Chapter 22

11 2 0
                                    

***
.
.
.
Sebelum lanjut membaca, jangan lupa untuk vote dan juga sampaikan kritik dan juga saran di kolom komentar yaaa..😍
.
.
🌷🌸💮 HAPPY READING 💮🌸🌷

***

"Ini mas cincinnya dan terimakasih sudah berbelanja disini, silahkan datang kembali."

Pelayan itupun menyerahkan cincin tersebut setelah aku membayar nya. Cincin tersebut tampak sangat mewah dan cantik sekali, ia di tutupi dengan sebuah kotak kecil yang transparan. Sehingga, keindahan cincin tersebut pun bisa terlihat dengan sangat cantik dari luar.

"Makasih ya mbak," Jawabku padanya sembari tersenyum kecil.

Aku dan Rio pun meninggalkan pelayan tersebut dan berjalan keluar menuju motor yang terparkir di depan toko itu.

"Elu gak salah tadi bayar cincin itu dengan harga segitu sal?" Tanya nya dengan rasa penasarannya.

"Enggak. Bapak tua tadi aja bilang kalo ini cincin istimewanya dia, masa gua beli dengan harga murah? Yang bener aja lah." Jawabku sembari tertawa kecil.

"Gue gak nyangka, ternyata elu banyak duit juga ya sal. Boleh lah pinjem seratus," Ucapnya sembari tersenyum menampakkan giginya.

"Mulai, mulai. Padahal aset dimana-mana juga banyak elu."

"Kebiasaan lu suka merendah untuk meroket, gak baik Yo." Lanjutku padanya sembari berjalan agak cepat dan meninggalkan Rio di belakangku.

"Ya bukan itu maksud gue, ah."

Saat hendak mengenakan helm, Rio tiba-tiba bertanya padaku.

"Eh, terus sekarang kita ngapain?"

"Sekarang mending kita balik ke rumah, terus istirahat. Inget, besok kita harus bangun pagi buat bisa sampe di stasiun tepat waktu," Jawabku sambil mengenakan helm.

Rio hanya mengangguk dan mengenakan helmnya.

***

*Kring...Kring...
*Suara telepon

Aku memandang layar handphoneku dan membaca nama kontak yang meneleponku.

"Wah... Assalamu'alaikum Prita..."

"Hihi, Wa'alaikumsalam. Gimana kabar kamu? Aku kangen banget sama kamu tau gak, udah lama gak ngobrol sama kamu."

Ternyata Prita yang meneleponku. Aku benar-benar senang saat menerima telepon darinya. Itu karena aku dengan Prita sudah jarang mengobrol semenjak lulus kuliah. Kami jarang mengobrol karena ternyata Prita sekarang bekerja di salah satu perusahaan yang ada di Belanda. Yap, karena perbedaan negara itulah yang menyebabkan aku dengan Prita jadi jarang mengobrol. Perbedaan waktu antara Indonesia dengan Belanda itu ±6 jam. Ya... bisa dibilang disaat Prita santai dan sedang ada waktu, tapi aku memiliki kesibukan. Dan disaat aku ada waktu luang, justru Prita yang sedang sibuk disana.

"Sama aku juga kangen banget sama kamu. Eh, kamu ini lagi free kan?"

"Iya dong, makanya aku telpon kamu."

"Oh iya, aku telpon kamu tuh sebetulnya mau ngasih kabar sesuatu sih," Lanjut Prita bercerita.

"Uh... apa tuh...?" Tanyaku dengan sangat bersemangat.

"Hari Minggu aku pulang ke Indonesia, Yeay... Aku mau langsung ketemu kamu deh rasanya. Kalo aku turun di Bandara Adisutjipto gimana? Atau kamu ada kesibukan?"

"Wah... boleh banget dong. Kira-kira kamu sampe sini jam berapa? Nanti biar aku jempu."

"Ya kan seharian, paling aku nyampe nya Senin. Tapi nanti aku kabarin lagi deh ya, soalnya nanti kan aku pasti istirahat dulu kan karena perjalanan nya kan jauh."

"Okey, gampang. Nanti kamu tinggal kabarin aku aja ya."

"Okey."

Setelah Prita memberi tahu ku tentang kepulangannya ke Indonesia, kamu pun bercerita cukup lama sampai akhirnya Prita meminta izin untuk mematikan telepon nya karena ia akan berangkat kerja.

