***
.
.
.
Sebelum lanjut membaca, jangan lupa untuk vote dan juga sampaikan kritik dan juga saran di kolom komentar yaaa..😍
.
.
🌷🌸💮 HAPPY READING 💮🌸🌷***
Tak terasa 5 tahun sudah berlalu. Kini aku bekerja di salah satu perusahaan besar yang ada di Jakarta. Satu tahun yang lalu aku telah selesai menempuh pendidikanku dan menyandang gelar sarjana. Yang berarti, usaha ku untuk mewujudkan cita-cita mama sudah tercapai.
Kini bergantian dengan adikku, namun adikku bernasib jauh lebih beruntung daripada aku. Pasalnya, dia mendapat beasiswa di salah satu Universitas yang ada di Australia. Dan mama, ia masih mengurus usaha kue miliknya. Usaha milik mama kini sudah meluas, dan bahkan kini ia memiliki beberapa cabang yang tersebar di Riau.
Mama juga berencana untuk membangun cabang barunya di Jakarta, dengan alasan agar ia bisa mendampingi ku disini.
Di usiaku yang menginjak 28 Tahun ini, aku yakin kalian sudah bisa menebak apa problem yang sedang aku alami. Yap, omelan mama yang terus bertanya padaku perihal "Kamu kapan nikahnya?" Dan sampai saat ini aku belum bisa menjawab pertanyaan mama.
Semenjak aku di Jakarta, aku berpisah dengan Rio dan aku juga belum bertemu dengannya lagi setelah satu tahun berpisah. Namun walaupun begitu, komunikasi dengan Rio masih terjalin dengan baik. Rio kini sudah menikah dan dikaruniai satu orang anak perempuan yang lucu. Kadang, saat kami sedang mengobrol lewat handphone, tak jarang anaknya selalu memanggilku. Rio pun sama halnya dengan mama, dia selalu bertanya "Ehh kapan nyusul? Jangan bilang masih gamon lu." Hahaha, padahal tidak. Justru saat ini aku sedang memperjuangkan seseorang, namun aku tidak tau harus memulainya dari mana.
*Kriiingg..Kriiingg...
*Suara notifikasi handphoneSuara handphone ku memecahkan lamunanku saat bekerja. Sebenarnya aku pun tak mengerti, apa yang sedang aku lamunkan pada saat itu. Aku menoleh ke handphone ku, dan melihat siapa yang menelepon ku. Dan ternyata mama yang menelepon ku.
"Assalamu'alaikum, hallo maaa."
"Wa'alaikumsalam. Gimana salll soal toko kue mama di sana? Udah sampai mana tahapannya?"
"Ohhh, Alhamdulillah udah 80% maaa. Tinggal ngechat tembok sama kasih ornamen-ornamen aja. Kalo mama mau request atau mau pilih sendiri, gimana kalau mama aja yang kesini? Biar enak. Nanti salman pesenin tiket pesawat nya dari sini."
Jelasku pada mama."Aduh mama gak bisa salll, mama disini juga repot karena pesenan mama juga lagi banyak, terus juga besok kan adik kamu pulang, jadi ya mama gak bisa kesana. Mama percayain aja semuanya 100% sama kamu yah, mama cuman mau nanya aja sekalian ngecek kamu masih hidup apa enggak." Jawab mama padaku
"BUSEETTTT... Segitunya bener ma."
"Ya takutnya kamu galau gitukan, umur udah segitu belum juga ketemu jodoh. Terus kayak kasus-kasus yang lagi banyak banget sekarang nih, pada mengakhiri hidup kan?"
"Iya-iya bulan September nanti Salman nikah! Dah ah Salman mau lanjut kerja. Assalamu'alaikum." Jawabku sembari menutup telpon dengan rasa kesal pada mama.
"Apaan si mama nikaaahhh mulu. Aku juga kalo ketemu 'dia' udah dari kemarin ma nikahnya juga." Ucapku berbicara sendiri sembari memandangi handphone ku.
Aku membuka WhatsApp dan memandangi salah satu nomor yang masih aku simpan. Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri. Kiranya, ia disana sedang apa ya? Bagaimana kabarmu? Atau, justru sekarang kamu sudah menikah?
"Aduhh ya Allah, mana tadi aku udah ke ucap bulan September lagi. Sedangkan sekarang udah Juni. Wahh kacau, ini pasti mama bakalan bawel sih kalo sampe aku cuman omong doang." Aku berbicara pada diri ku sendiri.
Entah setan apa yang membuatku berbicara bahwa aku akan menikah bulan September. Padahal, sekarang sudah bulan Juni. Aku tiba-tiba melamun kembali atas kebodohan yang telah aku lakukan. Ayolah, memangnya bisa kau bersiap selama 2 bulan? Padahal, bertemu dengan 'dia' saja kau belum sal.
Akupun kembali berfokus pada kerjaanku. Yahh... walaupun fokus ku agak sedikit buyar karena kelakuan bodoh ku yang tak sengaja mengucap akan menikah di bulan September pada mama.
***
Tak terasa, waktu pun menunjukkan bahwa sudah saatnya aku pulang. Aku pun bergegas bersiap dan merapihkan meja kantorku agar aku bisa segera pulang. Saat semuanya sudah rapih dan bersih, akupun beranjak pergi meninggalkan ruangan kerjaku.
Saat aku keluar menuju pintu, tiba-tiba aku tak sengaja menabrak salah satu karyawan.
*Bruk..
"Astaghfirullah maaf pak saya tidak sengaja." Ia menabrak ku dan membuat dokumen yang ia bawa pun berjatuhan di lantai.
"Iya-iya gakpapa, santai saja." Jawabku dan membantunya memungut dokumen yang berserakan di lantai.
"Kenapa kamu mau ke ruangan saya?" Tanyaku padanya lantaran heran, mengapa ia mau memberiku sebuah dokumen disaat jam pulang.
"Maaf pak, tadi ada kendala sedikit. Jadinya, saya baru bisa ngasih dokumen ini ke bapak jam segini." Jawabnya
"Ohh.. oke gapapa. Saya terima dokumennya, tapi kita bahas besok saja ya. Karena sekarang sudah waktunya pulang." Jelasku padanya.
"Baik pak, kalo begitu saya permisi."
Ia pun berlalu meninggalkan ku di depan pintu ruanganku. Akupun berbalik memasuki ruangan ku kembali untuk meletakkan dokumen tersebut di meja kantorku. Tiba-tiba akupun tersadar akan suatu hal.
"Loh, dia tadi namanya siapa ya? Gimana aku mau panggil dia besok untuk ke sini, aku aja namanya gak tau." Ucapku pada diriku sendiri sembari salah satu tanganku memegang kepala karena kebingungan.
***Bersambung***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Doa-doa Malam [End]
RomansaDalam remang cahaya keimanan, gadis ini membangun cerita cinta yang terpintal antara ujian dan keikhlasan. Terlahir dari keluarga yang mendalaminya dengan nilai-nilai agama, dia tahu bahwa cinta sebelum menikah adalah ujian yang tidak mudah. Namun...