Park jihoon, pemuda berumur dua puluh tiga tahun itu tampak sedang melamun disofa rumah temannya, junghwan. yah, junghwan menghubungi jihoon setelah kejadian dua hari yang lalu, junghwan mengajak jihoon untuk berkunjung kerumahnya, dan tanpa keraguan jihoon pun kerumah junghwan tanpa pikir panjang.
Junghwan terlihat sangat sibuk pagi ini, saat jihoon sampai dirumah saja ia sudah melihat junghwan yang tengah disibukkan dengan banyak barang didapur, "Sejak kapan kamu belajar memasak? bukankah kamu paling anti- dengan yang namanya 'memasak?" tanya jihoon dengan keheranan, memang benar, yang jihoon tahu teman nya itu sangat tidak suka dengan memasak, baginya memasak itu hanya membuang-buang waktu dan mengotori dapur, sangat berbeda pandangan dengan jihoon, jihoon justru sangat menyukai memasak, karena baginya memasak membuat nya bisa menghilangkan stress, sejak dulu pemikiran nya begitu, diajarkan ibunya.
"Oh? aku belajar memasak tentu karena sebentar lagi aku akan menikah! aku harus menjadi pendamping yang baik," jawab junghwan yang masih mondar-mandir didapur.
Jihoon mengerutkan keningnya, "Menikah? dengan siapa? kamu bercanda?"
"Apa wajahku terlihat bercanda? aku memang sebentar lagi akan menikah, yang pasti dengan jeongwooku!"
Jihoon menatap aneh kepada junghwan, kemarin saja anak itu marah-marah dengan jihoon perkara jeongwoo, namun lihatlah sekarang, junghwan terlihat bahagia menceritakan rencana pernikahan nya dengan jeongwoo.
"Apa yang kemarin itu bukan dia?" gumam jihoon.
"Lalu bagaimana dengan pekerjaan mu? kamu akan tetap menjadi bartender kan?" tanya jihoon.
"Aku minta maaf, jeongwoo melarangku untuk menjadi pekerja lagi dibar, jadi, yah, aku harus meninggalkan mu, maaf," ucap junghwan.
Jihoon terkejut, "Kenapa? kamu hanya bekerja sebagai bartender dan bukan nya menjadi seorang pelacur, kenapa dia melarangmu?"
"Aku ngga tahu!"
Wajah jihoon tampak kecewa, ia harus ditinggalkan teman yang sudah begitu dekat dengan nya, "Kapan kamu akan melangsungkan pernikahan?"
"Dua bulan lagi, dan mulai minggu depan aku bukan bartender lagi dibar, jihoon, maaf," hanya kata maaf yang mampu dikeluarkan junghwan pada jihoon, jihoon tentu kesal, mudah sekali mereka berkata maaf lalu dengan seenaknya meninggalkannya.
"Kamu udah berpikir matang-matang? kamu benar-benar akan meninggalkanku?"
Junghwan mengangguk ragu, "Maka dari itu, aku mengajakmu kerumahku, aku mau membicarakan hal ini, jihoon," ujar junghwan sembari meletakkan beberapa hidangan dimeja makan.
"Aku benar-benar ngga menyangka, kita udah dekat hampir tiga tahun dan kamu akan meninggalkan ku dengan cepat," raut wajah jihoon tidak bisa disembunyikan, tampak sangat jelas bahwa ada makna kekecewaan dan kesedihan disana.
Junghwan duduk dibangku meja makan disebrang jihoon, "Ayo makan dulu sarapannya,"
Jihoon mengangguk, pemuda itu masih saja berusaha menyembunyikan kesedihannya namun sangat sulit, ia memakan sarapan yang dimasak junghwan saja seperti tidak ada selera.
"Emm, jihoon, aku minta maaf untuk kejadian dua hari lalu, maaf ya, aku memang seperti itu, kalau sedang marah omongan ku kadang ngga bisa dijaga,"
"Ngga papa, aku tahu mungkin saat itu kamu pasti sedang overthinking karena jeongwoo, aku juga minta maaf,"
"Kamu ngga salah! aku yang salah! aku seperti anak kecil yang begitu saja marah,"
Jihoon kembali bersuara, "Tapi apa kamu yakin dengan jeongwoo? maksudku, maaf aku bukan bermaksud memancingmu lagi, tapi bagaimana jika jeongwoo kita memang orang yang sama, junghwan?"
Junghwan terlihat berpikir sebelum kemudian berkata, "Aku percaya padanya, aku tahu dia orang yang baik, jihoon."
Jihoon menatap netra itu dengan tatapan yang sulit untuk diartikan, "Kamu bilang bahwa jeongwoomu masih berusia 18 tahun, jadi bagaimana dengan sekolahnya jika dia menikah denganmu?"
"Jeongwoo sebentar lagi akan lulus, dan juga keluarga kami merestui dan pernikahan ini bahkan ide dari keluarga jeongwoo sendiri,"
Jihoon hanya mengangguk mengerti, enak sekali junghwan ya, pikir jihoon, junghwan memiliki keluarga yang harmonis dan tentu juga memiliki pasangan yang romantis, seperti jeongwoo, junghwan banyak diberikan cinta dan kasih sayang, sangat berbeda dengan jihoon, jihoon merasa iri akan kehidupan junghwan, andai saja, junghwan itu adalah dirinya.
"Kamu sangat beruntung, junghwan," ujar jihoon memandang junghwan yang sedang lahap menyantap makanannya.
"Beruntung? kenapa?"
"Kamu dikelilingi oleh orang-orang yang baik, bahkan kamu diberikan banyak cinta dari orang-orang, keluargamu harmonis, pacarmu tulus, aku sangat iri, andai kehidupan ku sepertimu,"
"..." junghwan terlihat mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh jihoon.
"Maksudnya? kamu iri? padaku?"
"Kenapa? kehidupan ku ngga semulus yang kamu lihat jihoon, banyak kesulitan yang aku alami,"
"Tapi kamu akan tetap dirangkul oleh keluargamu, junghwan,"
Perkataan jihoon membuat junghwan sedikit terkejut, "Iya, benar, dan itu mungkin adalah salah satu anugrah yang Tuhan berikan padaku,"
"Tapi jihoon, aku tahu pasti banyak hal-hal sulit yang terus menimpamu, aku tahu kamu begini bukan karena kemauanmu, tapi karena kamu masih belum menemukan arah untuk pulang."
Jihoon yang semula mengangguk dengan perlahan mendongakkan kepalanya, mempertemukan netra keduanya dengan tatapan yang menyiratkan segalanya, "Maksudmu?"
Junghwan menghela nafasnya, "Aku tahu kamu menjadi pelacur dulu karena adikmu yang sedang dirawat dirumah sakit, kan? kamu merelakan harga dirimu untuk adikmu agar dia bisa sembuh, namun apa daya? Tuhan lebih menyayangi adikmu, dan kamu, pasti saat itu kebingungan mencari kemana kamu akan pulang, karena memang kamu udah ngga punya siapa-siapa lagi, kedua orang tua mu udah berpulang, dan adikmu, satu-satunya keluarga yang kamu miliki juga berpulang, sementara itu, disaat kamu lagi berjuang untuk adikmu sendiri, begitu banyak hinaan dan cacian yang kamu terima, kamu pasti sempat depresi kan jihoon? maka dari itu, setelah kepergian adikmu, kamu mencari tempat yang bisa menerima kotornya dirimu, dan tempat itu adalah dunia malam, kamu merasakan bahwa disana ngga ada yang akan mengeluarkan makian untukmu, tapi jihoon, selama ini kamu salah menyangka, jalan yang kamu ambil ini sebetulnya ngga bisa aku katakan salah dan benar, tapi aku ngga bisa menghakimimu karena aku hanyalah manusia,"
Junghwan berkata lagi, "Aku merasa bahwa kamu hanya mencari pelampiasan agar kamu bisa membuktikan kamu masih bisa diterima dimasyarakat, jihoon, dan tempat yang kamu anggap itu adalah dunia malam. aku tahu kamu adalah orang baik, apa kamu ngga mau untuk keluar dari zona yang kamu anggap sebagai rumah ini?"
Jihoon terdiam sangat lama, ia mengingat-ingat apa saja yang dikatakan junghwan barusan, dirinya kehilangan arah?
"Jika aku keluar sekalipun, memang aku masih diterima didunia luar, junghwan?" tanya jihoon dengan senyum getir.
"Kamu terlalu fokus pada orang-orang jahat diluar sana sampai kamu ngga melihat banyak orang-orang baik yang menantimu," ucap junghwan.
"Aku ngga bisa memaksamu untuk sepenuhnya keluar dari pekerjaanmu, namun aku hanya berkata, perjalananmu masih panjang, kamu harus menemukan orang-orang baik yang tulus padamu, apakah kamu tahu bahwa orang-orang didunia malam itu rata-rata ngga tulus? mereka mempunyai uang, mereka dibutakan oleh sex dan pergaulan bebas, mereka ngga mempunyai hati nurani, jihoon, mereka berkata manis karena mereka adalah orang-orang yang gila sex."
"Oh iya, aku juga ingin menyampaikan, aku juga akan pindah kota minggu depan,"
...
yang dibilang junghwan ada benernya uga yh, jihoon km hrus berenti jd pelacur dan mulailah hidup bersamaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] heaven and back; kyuhoon
Fanfiction❝Aku adalah mantan pelacur, junkyu.❝ ... Sampai suatu ketika, junkyu sadar, bahwa dirinya telah jatuh kedalam pesona park jihoon, seorang mantan pelacur.