Saat telpon sudah di tutup, akupun buru-buru untuk memberitahu kepada Bunda bahwa Prita akan menginap di rumahku nanti.

"Bunda..., Bunda, Bunda," Ucapku pada bunda sembari berlari kecil menghampiri bunda yang tengah duduk manis di sofa.

"Apa sih, manggil sambil lari-lari kayak anak kecil aja. Kenapa?"

"Bunda, nanti hari Senin deh ya kayaknya, Prita mau pulang ke Indonesia. Jadi nanti dia mau nginap di rumah kita dulu, gapapa kan ya? ya, ya, ya?" Pintaku pada Bunda.

"Oh Prita pulang? Boleh banget dong, nanti mama bakalan beli cemilan buat kalian berdua besok ya."

"Dateng nya Senin apa dari sananya Senin?" Lanjut Bunda bertanya.

"Dari sana Minggu, terus nyampe sini nya Senin Bun."

"Aduh, sekarang udah Sabtu ya. Ya udah besok Bunda pagi-pagi belanja beli cemilan ya."

"Oke, makasih Bunda sayang."

Aku pun memeluk Bunda setelah mendengar bahwa Bunda mengizinkan Prita untuk menginap di rumahku selama satu hari. Sebetulnya aku tidak heran sih, karena Bunda pun tau kalau Prita adalah sahabatku saat aku masih kuliah dulu. Dan Prita juga sering main ke rumahku saat kami masih kuliah dulu.

***

"Woy... ngelamun aja lu. Pasti udah gak sabar buat ketemu calon bini elu ya?"

Rio mengagetkanku saat aku sedang duduk bersantai, sembari memandangi cantiknya cincin yang aku beli saat siang tadi di teras belakang rumah dan menikmati angin sore. Aku agak sedikit terkejut lantaran Rio mengagetkanku sembari menyikut pundakku.

"Aduh... lu ganggu orang aja sih heran gua."

"Ye... ya lagian elu, sore-sore gini mana udah Maghrib malah ngelamun di luar."

"Elu kek emak-emak aja si ah bawel."

"Bukan gitu sal, tapi emang kalo di luar menjelang Maghrib tuh gak bagus. Mas agitu doang lu gak tau sih? Heran gue."

"Tau sih, cuman ya enak aja duduk nyantai disini."

*Allahuakbar Allahuakbar
*Suara Adzan

"Noh adzan Maghrib, udha ayo buru di dalem ah."

Ucap Rio sembari menarikku untuk masuk ke dalam rumah.

"Iya iya duh... sabar."

Adzan Maghrib sudah berkumandang, dan aku dengan Rio pun memutuskan untuk sholat bersama. Saat sholat, aku yang menjadi imam dan Rio menjadi makmum di belakangku. Dan saat sholat Maghrib selesai aku berniat untuk berdzikir terlebih dahulu. Tiba-tiba Rio di belakangku menepuk pundakku dan berbicara padaku.

"Eh aku selesai duluan ya, mules cuy."

Aku menoleh ke arahnya dan mengagungk kecil. Rio pun langsung lari terbirit-birit menuju kamar mandi.

Setelah selesai dzikir akupun berdoa.
"Ya Allah, ya Rahman ya Rahim. Engkau lah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ya Rabb, hamba memohon padaMu, untuk permudahkan hamba dalam menemui dia salah satu hambaMu yang membuat hamba jatuh hati kali ini. Ya Rabb, hamba tidak tau posisi dai sekarang apakah sudah ada yang memiliki atau belum, namun ya Rabb jika dia belum ada yang memiliki, tolong jaga kan ia sebagaimana Engkau menjaga hamba disini, lindungilah ia sebagaimana pula Engkau melindungi hamba disini, dan ya Allah. luluhkanlah hatinya untuk hamba. Karena sejatinya hanya Engkaulah Sang Pemilik Hati manusia."

Belum selesai aku berdoa, Rio ternyata sudah kembali dan berdiri di depan pintu kamarku yang sedang mendengar aku berdoa.

"Aamiin. Pasti ketemu, gua yakin."

Aku menoleh ke arah Rio dan tersenyum.

"Semoga ya Yo."

***Bersambung***
.
.
.
.
.
Wah kira-kira besok Salman bisa nemuin Iren gak ya? 🥺
Pantau terus cerita aku ya, karena besok itu bakalan chapter yang bikin menegangkan 😍
Jangan lupa untuk vote dan juga komen ya
Trimaaciwww😗💗

Cahaya Doa-doa Malam [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang