Happy Reading 😘
Semoga Suka_______________________________________
"Jadi begini kelakuan kamu?! Ninggalin Irene sendirian di mall"
Nafas Gayatri naik turun dengan pandangan tak lepas dari Raven, dia sangat marah setelah Irene menelpon dan bilang bahwa Raven meninggalkannya sendiri di mall.
"Irene bukan anak kecil lagi ma, bukan tanggung jawab Raven lagi!" Jawab Raven Sarkas tanpa peduli amarah Gayatri yang semakin meluap.
"Bukan tanggung jawab kamu bilang, hah?!"
"Kalau sampai terjadi apa-apa sama Irene awas saja kamu!"
Raven memijit pelipisnya. "Sebenernya anak mama ini Raven atau Irene sih?!"
"Mama nggak pernah sekalipun mikirin perasaan Raven, hanya Irene dan Irene. Raven muak ma!"
PLAK
"Berani kamu menjawab!"
"Oh atau jangan-jangan ini karena gadis kampungan itu, iya?!"
"Dan satu hal lagi. Jangan pernah mama bawa-bawa Alesya dalam hal ini!"
Gayatri menggertakan giginya, anaknya ini benar-benar sudah semakin berani melawan dirinya. Bahkan sudah berani menjawabnya seperti itu hanya demi seorang gadis dari kampung itu.
Gayatri terdiam sebentar memikirkan cara supaya Raven berhenti mengejar gadis kampung itu.
"Kalau sudah nggak ada yang mau mama omongin, Raven mau ke kamar dulu. Capek!"
"Tunggu Raven!"
"Kalau kamu masih bersikukuh untuk dekat dengan gadis kampung itu, mama nggak akan segan meminta papamu untuk memindahkan mu sekolah di amrik"
Deg!
Raven berhenti melangkah, dia tau jika papanya sudah bertindak maka tidak ada kesempatan untuknya memohon.
Raven akan di sekolah kan di luar negeri... Lalu bagaimana dengan Xlovenos juga anggotanya.
"Disana kamu tidak akan bisa bebas seperti sekarang ini karena kamu akan diawasi 24 jam oleh pengawal pribadi papamu"
Gayatri bersedikap dada sembari mendekati Raven, kali ini dia merasa Raven kalah telak olehnya.
____
"Argghh!" Raven memukul kuat dinding kamarnya hingga membuat tangannya hampir terluka.
Tak hanya itu dia juga melemparkan barang-barangnya pertanda dia sangat emosi.
Raven tidak pernah berharap keluarganya memperdulikan nya tapi kenapa, mereka menyiksa batinnya sejak masih kecil hingga sekarang ini.
Disaat Raven menemukan seseorang yang bisa diajak bercerita justru orang itulah yang menghancurkan hidupnya, bahkan sekarang berani mengungkapkan perasaan padanya.
"Irene... Kenapa lo jahat sama gue bangsat!"
"Ini semua karena lo!"
Raven melempar fotonya dengan Irene sewaktu kecil hingga pecah berhamburan di lantai, dia pikir kehadiran Irene bisa melupakan keluarganya yang keras, tetapi ternyata Irene lah yang menambah penderitaan nya.
Raven tau yang dia percaya saat ini hanyalah Xlovenos, dan Raven tak akan pernah meninggalkan gengnya itu.
Bahkan jika dia harus menjauhi Alesya sekalipun.
•••
"Raven!"
"Raven tunggu!"
Alesya terengah-engah karena berlari mengikuti Raven sampai ke rooftop, karena Raven tak bersama Irene. Sekarang lah kesempatan Alesya untuk berbicara dengan pemuda itu.
Tapi saat berada di rooftop dia di kejutkan dengan kumpulan anggota inti geng Xlovenos yang sedang menatap tajam kearahnya, wajah mereka tampak menakutkan meskipun sangatlah tampan.
Alesya mundur selangkah, berharap Raven menolongnya dari situasi ini..
Tetapi pemuda itu tak bergeming sama sekali dan bahkan nimbrung bersama teman-temannya.
"Aku harus berani, aku harus minta maaf sama Raven."
Alesya mengepalkan tangannya menguatkan diri sendiri dan maju menghampiri Raven, tak perduli apa yang akan terjadi setelahnya.
"Raven bisakah kita bicara berdua.." ucapnya dengan bibir gemetar.
Raven mendelik dan menjawab dengan raut muka datar. "Apa mau lo sampai harus datang kesini?"
Gelak tawa terdengar dari inti Xlovenos membuat mata Alesya memanas, situasi ini... Kenapa membuat perasaan nya menjadi tidak enak.
"K-kenapa kalian ketawa?"
Denuca menggeleng-gelengkan kepalanya, senyuman mengejek tercetak jelas di wajahnya. "Nggak ada apa-apa sih kita cuma ketawa, iya nggak bro"
Rafael menyenggol lengan denuca dan menatap tajam yang lainnya, "kalian lupa dia kesayangan Raven, jangan macam-macam kal---"
"Aku mau minta maaf sama kamu Raven ... Aku juga minta maaf karena udah bikin kamu sedih kemarin. Aku ngajak kamu pulang padahal kamu masih mau bersama ku!" Alesya berteriak membuat inti Xlovenos terperangah.
Raven menggertakan giginya dan berjalan pelan menghampiri Alesya. "Kenapa lo bisa mikir Seperti itu?" jawabnya dingin.
"Karena... Karena aku mulai ada rasa sama kamu dan.... Aku mau nerima cinta kamu!" Alesya memejamkan matanya.
Berharap ini awal dari kebahagiaannya, tidak apa kan mengungkapkan perasaan duluan.. lagipula menunggu Raven mengungkapkan perasaan itu pasti akan sangat lama.
Lagi pula alesya yakin perasaan Raven----
"Hahahaha!" Raven tertawa, dan tawa itu terdengar keras membuat siapapun yang mendengarnya akan takut.
Inti Xlovenos yang menyaksikan hal itu pun beranggapan bahwa Raven akan jadian dengan Alesya hari ini. Tanpa diduga pemuda itu malah tertawa.
"K-kenapa kamu ketawa... Apa kamu malu. Maaf kita bicara di tempat lain aja ya"
Raven berhenti tertawa dan menyorot tajam mata Alesya. "Kapan gue pernah bilang gue suka sama lo?"
Deg!
"Nggak pernah kan?"
"R-raven?"
"Selama ini gue tertarik sama lo karena lo sangat gampang digoda."
Raven menyentuh wajah Alesya, pipi gadis itu sudah basah oleh air mata. "Lo hanya pelampiasan nafsu gue sesaat Alesya" bisik Raven di telinga Alesya.
"Gue nggak pernah suka sama sama lo! Camkan itu"
"Gadis desa kayak lo berani berharap sama gue cih!"
Alesya mengigit bibirnya tak mampu mengucapkan kata-kata, satu hal yang dia rasakan. Sakit.
Matanya memburam karena air mata, kepalanya sangat pusing... Sampai tiba-tiba...
Bruk!
"Alesya!"
"Alesya lo kenapa?!"
••••
Segini dulu ya bab hari ini...
Selamat menjalani ibadah puasa 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Geng Vs Gadis Desa (END)
Teen FictionMevriano Raven Megantara, merupakan ketua geng Xlovenos yang kejam dan tidak takut apapun. Memiliki wajah tampan dan dikagumi semua orang tentu menjadi ciri khas Raven___suatu hari takdir mempertemukannya dengan Alesya jingga Riscanara gadis desa ya...