41. Izin Pindah

13.7K 1.5K 161
                                    

Hai Readers Tercintakuu
Jangan lupa Vote dan Komen ya!
Awas Typo bertebaran!

Hai Readers TercintakuuJangan lupa Vote dan Komen ya!Awas Typo bertebaran!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Previously

Layar kembali menghitam. Meninggalkan kesunyian menyelimuti pesta. Alan menghela napas kasar sebelum melirik Varel di sampingnya yang sudah tertidur pulas. Mungkin memang sudah terlalu larut untuk jam tidur balita sepertinya. Mata Alan bergulir dan mendapati mata Arthur yang terlihat mengkristal. Cahaya dari lilin-lilin yang memenuhi panggung dan sekitar membuat Alan bisa memastikan bahwa Arthur benar-benar mengeluarkan air matanya.

Mata Alan melebar sekian centi. Daddy nya entah mengapa sedikit berbeda sejak terakhir mereka bertemu sekitar 3 tahun lalu. Terkesan lebih lembut dan murah senyum. Apalagi sekarang, dengan mata kepalanya sendiri, Alan melihat Arthur menangis tepat dihadapannya.

🧸🧸🧸

Bagian 41

"Varel tertidur, El." Suara Dylan menyentak Arthur dari lamunan.

"Hm," balasnya menggumam tidak jelas seraya memperbaiki posisi duduk Varel agar lebih nyaman.

"Kau menangis?"

Arthur mendengus singkat sebagai tanggapan atas tebakan Dylan. Tidak ingin mengakui hal tersebut. Walau dia yakin, Dylan pasti akan tetap pada pendiriannya.

"Heh, aku sudah bilang untuk tidak menangis, kan?" Suara Dylan terdengar menyebalkan di gendang telinga Arthur.

"Diamlah! Kau mengganggu tidur anakku," katanya mengalihkan topik pembicaraan.

"Kau akan terkejut dengan video yang sudah disiapkan anak-anakmu, El. Mereka sangat berbakat membuatmu kesal," Dylan terkekeh pelan, takut membangunkan si kecil Varel yang tertidur.

"Hm,"

Setelah kegelapan yang sedikit lebih lama, mungkin sekitar empat puluh detik, layar kembali menyala. Lagi-lagi memperlihatkan pemandangan Jade Manor dari luar. Kemudian munculah rekaman cctv saat dimana Arthur membawa Varel ke Mansion untuk kali pertama. Arthur spontan tersenyum lembut. Ingatannya tertarik ke belakang. Hal yang paling di syukurinya adalah kemunculan Varel.

"Bukankah kita harus membangunkan anak itu? Dia pasti antusias melihat wajahnya saat pertama kali memasuki Manor." bisik Dylan.

Arthur menggeleng tidak setuju, dia tidak akan membangunkan Varel yang sedang tidur nyenyak.

Mereka kembali fokus saat rekaman itu berganti ketika Arthur menyuapi Varel di ruang tengah. Terlihat jelas bagaimana raut terkejut para pelayan disana. Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu. Varel sekarang sudah lebih berisi dan sehat sejak pertama kali di bawa olehnya.

VAREL (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang