Malam setelah kembalinya Hyunjin ke kediaman di Australia...
"Bagaimana keadaanmu nak? Sudah membaik?" Sang ibu bertanya.
"Ya seperti yang kau lihat, aku sudah membaik walaupun hatiku tidak." Axel.
"Kau.."
"Padahal dia baru beberapa jam pergi tapi aku sudah merindukannya. Mungkin karena aku sudah terbiasa dengan kehadirannya disampingku?"
"Nak, bukankah Hyunjin sudah menyuruhmu untuk berbahagia walaupun tidak ada dirnya di sampingmu?"
"Itu sangat sulit bu, 2 tahun kami menghabiskan waktu bersama, dia selalu menemaniku. Terlalu banyak kenangan indah ketika kami bersama? Apa menurutmu mudah melupakan kenangan itu?"
"Kau mencintainya?"
"Siapa yang tidak akan jatuh cinta pada pria yang begitu perhatian dan hangat sepertinya."
"Lalu sekarang mau bagaimana? Bahkan sebelum Hyunjin pergi dia mengatakan tidak mungkin bisa menemui lagi karena dia akan sangat sibuk meneruskan perusahaan ayahnya setelah lulus."
"Aku akan menunggunya."
"Apa? Tapi sampai kapan?"
"Sampai diriku sudah tidak ada lagi di dunia ini. Aku akan selalu menunggunya dikehidupan kehidupan berikutnya."
"Apa? Tapi.."
"Aku sudah memutuskan hanya akan mencintai dirinya, sampai akhir. Sampai kami benar benar ditakdirkan untuk bersama?"
"Kau tidak ingin membangun kehidupan barumu bersama orang lain?"
"Orang lain mana yang ibu maksud? Tidak akan ada yang mau pada pria kotor sepertiku."
Mendengar perkataan anaknya, tentu saja membuat sang ibu sedih.
"Istirahatlah sayang, ibu menyayangimu" Ucap sang ibu sambil mengusak surai lembut sang anak.
Hingga di bawah gelapnya langit yang diterangi cahaya bintang dan bulan Axel berkata “Biarlah aku tetap seperti ini, mencintaimu sampai diriku sudah tidak ada lagi di dunia ini dan selalu menunggumu dikehidupan kehidupan berikutnya. Kau sudah membawa seluruh cintaku yang kumiliki sampai diriku enggan untuk mencintai orang lain lagi selain dirimu Hyunjin. Aku akan selalu menunggumu sampai kapan pun sampai kau benar benar sudah siap untuk menjadikan aku dan kamu menjadi kita.”
____
Keesokan paginya, Axel ditemukan tengah menyirami tanaman di halaman belakang rumahnya. Sang ibu menghampiri sang anak. Ditemukanlah sang anak yang sedang berbicara dengan dirinya sendiri.
"Kau lihat Hyunjin, semua bunga bunga bunga ini aku yang menanamnya. Akan sangat menyenangkan jika kau ada disini melihat bunga bunga ini bersamaku. Seperti saat kita di rumah sakit 2 tahun lalu. Kau mengajaku keluar untuk melihat bunga bunga di taman rumah sakit itu. Kau juga memberiku bunga berwarna ungu itu." Axel.
"Lino-ya.."
"Iya bu."
"Mari sarapan. Hari ini temani aku berbelanja mau ya?. Sudah lama sekali kita tidak pergi bersama."
"Baik bu" Axel tersenyum.
"Kau sudah lebih baik dari kemarin?"
"Aku hanya sedang berusaha untuk bahagia, seperti yang dikatakan Hyunjin."
"Itu baru putraku".
Saat di mall mata Axel tertuju pada salah satu aksesoris berbentuk gelang, dan sepertinya itu sepasang.
"Ibu, aku akan melihat beberapa aksesoris disini. Ibu boleh duluan"
"Kau tidak apa apa?"
"Iya bu"
"Kalau begitu nanti kita bertemu kembali di kasir ya."
"Baik."
Toko aksesoris..
"Mba, apa ini untuk sepasang?" Tunjuk Axel pada salah satu gelang perak yang ada disana."
"Betul tuan. Itulah satu satunya aksesoris yang sepasang. Sisanya sudah habis terjual."
"Kalau begitu saya beli"
"Ini barangnyabtuan, terimakasih sudah berbelanja." Ucap pelayan toko tersebut.
"Tadi kau beli apa di toko aksesoris?" Ucap sang ibu diperjalanan menuju rumah.
"Aku membeli gelang sepasang. Satu punyaku satu punya Hyunjin. Cantik kan?" Ucap Axel sembari menunjukannya pada sang ibu.
