Alesya melangkahkan kakinya dengan berat ke halte, bayangan antara dirinya dan Raven terbayang-bayang di pikirannya. Membuat jantung Alesya berpacu kuat, bukan jatuh cinta melainkan takut. Apalagi teringat perkataan Chara di sekolah tadi Alesya jadi ngeri sendiri.
Tak lama menunggu di halte tiba-tiba bus yang akan ditumpanginya datang, segera Alesya masuk dengan langkah gontainya.
Didalam bus tersebut sangat banyak penumpang membuat Alesya terpaksa harus berdiri.
Beberapa menit di dalam bus terasa membosankan dan kaki Alesya sudah mulai pegal.
Sampai tiba-tiba bus tersebut oleng ....
"Ehh ehh----"
Brukk!
Tangan Alesya terlepas dari pegangan dan terjatuh, namun anehnya ia tak merasakan sakit sedikit pun melainkan merasakan sesuatu yang empuk dibawahnya.
Alesya membuka matanya yang terpejam, matanya membelalak saat menyadari dia tengah berada di ... Pangkuan seseorang.
Dan orang tersebut tak lain dan tak bukan adalah ... Raven. Orang yang saat ini tengah dihindari Alesya.
Raven menggertakan giginya dengan tatapan menyorot tajam kearah Alesya.
Alesya sendiri terpaku tak beranjak sedikitpun dari posisinya karena kaget.
"Kenapa bertemu dia lagi sih ..." batin Alesya
"Turun!" ucap Raven dengan nada dingin.
Buru-buru Alesya bangkit dan menyembunyikan wajahnya, selain takut ia sangat malu.
Raven terkekeh sinis dan berkata. "Setelah melukai tangan gue sekarang lo berani duduk di pangkuan gue,"
Mendapat perkataan seperti itu panas sudah hati Alesya, niat awalnya yang ingin meminta maaf atas kejadian tadi pagi lenyap seketika.
"Aku nggak sengaja!" ketusnya sambil membuang muka.
Setelah itu hening, baik Alesya ataupun Raven tak ada yang membuka suara. Alesya sendiri fokus dengan pikirannya. apakah ini masalah baru untuknya.
Tak berselang lama bus pun sampai ke halte tempat pemberhentian Alesya, seusai membayar Alesya pun turun dari bus. Namun anehnya Raven ikut turun.
Alesya jadi bergidik ngeri, mengapa Raven terus mengikutinya bahkan sampai ke depan rumah bibinya. Lantas ia pun berbalik dan berkata. "Aku minta maaf soal tadi pagi dan soal yang di bus, tapi tolong jangan ikuti aku terus!"
Raven mendelik, ia tak membalas ucapan Alesya melainkan melewatinya begitu saja. Melangkah ke arah rumah mewah tepat di samping rumah Rose bibi Alesya.
"Jadi dia bukan ngikutin aku, kyaaa malu banget!" Alesya berlari pontang panting masuk ke dalam rumah dengan muka merahnya.
Sementara Raven yang melihat hal itu hanya tersenyum penuh makna sebelum mengambil langkah masuk ke dalam rumahnya.
~~~
Alesya menepuk-nepuk pipinya, ia bahkan belum berganti pakaian. Masih malu dengan kejadian di depan rumah tadi.
"Kenapa aku harus sial mulu sih di depan dia!"
"Kyaaa!" Alesya menutup mukanya dengan bantal yang ada di sofa ruang tamu.
"Kamu kenapa Cha?"
Alesya menjauhkan bantal yang menutupi mukanya, sejak kapan Rose pulang. Lantas ia pun berdiri dan menyalimi punggung tangan rose.
"Bibi udah pulang?" tanya Alesya.
"Baru aja pulang, ngapain kamu tadi? Itu pipimu kenapa merah gitu hayoo,"
Bibir Alesya mengerucut ia sudah tau dimana arah pembicaraan bibinya itu, tapi masalahnya disini pipi Alesya memerah bukan karena jatuh cinta melainkan malu.
"Ngg--- nggak kok bi Echa cuma ... Cuma kaget aja tadi ternyata cowok yang sekelas Echa itu tetanggaan sama kita"
Rose meletakkan belanjaannya dan duduk di samping Alesya. "Maksudmu Raven? jangan bilang kamu suka sama Raven hayo."
"Ih apasih bi!" pipi Alesya memerah digoda terus oleh Rose. Dan Rose pun tertawa ngakak.
"Hahaha iya iya nggak, bibi cuma bercanda. Gimana sekolah kamu?" tanya Rose.
"Um menyenangkan sih bi, Echa malah udah dapat dua teman baru," jawab Alesya menunjukkan dua jarinya.
"Wah cepat juga kamu bergaul nya, cewek apa cowok?" tambah Rose.
"Cewek sama cowok bi, mereka baik banget lucu juga." Dan mengalirlah obrolan mereka, Alesya menceritakan pengalaman di sekolah barunya. Kecuali tentang Raven bibinya tak boleh tau.
~~~
"Tumben kamu udah pulang jam segini?!"
Raven melepaskan benda pipih yang ada ditangannya, melihat sang mama sudah pulang. Sepertinya wanita paruh baya yang sialnya masih sangat cantik itu habis dari mall terbukti dari belanjaannya yang sangat banyak.
"Gimana mau keluyuran kalau motornya aja disita," jawab Raven terdengar ketus.
"Itu demi kebaikan kamu Rav, kamu itu pewaris tunggal keluarga Megantara kalau tingkah kamu begini terus bagaimana kamu bisa mengurus---"
"Cukup ma! Revan capek setiap kali kita ngobrol mama selalu bahas itu terus, Raven capek!"
Gayatri menghembuskan nafasnya kasar, anak satu-satunya ini benar-benar keras kepala. "Mama mau kamu berubah Rav! jadi mandiri, disiplin, dan belajar yang benar demi masa depan kamu bukan tawuran sampai babak belur Seperti yang tiap kali kamu lakukan!"
"Mama sadar nggak sih Raven kayak gini karena siapa? Karena kalian! Kalian yang terlalu sering memaksakan kehendak kalian sama Raven bahkan sejak Raven masih kecil, Raven mau kebebasan ma."
"Kalian udah ngerenggut kebebasan Raven sewaktu kecil karena dipaksa belajar dan belajar, apa sekarang kalian juga mau merenggut kebebasan Raven di masa remaja!"
Gayatri terdiam, kehabisan kata-kata untuk membalas perkataan Raven.
Memijit pelipisnya Raven mengambil langkah pergi ke kamarnya guna beristirahat. Rasanya kehidupannya tak ada warnanya sama sekali.
___
Raven berdiri di balkon dengan tatapan lurus ke depan, menghembuskan asap rokok dari mulutnya.
Tanpa sengaja matanya menatap seorang gadis yang sedang membuang sampah di depan rumahnya.
"Alesya," gumam Raven.
Tanpa sadar bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman misterius.
Alesya yang menyadari ada yang memperhatikannya pun mengangkat kepalanya. Buru-buru ia masuk ke dalam saat menyadari Raven terus menatap kearahnya sambil menghembuskan asap rokoknya.
"Dia kenapa sih?! Apa dia dendam sama aku kok gitu amat natapinnya," Alesya berucap pada dirinya sendiri.
"Kenapa sih aku harus berurusan sama dia, ditambah lagi dia tetangga bibi. Rasanya aku ingin dilenyapkan saja dari bumi ini"
Alesya menutup mukanya dengan kedua tangannya, Alesya menyembulkan kepalanya keluar sekali lagi memastikan apakah Raven masih di balkon. Rupanya cowok itu sudah tak ada disana.
"Fiuh, semoga aku nggak berurusan lagi dengan dia setelah ini."
~~~
Gimana chap kali ini, kalau kalian di posisi Alesya apa yang bakalan kalian lakukan?🤣
Vote ya biar aku makin rajin dan semangat updatenya 😘 byebye segini dulu Chapter kali ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Geng Vs Gadis Desa (END)
Teen FictionMevriano Raven Megantara, merupakan ketua geng Xlovenos yang kejam dan tidak takut apapun. Memiliki wajah tampan dan dikagumi semua orang tentu menjadi ciri khas Raven___suatu hari takdir mempertemukannya dengan Alesya jingga Riscanara gadis desa ya...