17. Terror

40 3 1
                                    

Beberapa minggu berlalu, saat ini sudah masuk ke bulan terakhir di penghujung tahun 2023. Terasa cepat sekali, padahal baru kemarin tahun baru 2023 dilaksanakan. Sepertinya semakin bertambah usia, semakin cepat waktu yang dirasakan berlalu.

Nada menatap jendela di kamarnya dengan pandangan malas. Hujan tidak berhentinya turun. Padahal kemarin, cuaca seharian itu dipenuhi terik matahari. Memang aneh cuaca Jakarta ini. Tapi lebih aneh cuaca Depok.

Handphone nya berdering dengan nyaring. Tapi sang empunya menghiraukan bunyi itu. Ini sudah yang ke 4 kalinya handphone terus berbunyi. Telpon masuk dari nomor yang sama. Ya, Nada di terror. Entah sama siapa dia pun juga tidak tau.

Untung handphone baru Nada sudah dateng 3 hari lalu, jadi dia bisa menghiraukan panggilan teror itu. Setidaknya dia masih bisa fokus bekerja. Ya walaupun pasti ke ganggu.

"Gue minta tolong siapa ya. Gue gak punya kenalan hecker heckeran lagi."

Teror ini sudah melandanya sejak kejadian keluarga Bagaskoro, 3 hari setelahnya. Tapi dia yakin, ini bukan rencana pembunuhan. Ada orang yang cemburu antara kedekatan dirinya dengan Vian.

Kenapa Nada bisa berbikir begitu?

Karena pernah 2 kali Nada mengangkat panggilan itu, dan yang dia dengar hanya kalimat 'Jauhi Vian! Dia milik gue!', dan itu suara perempuan. Beberapa kali Nada juga dikirimi pesan oleh orang itu yang berisi kalimat yang sama.

Dasar cegil, cewe gila.

Dia selalu dapet terror itu pas setelah dia bertemu Vian. Dan kebetulan Nada kemarin bertemu Vian di tempat Vian kerja untuk mengembalikan baju scrub dan jaketnya yang dirinya pinjam. Sekalian ngasih buku novel yang ingin Vanya pinjam. Hanya itu. Bahkan cuma beberapa menit saja mereka berinteraksi. Ayolahh, mereka tidak sedekat itu. Nada hanya mulai dekat dengan Vanya, tidak dengan abangnya.

Tidak aman juga dengan jantungnya kalau lama-lama di dekat Vian.

Dia tidak memberitahukan masalah ini kepada siapapun. Karna dia masih bisa mengatasinya sendiri. Lagipula ini hanya terror panggilan dan pesan, tidak sampai melukai fisiknya. Jadi, it's oke. Dia bisa menghiraukannya.

"NADAA! MAMA MAU KEPASAR DULU."

Nada mendengar suara mamanya berteriak dari lantai bawah. Nada pun turun menghampiri mamanya itu.

"Mama minjem motormu ya. Nanti Mama oleh-olehin." Nada mengangkat alisnya sebelah.

"Tumben. Biasanya anti banget sama motor aku. Lebih suka di jemput limosin."

Qonita mendengus kecil, "Limosin nya kena macet Jakarta. Udah ah, Mama pergi dulu. Kamu dibawah dulu, jaga rumah sebentar."

"Ini masih hujan Ma. Besok aja apa ke pasarnya."

"Cuma gerimis. Kalo besok, kamu mau makan pake apa hari ini? Kulkas lagi kosong, kamu sih diajak ke pasar dari kemaren gak mau." Ucap Qonita sebal.

"Mau aku temenin?"

"Telat ah, Mama mau pergi Bule Ira. Tuh udah nungguin di depan."

Nada melongok ke arah pintu. Dia melihat tetangganya itu atau bestie Mamanya sudah siap dengan jas hujan biru miliknya. Begitupun mamanya, sudah siap dengan jas hujan hitamnya.

"Jaga rumah ya sayangku."

"Hati-hati Maaa!"