Mendengar Axel berkat begitu, sang ibu kembali bersedih. Sepertinya putranya ini memilii keyakinan jika suatu saat Hyunjin akan kembali. Ia bahkan sampai rela menunggu Hyunjin ditambah membeli akesoris sepasang. Sang ibu hanya takut kondisi putranya kembali menurun karena selalu seperti ini.
_____
Hingga pada suatu hari amarah sang ibu memuncak. Selalu saja putranya ini membahas Hyunjin Hyunjin dan Hyunjin. Menurutnya Hyunjin tidak akan pernah kembali. Sang ibu hanya ingin putranya berhenti mengharapkan Hyunjin.
"Hyunjin Hyunjin dan Hyunjin..!! Tdiak bisakah kau berhenti mengharapkanya? Sampai kpanpun dia tidak akan peenh kembali. Kau harus sadar Lino..!! Dia akan melanjutkan kehidupannya di Australia dan kau juga harus bisa melanjutkan kehidupanmu disini. Kau pikir dengan kau seperti ini Hyunjin akan senang?"
Sang ibu melemparkan seluruh barang barang yang bersangkutan dengan Hyunjin, mulai dari lukisan, gelang sepasang, dan masih banyak lagi. Axel cukup pandai melukis. Di waktu luangnya ia pasti akan menyempatkan untuk membuat lukisan yang akan berkaita dengan Hyunjin. Mulai dari lukisan Golden Gate, tempat dimana ia untuk pertama kalinya bertemu dengan Hyunjin, rumah sakit tempat dimana ia menghabiskan waktunya bersama Hyunjin, bahkan terdapat juga lukisan yang menggambakan Axel dan Hyunjun saling bergandeng tangan, dsb.
"Ibu..!! Apa yang kau lakukan? Aku membuat lukisan ini dengan susah payah dan kau malah melemparkannya?..!! Kau jahat bu."
"Hyunjin sida pergi...!!! Kumohon berhenti sepert ini Lino..!! Aku sudah lelah setiap kali kau selau menyebutkan namanya dan membahas tentangnya."
"Aku mencintainya..!!!"
"Aku tahu..!!! Kau boleh mencintainya tapi tidak seperti ini. Sadarlah Lino kumohon..Hyunjin sudah pergi ke tempat asalnya. Jangan terlalu mengharapkannya untuk kembali. Kau harus menjalani kehidupanmu dengan baik. Hanya itu yang Hyunjin inginkan. Kau mengerti maksudku kan?. Buktikan padanya bahwa kau bisa bahagia. Dengan begitu, Hyunjin juga akan senang."
***
"Ibu benar. Aku bersalah karena menyiksa diriku sendiri dengan perasaanku padanya. Kau pasti tidak akan menyukaiku yang seperti ini kan Hyunjin? Haruskah aku melupakannya? Tapi apa aku bisa?"
Axel memperhatikan lukisan lukisan yang dibuatnya. Tak lama ia kemudian memperhatikan gelang sepasang miliknya.
"Tadinya aku ingin memberikan gelang ini padanya? Haruskah aku sendiri saja yang memakainya? Hyunjin memang tidak akan mungkin kembali kan? Aku harus segera sadar."
Beberapa saat kemudian Axel membereskan lukisan lukisan yang ia buat. Ia akan memasukan segala sesuatu yang berhubungan dengan Hyunjin ke dalam sebuah kotak kosong. Ia harus bisa bahagia walaupun Hyunjin tidak bersamanya. Itu yang Hyunjin inginkan bukan? Pikir Axel. Seluruh barang yang bersangkutan dengan Hyunjin ia kemas rapi dalam kotak yang berikan sedang itu, bahkan gelang sepasang yang sempat ia beli pun ikut dikemas ke dalam kotak itu dan ia simpan di laci yang terletak dibawah ranjangnya.
"Aku akan berusaha hidup bahagia tanpamu walaupun itu tidaklah mudah. Aku hanya berharap di setiap malam yang juga kau lewati kau sama rindunya denganku seperti aku yang setiap malam juga merindukanmu. Ku harap kau juga selalu memikirkanku walupun hanya beberapa saat. Di kehidupan berikutnya aku ingin menjadi alasan untuk kebahagiaanmu walaupun aku tidak tahu kapan itu akan terjadi."
____
AFTER : MY HAPPY ENDING (Season 2 Belum Usai).
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER : My Happy Ending
FanficSeason 2 Belum Usai. Harap baca season 1 nya terlebih dahulu, agar kalian bisa paham alur ceritanya.