Otoya Eita - Ex-lover

886 60 3
                                    

Warn: 18+, Kissing Scane

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warn: 18+, Kissing Scane.

Tandai jika ada typo.

...

Jangan lupa vote dan komen.

┅┅┅┅┅┅┅༻❁༺┅┅┅┅┅┅┅

Helaan napas tertahan keluar dari mulut pemuda berambut putih dengan untaian hijau. Sedikit lelah dengan kegiatan hari ini yang sangat padat.

Sepulangnya dari kampus di siang hari ia langsung meluncur ke tempat kerja. Mengabaikan panggilan dari teman-temannya yang mengajaknya pergi bermain. Ia bekerja paruh waktu di mini market. Padahal keluarganya termasuk jajaran ekonomi menengah ke atas, malah bekerja di tengah sibuknya dengan tugas perkuliahan yang mulai banyak.

Saat ditanya alasan ia bekerja jawabnya sih 'mengisi waktu luang'.

Seperti bukan dirinya saja.

Langkah kaki jenjang membawanya pergi menyusuri malam yang sunyi. Insan yang lalu-lalang jelas dapat dihitung jari, mengingat hari sudah cukup larut.

Sedari tadi tak hentinya ia menghela napas kasar. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai macam hal.
Entahlah yang dominan di rasakan saat ini, ia merindukan mantan kekasihnya semasa sekolah dulu. Padahal yang memutuskan pun dirinya sendiri.

Perlu diketahui, dulu dirinya playboy yang simpanannya ada dimana-mana. Tiap seminggu sampai sebulan selalu ganti pacar. Sudah seperti anak kosan yang bayarnya tiap bulan.

Dan hanya dia yang bertahan lama menjalin hubungan dengannya, kurang lebih satu setengah tahun kalau ia tak salah ingat.

Saat putus ia mengira gadis itu akan menangis semalaman dan berujung datang ke sekolah dengan mata bengkak dan sembab seperti mantan-mantan nya yang lain, nyatanya tidak sama sekali.

Ketika berpapasan sudah seperti orang asing yang tak mengenal satu sama lain. Saat itu Otoya Eita merasa ada yang kurang dalam dirinya. Tapi ia menepis itu semua, tidak mungkin ia jatuh cinta pada gadis itu kan?

Sedikit bocoran, saat menjalin hubungan bersama Otoya Eita gadis itu sama sekali tak menaruh rasa dengannya.

Langkah kakinya berhenti di depan bar kecil yang hanya bisa memuat sekitar 5-7 orang. Ia mengerutkan kening.

"Kenapa aku berhenti disini?"

Bertanya pada dirinya sendiri, mengingat bar di depan nya ini adalah tempat yang sering ia kunjungi bersama dengan sang mantan yang tak bisa ia lupakan.

Daripada memusingkan hal itu, Otoya memilih masuk ke dalam bar tersebut. Saat masuk musik klasik langsung menyambut indra pendengar disertai dengan berbagai macam aroma dari minuman beralkohol.

Tapi yang membuatnya terpaku saat ini, beberapa langkah dari tempat ia berdiri. Ia melihat gadis berambut biru panjang sebahu tengah duduk dikursi bar yang tersedia.

Jelas Otoya mengenalinya, itu gadis yang saat ini memenuhi pikirannya.

Merasa diperhatikan, gadis itu menoleh.

"Oh, Eita." Ia sedikit terkejut dengan kedatangan Otoya.

Lantas Otoya mendekat lalu duduk di samping gadis itu. Ia merasa sedikit canggung, karena lama tak berjumpa.

"(Name)"

"Hm, kenapa?"

Otoya terdiam bingung ingin menjawab apa, padahal dalam benak sudah merangkai kata, tapi tak bisa ia ucapkan. Padahal gadis di sebelahnya biasa saja tidak merasa canggung sama sekali dengannya.

Tanpa ia ketahui, (Name) menaikan sudut bibirnya tipis, "Kau merindukanku, hm?" Otoya tersentak karena tiba-tiba (Name) mendekatkan wajahnya didepannya. Tak dapat di cegah, jantungnya berdebar diikuti dengan pipinya bersemu walau terlihat samar.

"Ternyata benar ya." (Name) sedikit terkekeh.

"Sendirian? Pacarmu kemana?"

"Tidak punya." Otoya menjawab setelah dapat mengontrol degup jantungnya.

"Heh, yang benar. Bukannya punya segudang cadangan."

"Itu dulu,"

"Bagus deh." Gumam (Name).

"Kau bicara apa?" Tanya Otoya karena tak mendengar ucapan (Name) tadi.

Bukannya menjawab (Name) meraih tengkuk Otoya lalu menyatukan bibir mereka berdua. Mata Otoya membulat terkejut dengan tindakan mantannya ini.
(Name) menyesap bibir bawah dan atas Otoya. Menggigit gemas agar mendapatkan akses masuk kedalam.

Lidah (Name) dengan lihai mengajak lidah Otoya berdansa. Sesekali mengabsen deretan gigi Otoya, membuat suara cecapan terdengar mendominasi. Dapat Otoya rasakan alkohol yang tadi (Name) minum.

(Name) masih belum melepaskan ciumannya, meraih tengkuk agar semakin dalam lagi. Tak dapat dipungkiri Otoya masih kaget, tapi ia tak bisa bohong kalau ciuman (Name) itu benar-benar memabukkan dan ia juga sangat merindukannya.

Ditempat ini juga mereka pernah berciuman dengan (Name) juga yang mendominasi padahal saat itu ia yang memulainya.

Mereka masih asik dengan kegiatan mereka, padahal sedari tadi ada yang menyaksikan, siapa lagi kalau bukan sang bartender.

"Huh, dasar anak muda yang clbk."

Bartender itu sama dengan bartender yang dulu pernah menyaksikan mereka berdua.

Ciuman itu selesai saat dirasa akan kehabisan napas.

Otoya meraup napas sebanyak-banyaknya, wajahnya merah padam.

"Masih sama." Ucap (Name) seraya menghapus sisa saliva di dagu Otoya.

Cup

(Name) mengecup pipi Oyoya lalu berbisik.

"Kau milikku, Eita."

The End.

Next ➺ Karasu Tabito.

[⏳] 𝐃𝐔 𝐔𝐍𝐃 𝐈𝐂𝐇 ; 𝐁𝐥𝐮𝐞 𝐋𝐨𝐜𝐤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang