Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Warn: 18+, slight nsfw, femdom/gxb
Jangan lupa vote dan komen.
*┈┈┈┈*┈┈┈┈*┈┈┈┈
Barang sejengkal saja yang ia lakukan selalu ada sepasang mata yang mengamati tanpa sepengetahuan.
Kilatan mata penuh damba ingin memiliki sepenuhnya tak dapat dipungkiri. Segala macam cara dengan senang hati dilakukan demi memiliki tambatan hati sepenuhnya---tanpa adanya hama pengganggu.
(Name) menggeram kesal tatkala mendapati kekasih terlihat sedang bersenda gurau bersama dua perempuan di kantin.
Mempunyai kekasih dengan sifat friendly sungguh menguras kesabaran.
Dua pasang mata lain menyadari akan adanya sepasang mata yang mengamati sontak terdiam, melirik ke arah temannya yang sedang berbincang dengan dua lawan jenis belum menyadari.
Pertanda bahaya...
Kakai jenjang itu melangkah masuk area kantin menghampiri meja sang pujaan. "Bachira Meguru." Ucapnya tenang. Lain halnya jika di pendengaran si pemilik asma.
Bachira menghentikan dialognya, terdiam. Dengan gerakan perlahan ia mendongak guna melihat sang pemanggil. Dengan tatapan mata saja ia sudah paham apa maksud dari pemilik netra hijau dengan bulu mata lentik.
(Name) berlalu dari area kantin, diikuti Bachira dan dua laki-laki lain yang turut menyaksikan. Meninggal dua perempuan yang tak paham akan situasi apa yang terjadi.
"Kalian pergi ke kelas duluan. Aku ada urusan sebentar." Ucap (Name). Lalu pergi berlawanan arah meninggalkan ketiga laki-laki yang bersamanya tadi.
Tungkai membawanya pergi menuju taman belakang sekolah, ia menghampiri pemuda bersurai cokelat kemerahan yang sedang duduk di kursi panjang tersedia.
(Name) duduk lalu memeluk pemuda itu dari samping. Tangan pemuda itu tak tinggal diam, dia mengusap kepala yang bersandar di bahunya.
"Sae-chan."
"Hm kenapa, sweetie?"
"Bocah tengil itu membuat mu kesal lagi?"
"Ish, jangan menyebut Megu begitu."
"Iya deh. Si paling bucin."
"Aku punya teman bermain untukmu, ada dua."
"Kenapa tidak kamu sendiri yang melakukannya, sayang."
"Aku sedang malas, lagian kamu pasti suka Sae."
Sae menolak pun tak bisa, "Iya akan aku lakukan untukmu."
Benar, apapun yang diinginkan (Name) dengan senang hati pasti akan dilakukan oleh Sae.
Membuat sang kembaran senang sudah menjadi salah satu tugas untuk Sae. Segala hal yang bersangkutan dengan (Name) pasti ada Sae dibelakangnya.
"Terimakasih, Sae-chan." Ucap (Name) seraya memberi kecupan pada pipi Sae; seperti biasa yang sering mereka lakukan ketika merasa senang.
"Apapun untukmu." Kata Sae.
*┈┈┈┈*┈┈┈┈*┈┈┈┈
Sepulang sekolah, (Name) membawa pergi Bachira pulang menuju apartemen milik mereka bersama.
Ia menarik tangan Bachira dengan kasar berjalan dengan tergesa memasuki kamar.
BRAK!
Bunyi benturan pintu yang ditutup dengan keras bersamaan dengan tubuh yang terhempas membentur pintu tersebut. Bachira menggigit bibir menahan ringisan di tubuhnya.
"Megu, tau kan apa kesalahan yang kamu perbuat?"
Memberontak tak bisa sebab cekalan pada tangan terlampau kuat, padahal ia seorang laki-laki lalu kenapa harus kalah dengan seorang perempuan yang seharusnya tenaga lebih kecil darinya. Namun Bachira sadar jika (Name) berbeda dengan perempuan diluar sana.
"Kanapa diam. Kamu bisu, hmm?"
Bachira masih mengatupkan bibir, ia terlampau takut pada tatapan teduh namun mengintimidasi milik sang gadis.
(Name) berdecak kesal tak mendapati jawaban dari Bachira. Dengan kasar ia menggamit dagu lalu menyatukan bibir, menciumnya dengan kasar. Menghisap dan menggigit bibir untuk meminta akses agar lebih dalam lagi.
Organ tak bertulang saling membelit mengabsen setiap inci tanpa ada yang terlewati. Mencengkram leher pemuda untuk memperdalam lagi cumbuan yang lebih intens dari tadi.
"Nghh~" Desahan lolos begitu saja dari labium pemuda yang masih di cumbu.
Bergerak untuk mendorong pun tak sanggup ia lakukan sebab tangannya masih dipegang kuat di atas kepala dengan satu tangan gadis didepannya sedari tadi.
Cumbuan dilepas. Bachira tak menghilangkan kesempatan untuk meraup napas dalam-dalam. (Name) menarik lengan Bachira menuju tempat tidur lalu menghempasnya ke ranjang begitu saja.
"I will give you a punishment, my little bee."
Jika kalimat itu telah keluar dari labium gadis di atasnya, maka habislah dia.