Setelah memberi pesan, Qonita segera tancap gas ke pasar menggunakan motor milik Nada dengan perempuan seusia Mamanya yang dipanggil Bule Ira itu. Setelahnya Nada ke kamar untuk mengambil handphone, lalu kembali turun ke ruang tamu buat tiduran. Dia kembali terlarut dengan handphonenya. Namun tidak sengaja Nada tertidur disana.

Hampir 30 menit Nada tertidur, ia dibangunkan lagi dengan dering telpon. Nada berdecak sebal. Ya ampunn, mau sampai kapan orang itu neror terus sih!?

"HEH CEGIL! STOP NEROR GUA WOY!"

'BUSET DAH. Baru juga nelpon, gue udah diomelin.'

Mata Nada langsung terbuka lebar seketika. Ia memastikan lagi dengan melihat nama si penelpon. Ternyata Zahra, sahabatnya.

"Oalah sorry Zah, hahahahaha. Gue kira siapa." Nada ngakak sendiri pas tau dia ngomel-ngomel salah orang.

'Lo kenapa nyuk? Lo di teror siapa? Kaga ngomong-ngomong ke gue.' Tanya Zahra di sebrang sana. Zahra bingung, tumben banget sahabatnya di terror.

Nada memejamkan matanya saat pandangannya menggelap karena bangun tiba-tiba. Dia menggigit bibirnya, dia keceplosan. Kira-kira cerita tidak ya ke Zahra?

'Heh, diajak ngomong malah diem. Lo kenapa? Ada apa?'

"Iya iya gue cerita. Iya, di terror." Nada akhirnya bercerita.

'Sama siapa?'

"Gak tau. Dia cewe, kayanya seumuran kita kalo di denger dari suaranya."

'Dari kapan??'

"3 hari setelah kasus pembunuhan keluarga Dokter Basil."

'Wah gila lo Nad. Udah lama banget itu. Lo gak lapor polisi? Kenapa baru cerita si nyuk?'

"Karena gue gak kenapa-napa. Dia cuma nelpon sama sms terus-terusan aja. Gak ngelakuin hal-hal yang aneh kaya dateng ke rumah gue, ngirim paket misterius, anceman pembunuhan. Itu semua engga. Makannya gue gak cerita."

'Bokap nyokap lo tau?'

"Engga. Kasian nanti kepikiran."

Zahra mencerna penjelasan Nada tadi. Oh, pantesan aja sahabatnya itu beli handphone baru. Ternyata dia di terror. Tapi kalau sampai beli handphone baru, bukannya sudah keterlaluan?

'Yang nerror ngomong apa? Pasti dia ngomong sesuatu ke lo kan?'

Nada terdiam sebentar. Lalu berkata, "Dia minta gue jauhin Dokter Basil."

'HAH?!'

"Kaget kan? Gue juga. Emang Dokter Basil punya sekumpulan fans gitu gak si? Pasti ini fansnya."

'Deh! Lo kira boyband korea yang punya banyak sasaeng.'

"Ya kan siapa tau. Dan itu orang pasti spam telpon setiap gue abis ketemu Dokter Basil. Walaupun jaaaranggg banget ketemu, dia pasti nelpon gue setelahnya. Tapi kan gue jadi ilfeel Zah."

'Tapi beneran bukan terror pembunuhan kan Nad?' Zahra mengutarakan kekhawatirannya.

Melihat kejadian sebelumnya, sahabatnya itu bisa dibilang sudah masuk ke dalam lingkup permasalahan keluarga Bagaskoro, yang notabenya keluarga sultan dan terpandang di Indonesia. Jadi dia wanti-wanti saja.

"Bukan Zah. Alhamdulillah."

Zahra menghela nafas di sana, 'Ntar deh gue coba nanya-nanya. Tapi lo harus inget ya Nad. Kalo ada apa-apa, hubungin siapa aja yang ada di handphone lo.'

"Iya Zah. Tapi, cuma lo aja yang tau ini ya. Tolong jangan bilang siapa pun"

'He eh. Tenang ajaa.'

"Thank you ya nyuk."

.

.

.

- Sorry part ini sedikit ya gais. Enjoy the story~

Cinnamon HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang