"Aduh, dada gue sakit."
Terlihat musuhnya dari atas sampe bawah udah beku semua.
[M/n] udah meringkuk kesakitan di sana sambil keluarin ringisan dan umpatan.
Alaric mau bantu [M/n] tapi kakinya beku, mau gimana lagi? Bukan salah dia~
Alaric akhirnya menggunakan sihir api sendiri untuk mencairkan sihir es [M/n], butuh cukup banyak waktu sih ini.
"Alaric... [M/n]...?" Kay akhirnya menatap kedua temannya itu.
"Si bodoh akhirnya sadar kita ada di sini?" Ucap Alaric.
Kay langsung menghampiri [M/n], lalu segera membantunya, menggunakan sihir penyembuh pastinya.
Melihat Kay, [M/n] tiba-tiba nangis.
Alaric dan Kay langsung syok melihat 1 temannya itu mendadak nangis.
"O-Oi! Lo ngapa?" Tanya Alaric yang pastinya dikacangin sama mereka.
Yah, ditanya gitu... [M/n] nangisnya tambah brutal sambil meluk Kay saat dia udah bisa bangun.
"Harusnya lu kalau butuh bantuan bilang aja woi! Usah lu coba-coba bikin surat kek orang mau bundir gitu!" Ucap [M/n].
Kay yang awalnya suram ekspresi datar, akhirnya ketularan [M/n] ikut nangis.
"Maaf, maaf... Gue udah frustasi banget. Ga kepikiran apa-apa lagi."
Mereka pepelukan sambil nangis cukup lama. Tidak peduli dengan Alaric yang sibuk menonton di sana.
"WOI KAY! MASI IDUP LO?!" Tiba-tiba ada 1 manusia lagi yang samperin kamar Kay, dia hampir kepleset si tadi gegara lantai es.
"Telat amat lu. Dah selesai kali dramanya." Ucap Alaric.
[M/n] dan Kay udah lepas pelukannya dan berhenti nangis.
"Gile, jantungan gue liat istananya jadi elsa frozen. Kirain Kay bundir bekuin diri di sini." Ucap orang yang baru datang tadi.
"Alay lu mon." Ucap [M/n].
Simon Kenrich, teman ke-3 [M/n]. Yang dibilang sering cium [M/n] tiba-tiba, lalu buat kehidupannya ga tenang selama di akademi.
"1 kerajaan jadi es batu gini, setelah ini Kay tinggal di mana coba?" Ucap Simon.
"Kan ada gue." Alaric langsung ngerangkul Kay.
"Emangnya gapapa?" Tanya Kay yang kurang yakin, ga enakan dia mah.
"Gapapa lah, gua di sana juga kesepian, gada kawan buat main, sibuk nolep aja selama ni."
[M/n] udah natap sinis ke arah Alaric, cari kesempatan dalam kesempitan.
"Awas aja lu macem-macem." Ucap [M/n] ke Alaric.
"Santai santai." Alaric mukanya udah terpampang seringaian di sana.
"Jadi Kay tinggal di tempat Alaric nih? Gimana kalo [M/n] nginap tempat gue beberapa hari? Dah lama loh kita ga main-main~ gue juga kesepian tauu," ucap Simon sambil angkat dagu [M/n].
[M/n] dengan wajah datar langsung menepis tangan Simon.
"Skip, ga tertarik. Mending balik ke Obelia."
Simon hanya hela napas pasrah saat mendengar Obelia. "Secakep apa si Felix Felix tu?"
"Lu mau tau?"
Simon hanya mengangguk.
"Mau ikut gua ke Obelia? Gue tunjukin seberapa cakep Felix. Kalo udah kalah saing usah lu gangguin gua lagi." Ucap [M/n] masih dengan wajah datarnya.
"Oh, kalau itu gabisa, susah bro. Biasalah, orang sibuk. Gaada waktu, kecuali kalo sekamar sama lu, gas cus langsung." Ucap Simon dengan senyumannya.
"Usah berharap."
"Kurang cakep apa lagi dah gue nih..."
[M/n] akui, Simon emang cakep, tinggi, kaya, berbakat, pintar. Walaupun [M/n] dapat merasakan ketulusan dari Simon, tapi hatinya cuman untuk Felix seorang.
#emen anti oleng
"Udahlah, masalah selesai. Laric, awas lu apa-apain sahabat gue." Ucap [M/n] yang nunjuk ke Alaric sambil natap sinis.
"Gua juga ada urusan, kapan-kapan lagi deh kita reunian lagi." [M/n] berniat untuk meninggalkan istana es itu.
"Oh iya, musuh itu kalian urus a–" [M/n] tiba-tiba merasakan badannya mati rasa.
[M/n] oleng ke samping kanan, Simon langsung menangkapnya sebelum mc kita cium es.
'Cok... Mati ni gua... Belum juga wleo wleo dan nikah sama–' Batin [M/n] yang tidak dapat merasakan badannya sekarang. Mati rasa semua. Dan berakhir pingsan
Tampang Simon Kenrich
KAMU SEDANG MEMBACA
Felix lope lope -[M/n] { Felix X [Malereader] }
Non-FictionEND Saudara dengan Claude, dan jatuh cinta dengan Felix di pandangan pertama~~ kerjaannya tiap hari hanya gangguin Felix dan berusaha membuat Felix tertarik dengan dirinya. Di sini seorang [M/n] ingin menjadi TOP, tapi malah menjadi seorang BOT keti...