya dengan penuh rasa penasaran.

Iren pun tertawa kecil.

"Enggak, tapi aku yakin suatu saat nanti aku akan bertemu dengannya di lain waktu. Dimana kami berdua udah sama-sama udah mapan, yakin sama diri sendiri, dan yang jelas udah selesai sama masalalu masing-masing."

"Aku juga yakin, suatu saat dia disana bakalan jatuh cinta padaku," Lanjutnya sembari menoleh ke arahku dan tersenyum manis.

flashback off

***

"Nih, saya kembalikan dokumen yang kamu bawa. Saya juga udah cek dan gak ada kendala apapun di laporan, jadi kamu boleh kembali ke ruanganmu."

Lamunanku buyar akibat ucapan Salman padaku sembari mengulurkan tangannya padaku dan memberikan lembaran dokumen yang aku berikan padanya kemarin sore.

Akupun tertawa kecil, karena masih tak menyangka bahwa saat ini aku tengah melihat seorang Pria yang pernah menyakiti hati sahabatku, kini justru mencintainya.

Aku hanya mengangguk dan berjalan meninggalkan ruangan milik Salman.

Saat aku sudah keluar dari ruangannya dan menutup pintu ruangan tersebut, langkahku terhenti sejenak dan berpikir "Apakah ini jawaban dari segala doa-doa yang kau panjatkan setiap malam, Iren?"

Aku menggelengkan kepalaku dan tersenyum. Yah... semoga ini awal dari kebahagiaanmu, Iren.

***

Aku menghela nafas dan menyenderkan tubuhku pada kursi. Aku benar-benar tak tahu apa yang harus aku lakukan untuk mencari tahu keberadaan Iren sekarang ini.

 Aku benar-benar tak tahu apa yang harus aku lakukan untuk mencari tahu keberadaan Iren sekarang ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku meraih ponselku, dan membuka salah satu roomchat ku dengan seseorang. Aku memandangi nya cukup lama.

"Iren, tunggu aku sebentar lagi ya. Aku akan menjemputmu."

***Bersambung***
.


.
.

Akankah Salman berhasil untuk menjemput pujaan hatinya? Tunggu Chapter selanjutnya ya...😗💗

.
.
.
***

Cahaya Doa-doa Malam [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang