23🚨

1.4K 201 13
                                    

[M/n] melihat Obelia dari kejauhan, lalu hela napas pelan. Dia masih bimbang apakah dia benar-benar harus mencoba menghancurkan itu?

Walaupun dia yakin. Sebelum dia menghancurkannya 100%, pasti ada seseorang yang akan mengalahkannya terlebih dahulu.

"Apa yang kau lihat?" Tanya Zevan dari belakang.

Zevan = Kakak laki-laki Felix, antagonis.

"Kenapa kau ingin menghancurkan Obelia?" Tanya [M/n] yang masih penasaran dengan alasannya.

"Kau tidak perlu tau itu."

Terlihat Zevan enggan mengatakan alasannya, [M/n] hanya berdiam.

Sejauh ini yang ia tau hanyalah Zevan awalnya juga tinggal di Obelia, mungkin dia dibuang sama entah siapa?

[M/n] juga memiliki rasa simpati, di buang saat kecil pasti membuatnya sangat susah dan sediki trauma. Apalagi melihat bekas luka-luka yang ada pada wajah maupun bagian anggota tubuhnya yang lain.

Tapi, balas dendan yang dilakukan oleh Zevan juga hal yang salah. Memangnya harus membunuh orang yang tidak terlibat juga?

"Ku pikir kau bakal kabur setelah aku melepaskan Gerald dan Anastacius."

Gerald = anak yang diculik sama Zevan yang ingin [M/n] selamatkan.

"Aku tidak bodoh, kau belum lepaskan mereka sepenuhnya kan?" [M/n] sedikit melirik ke arah Zevan.

Zevan terkekeh pelan. "Pangeran kita sudah lebih pintar ya?" Zevan menunjukkan sebuah alat kontrol.

"Ini terhubung ke badan Gerald, sekali kunyalakan. Bisa saja dia langsung mati karena setruman pada jantungnya."

[M/n] ingin sekali membunuh orang di depannya ini. Tapi dia sadar akan kemampuannya.

"Setelah aku memberontak di Obelia, kau harus melepaskan mereka."

"Tentu saja~ aku ini cukup bisa menepati janji kok."

"Besok, kalau aku kalah?"

Zevan menatapnya tidak suka. "Kalah maupun menang, aku pasti akan melepaskan mereka. Tapi, aku tidak mengizinkanmu untuk kalah, karena kau akan menjadi milikku selamanya setelah itu." Ucapnya sambil memeluk [M/n] dari belakang, mulutnya dengan lancang mengarah ke leher [M/n].

"Aku tidak butuh izin darimu, asalkan kau lepaskan mereka. Dan biarkan mereka hidup bebas setelah ini." Ia mendorong kepala Zevan menjauh, lalu pergi dari sana.

Aku tidak heran kenapa Felix sangat menyukaimu.

Keesokan harinya.

[M/n] sendirian kembali ke Obelia. Tujuannya yang pertama adalah...

Pengikut paling setia Claude.

Sekali dia ke lorong, langsung kelihatan pria berambut merah yang mencolok. Dari matanya, dia terlihat kelelahan? Yang sedang menjaga pintu seperti biasa.

"Felix." [M/n] memanggilnya begitu saja.

Felix yang mendengar suara yang memang ia rindukan langsung berlari ke arahnya.

"Pangeran, saya mencari anda ke mana-mana..." Felix memeluk [M/n] dengan erat, memang sih Felix terlihat seperti orang yang tidak tidur semingguan. Yah, sampai tidak sadar [M/n] mengeluarkan sesuatu dari kantongnya, terlihat itu sebuah pisau kecil yang sangat tajam.

"Saya sangat merindukan anda, saya takut... Saya takut anda terluka–"

Felix terdiam begitu merasakan sesuatu yang sangat amat sakit pada bagian perutnya.

"...?" Felix terjatuh begitu saja ke lantai, sambil menatap [M/n] yang menunduk dengan tatapan yang sulit di artikan.

Felix lengah ketika sama orang yang ia cintai.

[M/n] tanpa berkata apa-apa meninggalkan Felix yang terlihat sekarat itu.

[M/n] mulai menggunakan sihir api untuk membakar habis Obelia. Api bukanlah keunggulannya, tapi dia bisa. Keunggulannya adalah es, air, dan angin.

Mungkin setelah ini, dia juga akan ikut terbakar habis karena tidak bisa mengendalikannya.

"He-Hentikan..."

"[M/n]... A-Apa Ka, kau diancam...?? Aku akan memban-tu-mu, ce-cepat hentikan ini semua..." Ucap Felix dengan susah payah sambil berusaha memperlambat pendarahannya, dia tidak kuat untuk berteriak meminta pertolongan maupun menggunakan sihir sekarang.

[M/n] membakar setiap tempat yang dia lihat dan berikan sihir angin agar mempercepat penyebaran api.

"Urgh!" Terdengar suara seorang gadis sekarang, Athanasia.

"Felix, bangun!" Athanasia terlihat seperti mau bermain bersama ayahnya, tetapi malah banyak asap dan juga Felix yang sekarat.

"Tuan pu-tri... Lari–"

Claude yang di ruang kerja merasa seperti mayat mati akhirnya keluar karena merasa ada yang janggal, dia juga mendengar teriakan dari putrinya.

Kejadian pembakaran dan pembunuhan itu tepat berada di luar ruangannya.

"Kakak, lama tidak bertemu." Ucap [M/n] dengan senyuman.

Claude melihat itu mematung sudah.

Kebakaran di mana-mana. Felix yang sekarat, Athanasia yang menangis keras.

Terlihat urat leher Claude mulai bermunculan karena amarahnya yang memuncak.

Ya begitu. Kakak, ayo bunuh aku. Dan akhirin semua ini...

Felix lope lope -[M/n]  { Felix X [Malereader] }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang