6 tahun kemudian

1.6K 84 2
                                    

Rony memarkir mobilnya di depan sebuah sekolah Taman Kanak-Kanak. Usai merapikan kemeja hitamnya, Rony keluar dari mobil dan masuk ke dalam halaman sekolah.

Seorang siswa laki-laki tampak berlarian dari kelas sambil membawa sekotak kapur tulis. Seorang guru perempuan mengejarnya. Anak itu tertawa-tawa jahil sambil menghambur isi kotaknya. Meremas kapur tulis sehingga menjadi serpihan yang mengotori lantai.

"Ron!"

Rony yang sedang berjalan menoleh saat seseorang memanggil namanya. Namun dia tidak menemukan siapapun.

"RON AMARO PARULIAN!!!"

Rony tercengang mendengar nama itu disebut. Lalu mengarahkan pandangannya kepada bocah jahil yang masih tertawa-tawa itu. Wajah itu! Persis seperti wajahnya. Hanya saja matanya mirip seperti Salma.

Rony menggerakkan kakinya menuju bocah yang ia yakini adalah putra kandungnya. Perlahan mendekati anak laki-laki itu. Tinggal beberapa langkah lagi, suara lain memanggilnya.

"Papi Onyyyy"

Rony berbalik, seorang gadis kecil berkepang dua berlari ke arahnya. Rony berjongkok dan merentangkan tangannya. Membuat gadis itu segera menghambur ke pelukannya.

"Lea kangen papi", ujar gadis itu sambil mencium pipi Rony, membuat pria itu tertawa. Diusapnya lembut poni gadis kecil itu. Lalu menuntunnya menuju mobil.
Mata Rony menyapu sekeliling halaman sekolah, bocah laki-laki itu sudah tidak terlihat.
***

"Lea, papi Ony mau tanya boleh?"

Rony memandang Lea yang sekarang asyik memakan es krim cup nya. Gadis kecil itu hanya mengangguk.

"Teman Lea ada yang namanya Ron gak?"

Lea menatap Rony sebentar, lalu berpikir dengan mimik muka yang menggemaskan.

"Ada Pi, tapi Lea gak suka. Dia bukan teman Lea", tukas gadis itu.

"Kenapa?"

"Dia nakal, pi. Kata teman-teman Lea, itu gara-gara Ron gak punya papi"

Rony mencengkram stirnya lebih erat. Jika benar itu adalah anaknya dengan Salma, Rony akan mencari cara agar dia bisa bertemu dengan Ron.

"Makasih ya Papi Ony, udah nganterin Lea pulang", ujar Lea sambil melambaikan tangan, lalu berlari masuk ke dalam rumah.

Rony mengangguk senang. Gadis kecil itu sudah menjadi separuh hidupnya. Alea Maisya Fernando Aro. Gadis mungil menggemaskan itu adalah putri dari kedua sahabatnya, Paul dan Nabila.

Sejak kecil dia selalu mengajari Lea agar menyebut dirinya sebagai Papi Ony. Sama seperti sebutan Salma pada dirinya kala itu. Sebelum wanita itu menghilang bersama anak mereka.

Rony selalu menjemput Lea saat kedua orangtuanya sibuk dengan pekerjaan mereka. Tidak seperti Paul dan Nabila yang memutuskan menikah, Rony malah menisbatkan dirinya sebagai bujangan yang tidak akan pernah menikah.

"Masuk dulu Ron", tawar Paul. Dia baru saja sampai ketika Rony ingin berbalik pulang.

"Powl, gue ketemu dia"

"Siapa?" Tanya Paul sambil melonggarkan dasinya.

"Anak gue"

Paul terkesiap. Memandang Rony dengan tatapan tak percaya.

"Dimana?"

"Di sekolah Lea, Powl"

"Lo yakin itu anak lo?"

"Yakin Powl. Namanya Ron Amaro Parulian. Berapa banyak orang yang pakai nama Parulian?? Itu nama gue, Powl! Amaro itu nama yang dikasih Salma pas tau dia hamil anak itu!"

Paul menepuk bahu sahabatnya untuk menenangkan amarah Rony yang kini mulai menggebu-gebu.

"Jangan buru-buru, Ron. Dekati anak itu pelan-pelan", saran Paul yang diangguki oleh Rony.
***

Cinta Dalam AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang