14. Percobaan Pembunuhan

42 4 0
                                    

Nada menatap layar handphonenya dengan malas. Ini hari ia masuk siang dan pagi ini dia hanya leha-leha tiduran sambil nyemilin ciki kesukaannya. Sudah berapa kali Ibunya masuk untuk memastikan anaknya baik-baik saja karena sedari pagi Nada hanya berdiam diri di kamar. Namun setelah Qonita marah-marah, barulah Nada keluar kamar menuju ruang tamu untuk kembali tiduran sambil memakan ciki.

"Kamu gak takut gemuk?" Qonita duduk disamping Nada sambil memberikan segelas besar jus melon kesukaannya.

"Mama nanya itu sambil ngasih aku jus. Jadi konsepnya Mama ngedukung aku gemuk ya?" Balas Nada kembali bertanya.

Tangannya mengambil gelas itu, tak lupa mengucapkan terima kasih.

"Jus mah gak bikin gemuk. Noh yang kamu makan yang bikin gemuk." Kata Qonita. Nada memutar bola matanya malas.

Qonita menyalakan TV di ruang itu. Munculah acara gosip di stasiun TV itu. Qonita mulai menikmati acara itu, namun tidak dengan Nada. Sepanjang 15 menit dia menonton acara itu, sepanjang itu juga rasa sebelnya keluar. Sejak kapan Mamanya suka gosip ala ala begitu?

"Ganti Mah. Sebel aku dengernya."

"Lah, gak usah kamu denger. Ini seru tau, tentang rumah tangga bla bla."

Nada menatap malas Mamanya yang mulai cerita tentang gosip rumah tangga Iris Bela.

Melihat remote TV yang tergeletak begitu saja di meja, Nada langsung mengambilnya dan menggantinya. Ia disambut protesan dari Qonita.

Namun ada salah satu acara TV yang membuat perhatiannya teralihkan penuh. Beberapa kali matanya ia kucek supaya tidak merasa salah lihat. Bukannya itu Ibunya Vanya?

"Pemirsa, pelaku pembunuhan berencana yang direncanakan oleh executive secertary dari salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia ini, akhirnya terungkap. Bukti-bukti yang sangat kuat disampaikan langsung oleh juru bicara yang di utus langsung oleh direktur perusahaan tersebut yaitu oleh direktur Handoko Bagaskoro, selaku ayah dari korban yang bernama almarhumah Vabela Ayu Bagaskoro dan juga calon mertua dari almarhumah Hanum Syahla. Namun hingga saat ini, kepolisian dan pengadilan sedang menunggu kepastian langsung dari direktur Handoko terkait kasus pembunuhan berencana."

Tak bergerak, Nada mematung sambil melihat berita yang menayangkan berita kasus pembunuhan berencana. Qonita yang disampingnya kini menatap anaknya aneh. Baru saja ia ingin mengambil remote di tangan Nada, Nada langsung menyembunyikan remote itu di bawah pahanya.

"Ma! Sebentar dulu. Ini aku kenal." Ucap Nada protes.

"Kenal apanya? Kamu kenal direkturnya? Mama juga kenal, dia sering mondar-mandir di facebook Mama."

"Aku serius Ma. Ih sebentar Maaa", Nada menahan tangan Qonita dengan nada merengek.

Nada mengganti lagi saluran TV untuk mencari berita terkait pembunuhan itu. Dan ternyata berita itu ada di mana-mana.

"Ma, mama tau kan yang aku bilang temenku waktu itu nginep disini?" Tanya Nada.

"Siapa? Yang dipukulin preman tawuran itu?" Tanya Qonita, dibalas dengan anggukan dari Nada.

"Aku kan bilang, kalo ibunya temenku itu dateng kesini kan?"

"Iya. Terus? Kamu bisa gak sih nduk, kalo ngomong langsung sekalian aja?" Protes Qonita lagi.

"Itu ibunya Ma. Itu yang di TV, ibunya temenku."

Qonita mencerna ucapan anaknya. Matanya menatap sosok wanita berparas cantik dan elegan yang saat ini memenuhi layar berita siang itu. Ntah dirinya harus percaya sama ucapan anaknya atau tidak.

Cinnamon HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang