18. Penerror Nada

29 2 0
                                    

Dua hari setelahnya, Nada dan Zahra bertemu. Mereka sama-sama masuk pagi, jadi sehabis pulang kerja langsung janjian seperti biasa.

Dan disinilah mereka, di salah satu caffe di Jakarta Selatan. Zahra sedang melihat isi sms dari orang yang menerror Nada. Bahkan dia sendiri tidak percaya.

"Bagaimana tanggapan anda?"

"Ih apaan dah ni orang."

Nada terkikik lalu meminum minumannya. Ia membiarkan Zahra mengubek-ubek handphonenya itu. Zahra menatap layar dengan pandangan berpikir. Sepertinya dia ingat sesuatu.

"Nad, tapi gue curiga sama 2 orang deh." Zahra berkata sambil mengembalikan handphone Nada ke pemiliknya. Nada merasa tertarik dengan informasi yang Zahra katakan. Wah sepertinya ada titik terang.

"Dengan kemampuan detektif gue, gue curiga sama 2 orang. Yang pertama, namanya Annisa. Dia itu dokter umum di tempat kerja gue. Yang kedua, Likha. Dia itu anaknya temen dari Mamanya Dokter Basil."

"Hah? Kok bisa anaknya temen dari Mamanya Dokter Basil kenal ama gue? Gue gak pernah ketemu sama siapa-siapa deh. Yang dokter umum juga gak pernah ketemu." Kata Nada tidak percaya.

Zahra berdecak. Dia kembali mengambil handphone Nada lalu membuka media sosialnya. Zahra memperlihatkan sebuah foto kepada Nada.

"Ini yang Dokter. Pernah liat?"

Nada memperjelas wajah perempuan di foto itu. Wanita dengan pakaian modis, mengenakan hijab dan cantik. Oh dia ingat!

"Pernah. Waktu itu ketemu pas ikut Dokter Basil ke ruang kerjanya. Gue minjem laptop dia buat nge input kerjaan gue."

Zahra berkutat lagi dengan handphone itu lalu kembali menyodorkannya ke Nada. Nada melihat foto itu. Kali ini beda perempuan yang dimaksud.

"Yang ini anaknya temen dari Mamanya Dokter Basil." Nada mengerutkan keningnya. Dia juga tau perempuan ini.

"Ini juga pernah. Waktu gue jenguk Vanya, dia ada di sana."

Zahra kembali berdecak. Nada sudah pernah bertemu dengan kedua orang yang dirinya curigai.

"Yang Dokter Annisa, dia tuh udah lama nyoba deketin Dokter Basil. Ada kali 2 tahunan. Itu bukan rahasia lagi di RS. Dan emang, dia ini orangnya baik tapi judes. Jadi kalo ada yang coba deketin Dokter Basil dan doi liat, dia gak negur, cuman dia selalu pojokin orang itu. Pernah kejadian soalnya."

"Oh oke. Trus satu lagi?"

"Nah, kalo yang ini, gue gak pernah ketemu sih. TAPI, gue stalk medsosnya, dia pernah buat story tentang Dokter Basil. Pernah juga foto berdua sama dia. Bahkan ada reels nya. Doi yang satu ini terang-terangan banget woy. Ntar liat sendiri deh medsosnya. Terus penampilannya seksi banget, tapi kayanya bukan tipe Dokter Basil."

Nada mengangguk paham. Temannya ini sungguh bisa di percaya. Sebanyak itu informasi yang bisa Zahra dapet selama 2 hari. Tepuk tangan buat Zahra.

"Gue punya ide."

"Affah tuch?"

"Nanti coba lo janjian sama Dokter Basil buat ketemuan di RS. Di jam jam Dokter Annisa lagi istirahat. Biasanya, doi itu suka ke ruangan Dokter Basil buat nganterin makanan di jam 12 siang. Nah, nanti lo denger suaranya. Sama atau engga. Gimana?"

Nada menatap Zahra tidak setuju, "Ih, ngapain gue ketemu Dokter Basil? Gue gak ada urusan apa-apa yang bisa jadi alesan gue buat ketemu dia. Ogah ah."

"Et sebentar doang." Dan Nada tetap menggeleng.

Cinnamon HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang