Rumah kecil tua tersebut perlahan menjauh dari pandangan Alesya saat ia mulai melangkahkan kaki menuju jalan setapak menuju halte yang ada diluar desa guna menunggu bus.
Alesya tersenyum hambar sembari menyeret koper di tangannya, tujuannya ialah kerumah bibinya di kota.
Langkah kakinya yang jenjang menciptakan suara di keheningan jalan setapak, angin berhembus kencang menerbangkan rambut panjangnya yang berjuntai indah.
"Kenapa nenek pergi secepat ini, Aku cuma punya nenek di dunia ini. Apa nanti bibi bakal nerima aku ya." Alesya menggenggam erat catatan alamat yang diberikan neneknya sebelum meninggal.
Alesya menghirup dalam-dalam udara segar pagi ini berusaha menenangkan dirinya.
Setelah mendapatkan bus dan masuk ke dalamnya Alesya masih takut, takut bibinya tak mau menerimanya.
Ingatan-ingatan saat ia berpisah dengan teman-teman sekolahnya pun kembali terbayang di benak Alesya, apakah disana Alesya bakal punya teman sebaik temannya yang dulu.
Dua jam perjalanan akhirnya Alesya sampai ke alamat yang dituju.
Rumah sederhana namun tidak terlalu kecil itu terpampang di depannya, rumah itu di apit oleh banyak rumah mewah di sekitarnya.
"permadani House." Alesya mengeja tulisan di kertas itu.
Ting nong
Alesya memencet bel dengan tangan gemetar, mulutnya berkomat-kamit memanjatkan doa supaya bisa diterima disini.
Tak lama gerbang itu terbuka menampilkan seorang wanita paruh baya berwajah datar, Alesya semakin yakin dia akan diusir dari sini cepat atau lambat.
Tanpa menatap muka wanita tersebut Alesya berucap. "M-maaf apa benar ini rumah Bi Rose?"
"ECHA KAMU ECHA KAN!!!"
Alesya terperanjat saat wanita itu memeluknya, ada kelegaan dalam hatinya apakah ini pertanda bibinya akan menerimanya.
"Astaga sayang kamu sudah sebesar ini cantik lagi. Dua minggu yang lalu nenekmu mengirim surat pada bibi katanya kamu akan tinggal disini, Ayo masuk dulu sayang kita mengobrol di dalam"
Alesya mengangguk seraya mengusap air matanya terharu, ternyata dia tak diusir dari sini.
"Makasih tuhan makasih ..."
~~
"Jadi nenek kamu sudah meninggal?"
Alesya mengangguk dengan wajah tertunduk menahan supaya isakannya tak keluar di hadapan Rose.
"I-iya bi sebelum meninggal nenek sempat berpesan kalau Echa harus tinggal dirumah bibi di kota dan melanjutkan sekolah disana,"
"Nenek juga ngasih semua tabungannya yang selama ini ia kumpulkan buat sekolah Echa,"
Rose memeluk Alesya tak sanggup mendengar lanjutan cerita dari keponakannya yang malang itu.
Alesya Jingga Riscanara sedari kecil dia hanya tinggal bersama neneknya, bahkan dia tak pernah melihat sosok ayah dan ibunya apakah masih hidup atau tidak Alesya tak tau yang dia tau hanya ibunya pergi meninggalkannya saat dia masih bayi.
Dan sekarang neneknya satu-satunya yang Alesya punya juga menyusul meninggalkan Alesya.
~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Geng Vs Gadis Desa (END)
Teen FictionMevriano Raven Megantara, merupakan ketua geng Xlovenos yang kejam dan tidak takut apapun. Memiliki wajah tampan dan dikagumi semua orang tentu menjadi ciri khas Raven___suatu hari takdir mempertemukannya dengan Alesya jingga Riscanara gadis desa ya...