Chapter 16

57 37 55
                                    

***
.
.
.
Sebelum lanjut membaca, jangan lupa untuk vote dan juga sampaikan kritik dan juga saran di kolom komentar yaaa..😍
.
.
🌷🌸💮 HAPPY READING 💮🌸🌷

***

Lima tahun telah berlalu. Kini, aku membuka usaha toko kue di Jogjakarta. Toko kue ku ini cukup terkenal baik dari masyarakat lokal maupun dari luar kota.

Setelah aku lulus kuliah dua tahun yang lalu, aku jadi jarang sekali bertemu dengan Prita. Disamping sekarang aku pindah rumah dan jarak kami juga terbilang sangat jauh, Prita jarang sekali memiliki waktu luang untuk bertemu. Namun walaupun begitu, komunikasi ku dengan Prita masih baik-baik saja.

Setelah lulus kuliah kemarin, aku bekerja salah satu Bank yang bercabang di Cirebon. Namun, tak lama setelah itu, aku memutuskan untuk berhenti bekerja karena mengurus perpindahan rumahku. Aku pindah ke Jogjakarta bukan karena tanpa alasan. Sebab, ayahku sekarang sudah pensiun dan kami memutuskan untuk pulang kampung saja. Sebelum ayah pensiun, aku dan bunda memang sudah berencana ingin membangun sebuah usaha toko kue. Disamping aku dan bunda yang, yaa... bisa terbilang lumayan jago dalam membuat kue, aku dan bunda juga memiliki mimpi yang sama, yaitu memiliki toko kue.

Setelah aku dan bunda berhasil membangun toko kue ini, aku memutuskan untuk tidak bekerja lagi. Lantaran mengurus usaha kue ini saja membutuhkan waktu dan juga tenaga, yang tak bisa diremehkan.

Dan hari ini, tepat pada tanggal 15 Juni, toko kue milikku ini resmi menginjak 1 Tahun. Dalam rangka Anniversary toko kue milikku ini, aku mengadakan berbagai promo untuk merayakan anniversary kali ini.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oh iya, di toko kueku ini tak hanya menyediakan roti dan cookies saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oh iya, di toko kueku ini tak hanya menyediakan roti dan cookies saja. Tapi kamu juga menyediakan berbagai minuman seperti kopi, teh, dan lainnya untuk dinikmati bersama dengan kue yang ada di toko ku ini.

***

Hari itu aku sangat sibuk. Mempersiapkan kue untuk di taruh di toko, dan aku juga membuat kue pesanan dari luar. Aku merasa bahwa aku tidak akan sempat datang tepat waktu ke toko, aku memutuskan mengabari asisten ku yang sudah stay di toko.

*Tuuut...Tuuut...
*Suara telfon

"Aduhhh kok gak di angkat ya sama Briana." Gerutuku sambil terus berusaha menghubungi Briana.

"Ahhh... mendingan aku chat aja deh, nanti juga di baca."

Kemudian aku mengirim pesan pada Briana, asistenku itu. Aku mengabari bahwasanya, mungkin aku agak sedikit terlambat tiba di toko, karena aku masih mengurus pesanan kue dari luar.

Aku mengurus semua sendiri di hari ini, karena kebetulan bunda dengan ayah pergi berkunjung ke rumah kakakku.

Aku memandangi jam didinding yang ada di depanku. Waktu hanya tinggal satu jam lagi, sedangkan aku belum apa-apa. Bahkan rasanya untuk mandi pun tidak sempat.

"Huft... semoga gak telat banget deh. Aku gak boleh ngecewain costumer ku hari ini." Ucapku pada diri sendiri untuk memberikan semangat pada diriku sendiri.

***

*TOKTOKTOK
*Suara ketukan pintu

"Ya, masuk."

"Assalamu'alaikum pak."

"Wa'alaikumsalam. Kamu yang kemarin ngasih dokumen ke saya kan?" Tanyaku pada perempuan yang kini sedang memasuki ruangan kerja ku.

"Betul pak."

"Oke kalo gitu duduk dulu."

Akupun mulai memeriksa dokumen yang ia bawa kemarin sore. Aku membuka dan juga membaca setiap lembaran yang ada di dokumen tersebut. Namun, tiba-tiba aku teringat suatu hal.

 Namun, tiba-tiba aku teringat suatu hal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh iya, saya belum tau namamu. Nama kamu siapa ya?"

"Delia pak." Jawab nya sembari duduk manis di kursi yang letaknya persis di depanku.

Awalnya aku hanya mengangguk kecil. Namun, entah mengapa aku teringat suatu hal. Aku tahu, bahwasanya orang dengan nama Delia tidak hanya satu, tapi saat itu entah mengapa aku berfirasat bahwa Delia ini adalah sahabatnya Iren yang pernah ia ceritakan dulu padaku.

"Bentar-bentar. Boleh saya tanya sesuatu gak?" Ucapku padanya dengan mengernyitkan halisku.

"Boleh pak." Jawabnya singkat

"Kamu punya temen namanya Iren enggak?"

Dia pun terkejut tentang apa yang aku tanyakan padanya barusan. Dia tidak langsung menjawab pertanyaanku. Mungkin dia berpikir, untuk apa aku bertanya hal seperti itu padanya?
Namun tak lama setelah itu diapun menjawab.

"Eumm... ada pak. Mohon maaf pak sebelumnya, kenapa bapak bertanya ya?" Dia balik bertanya padaku dengan ekspresi kebingungan.

"Temanmu itu pernah cerita tentang laki-laki yang namanya Salman gak sama kamu?" Aku bertanya dengan senyum kecil, sembari memeriksa kembali dokumen yang ia beri padaku.

Ia tak menjawab, ia hanya menatapku sembari mengernyit kan halisnya. Ia bingung, namun ia juga menunjukan ekspresi kecewa yang disertai dengan sedikit kesal.

Aku kembali menatapnya, dan hanya mengangkat halisku sebagaimana pertanda "jadi?" padanya.

Diapun paham atas kode yang aku beri padanya.

"Bapak jahat banget sama sahabat saya," Jawabnya.

"Ayolah, panggil aja Salman. Sekarang kamu sudah tau siapa saya, kan?"

Dia hanya terdiam dan tidak menjawab apapun.

"Dellll, aku mau minta tolong sama kamu. Aku benar-benar butuh bantuanmu Delll."

***Bersambung***

Cahaya Doa-doa Malam [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang