26. Restu

63 4 0
                                    

Nada menatap botol cairan infus yang baru saja diganti oleh perawat. Setelah 3 hari di rawat di rumah sakit dan mendapatkan perawatan yang baik, dia sudah mulai pulih perlahan.

"Ners, tangan saya aman kan?" Tanya Nada kepada perawat itu.

"Puji Tuhan aman kak. Ada advis dari DPJP (dokter penanggung jawab) kalau ini sudah boleh dibuka. Tapi harus tetap pakai gips untuk beberapa hari kedepan." Jawab perawat tersebut sambil memegang lengan Nada yang masih disanggah pakai kayu.

"Kalo Hb saya gimana? Apa masih harus transfusi lagi?"

"Engga kak. Dari hasil lab tadi pagi, Hb nya sudah naik jadi 11,2 dari yang sebelumnya 8 ya." Ucap perawat itu.

Nada menghembuskan nafas lega. Setidaknya, tinggal cairan infus dan obat saja yang masuk ke tubuhnya. Ah dan juga tangannya yang di gips nanti.

Setelah pamit, perawat itu keluar dari ruangan.

Nada baru sadar jika Ayahnya sedang tidak ada di kamar ini. Sejak semalam, yang menjaganya adalah ayahnya. Sang mama pulang ke rumah untuk membereskan rumah sedangkan Nugi sedang melihat rumah barunya yang baru saja dia beli karena Nugi dan istrinya memutuskan untuk tinggal di Indonesia.

Sudah 2 hari Nada tidak bertemu Vian. Rindu kah dia? Bohong jika dibilang tidak rindu. Tapi karena mereka terbiasa jarang bertemu karena kesibukan masing-masing jadi masih dalam batas wajar. Setidaknya tetap menjalin kabar satu sama lain.

Pintu kamar dibuka, disana ada Hendra yang masuk kedalam kamar dengan papper bag ditangannya.

"Itu apaan Yah?"

"Baju. Ayah mau numpang mandi disini ya." Setelah mengatakan itu, Hendra langsung masuk ke kamar mandi. Nada mengalihkan pandangannya pada TV yang menyala. Acara TV yang sedang muncul bukan acara yang dia tahu. Saking jarangnya menonton TV, Nada jadi tidak tau ada tayangan apa saja di sana.

Nada beralih pada handphone nya. Membuka sosial media untuk mencari hiburan. Dia membuka story dari medsosnya Zahra dan terlihat disana kalau Zahra baru saja selesai akreditas. Dia dan teman-temannya lagi makan bareng di ruang istirahat perawat. Sahabatnya itu juga pasti sibuk. Bahkan ketika tau Nada kecelakaan, Zahra tidak bisa datang dan hanya bisa menangis lewat video call. Karena memang jam kerja jadi overtime dan sesibuk itu.

Nada terlarut dengan handphone ditangannya. Kadang tanpa sadar tertawa lebar karena merasa itu lucu tapi sedetik kemudian langsung meringis karena sakit dibibirnya.

Terdengar suara pintu dibuka dan munculah Qonita dengan beberapa barang ditangannya.

"Assalamualaikum, hai anak Mama yang cantik." Sapa Qonita. Nada membalas salam itu sambil tersenyum kearah Qonita.

"Waalaikumsalam. Mama sendirian? Mba Alena mana?" Tanya Nada karena melihat Mamanya datang sendirian. Padahal tadi Alena, istri dari Nugi, mengirim pesan katanya mau menjenguknya sekalian mengantar Mamanya itu.

"Ada tuh. Katanya kangen sama kamu." Tak lama setelah Qonita menyelesaikan kalimatnya, Alena dateng dengan plastik di tangannya.

"Haloo Nada. Maaf ya mba baru bisa jenguk. Mba sendiri juga, dede tak bisa ikut. " Ujar Alena dengan nada Melayu yang khas.

"Hai mbaaa. Ih gak apa-apa, jenguknya kan bisa nanti aja kalo aku udah di rumah. Aku yang malah gak enak, gak bisa bantuin mba pindah rumah."

Alena menyerahkan plastik itu ke Nada. Saat Nada melihat, ternyata itu surabi kesukaannya. Matanya langsung berbinar. Wah, bagaimana bisa Alena tau tempat surabi ini? Tanpa banyak bertanya, Nada langsung memakan Surabi yang masih hangat itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinnamon HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang