Tidak perlu menunggu kehidupan berikutnya jika saat ini pun kau sudah menjadi alasan untuk kebahagiaanku. - Hwang Hyunjin.
Kini 4 tahun sudah terhitung saat Hyunjin mengantarkan Minho. Selama itu pula Minho benar benar tak pernah mendapat kabar dari sang tambatan hati. Sekarang Minho sudah bekerja di salah satu agensi hiburan sebagai choreograper. Tidak ada yang bisa Minho lakukan selain dancer. Sang ibu juga tidak keberatan dengan pekerjaan putranya selama putranya bahagia.
Ia tengah berdiri menatap langit di sore hari di balkon gedung agensi tempat ia bekerja sembari tetap memikirkan sang pujaan hati. Ia bergumam "Kini 4 tahun sudah berlalu, kau baik baik saja di sana? Aku penasaran apakah kau benar benar menyelsaikan kuliahmu dengan baik dan benar benar bekerja di perusahaan ayahmu? Seandainya kita bertemu apa kau akan mengingatku? Aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku sekarang hidup dengan baik dan melakukan apa yang aku suka. Aku juga sudah bekerja. Lalu bagaimana dengan kekasihmu? Pada akhirnya siapa yang kau pilih saat itu? Sky atau Felix?"
Di sisi lain, Sydney, Australia
Seseorang tengah disibukan dengan berbagai berkas yang harus ia cek ulang kemudian menandatanganinya.
"Tuan Sam, agenda berikutnya adalah makan siang bersama para petinggi petinggi perusahaan. Jangan sampai terlewat." Ucap seseorang yang sudah memasuki ruang kerjanya.
"Kau masih saja seperti itu, santai saja denganku Lixie-ah, kita sudah lama kenal, berhentilah bersikap formal padaku."
"Ini di kantor Hyunjin, aku tetap harus profesional, apalagi kau adalah atasanku."
Iya, setelah mereka berdua memutuskan untuk mengakhiri hubungannya, mereka sempat berjauhan selama beberapa tahun, sampai akhirnya entah bagaimana Felix bisa bekerja dengan Hyunjin dan menempati posisi sebagai sekertaris Hyunjin. Mereka memutuskan untuk tetap berhubungan baik sebagai sahabat dan berdamai dengan masalalu mereka. Lagipula saat ini Felix sudah memiliki kekasih yang bernama Jake. Walaupun usianya lebih muda 2 tahun dari Felix, Jake benar benar dewasa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Baiklah terserah kau saja. Hanya itu saja kan sisa agenda ku hari ini?"
"Eumm.. Karena kau tidak perlu aku temani aku akan pulang lebih dulu."
"Berkencan dengan Jake?"
"Oh.. dia sudah menungguku di depan."
"Baiklah, bersenang senanglah Lixie-ah"
"Tentu".
Felix pun pergi dari ruangan Hyunjin.
Tiba tiba Hyunjin teringat akan keadaan Axel, pria yang ia temui 4 tahun lalu. Hyunjin bergumam "Bagaimana kabarnya? Dia pasti sudah hidup lebih baik kan?".
Kediaman Hyunjin...
Saat ini Hyunjin dan kedua orang tuanya sedang melaksanakan makan malam. Setiap menjelang akhir pekan orang tua Hyunjin selalu meminta Hyunjin untui makan malam bersama sekaligus menginap.
"Bagaimana pekerjaanmu?" Ucap sang ayah.
"Sangat baik ayah. Semuanya berjalan lancar."
"Baguslah kalau begitu, ayah pikir kau akan banyak mengalami kesulitan."
"Hyunjin-ah, tidak berniat mencari pasangan?" Ucap Sang Ibu.
"Aku belum tepikir sampai sana bu."
"Bagaimana dengan Axel? Ini sudah 4 tahun, kau tidak berniat menghubunginya?"
Hyunjin sempat terdiam beberapa saat. Kenapa tiba tiba ibunya ini membicarakan Axel. Dalam hati Hyunjin juga penasaran bagaimana kehidupan pria itu saat ini.
"Aku yakin dia hidup dengan baik. Apalagi ia bersama dengan orang tuanya."
"Hyunjin-ah, apa kau mau menghandle perusahaanku yang berada di Korea?" Ucap sang ayah mengalihkan pembicaraan.
"Nae, maksud ayah?"
Sang ayah menghela nafas sejenak dan kembali bersuara.
"Kudengar orang yang kupercayai untuk menjadi pimpinan di perusahaanku membuat ulah sampai harus di tahan oleh kepolisian. Entah apa yang ia lakukan, tapi yang pasti karena peristiwa tersebut perusahaanku yang di Korea mengalami penurunan harga saham. Saat ini hanya kau yang bisa ku andalkan untuk mengembalikan keadaan menjadi lebih baik lagi."
"Bagaimana dengan perusahaan yang disini?"
"Ayah masih bisa mengurusnya, lagipula ada Felix juga yang akan membantuku."
"Ayah yakin aku bisa memulihkan keadaan perusahaan ayah yang di Korea?"
"Kau sudah membuktikan kemampuanmu. Jadi bagaimana?"
"Baiklah kalau begitu."
"Kau bisa tinggal di apartemen kita yang dulu"
"Apartemen itu masih ada?"
"Tentu saja. Ayah tidak menjualnya karena takut sewaktu waktu ayah harus kembali ke Korea karena pekerjaan. Ayah hanya menyewakannya."
"Baiklah ayah."
"Lusa kita berangkat, ayah akan memperkenalkanmu pada pegawia yang lain."