WRONG TIME | •SECRET

27 1 0
                                    

🦋🦋🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Sudah tiba hari sejak perceraian mereka terhitung resmi. Ali kini menjalani hidupnya sendiri, sama seperti sebelumnya.

Sebenarnya Hanbin sudah berjanji untuk selalu ada dan tak akan pernah lagi meninggalkan Ali sendirian, tapi Ali masih belum siap membuka diri pada siapa pun termasuk Ayahnya sendiri.

Bahkan sekarang pun, Hanbin masih belum menyerah dan terus mengikuti kemana pun Ali pergi.

Meskipun secara diam-diam, feeling Ali tak pernah salah tentang Ayahnya.

Ali menghentikan langkahnya dan tak berniat menoleh ke belakang, "Yah..." tegur Ali dengan suara lirih.

"Ayah gak perlu sembunyi-sembunyi kayak copet gitu."

Hanbin ketahuan.

Kemudian keluar dari balik pohon besar di sana, "Enak aja, masa ganteng gini dikatain copet."

Ali hanya melirik dengan wajah datar, "Yah, please..."

"Why? Ayah khawatir sama kamu, Al. Ayah gak mau kamu kenapa-napa."

"Ali baik-baik aja, Yah. Lagian Ali dah dewasa sekarang."

"Al..."

"Yah... Ali mohon! Ali cuma butuh waktu sendiri buat nenangin perasaan Ali."

Pada akhirnya, Ayahnya pun mau mengerti dan memberikan Ali space untuknya sendiri.

Setelah bekerja seharian, dengan perasaan gusar Ali pulang ke rumah yang menjadi kontrakannya sekarang.

Ali bekerja di sebuah kafe yang tak jauh dari rumahnya. Meskipun tak full time, tapi entah kenapa tubuh Ali terasa sangat lemah hari ini.

Kepalanya pusing, perutnya juga terasa sangat mual. Bawaannya dia ingin terus bolak-balik ke kamar mandi.

Sesampainya di rumah, Ali kembali muntah yang tak biasa ia alami. Awalnya Ali hanya berpikir bahwa imunnya sedang turun saja.

Sampai di bulan berikutnya, Ali memutuskan untuk berhenti bekerja karena tubuhnya terasa seperti terkoyak.

Ali merasakan sakit yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Rasa sakit pada perutnya terasa seperti menggerogoti keseluruhan tubuhnya.

Sebelum kehilangan kesadaran, Ali segera mengambil handphone dan berusaha menghubungi Ayahnya.

Mungkin ini pertama kali ia menghubungi Ayahnya duluan sejak hari itu.

Tak butuh waktu lama untuk mengangkat telfon Ali, "Halo Al, tumben banget nelfon duluan--"

"Y-yahhh..." suara Ali terdengar lirih seperti sedang merintih kesakitan.

Saat itu juga, Hanbin mulai panik tak karuan.

WRONG TIME | HAMADA ASAHI (TREASURE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang