PDKT

1.7K 111 14
                                    

Rony memantau gerbang sekolah Lea dari dalam mobilnya. Kali ini tujuannya bukan menjemput gadis mungil itu, melainkan untuk mencari tahu tentang bocah laki-laki yang bernama Ron.

Bayangan anak laki-laki itu membawa pikiran Rony kepada Salma. Bagaimana kabar wanitanya itu? Masihkah Salma mencintainya? Apakah Salma mau memaafkan semua kesalahannya selama ini? Sudah menikah kah dia? Dengan siapa?

Banyak pertanyaan yang muncul di benak Rony. Tanpa sadar ia melewatkan kejadian di depan matanya.

Ron berjalan sendirian menuju gerbang sekolah. Seperti biasa, tidak ada yang menjemputnya. Tapi Ron tidak takut. Ia sudah biasa pulang sendirian. Maminya tidak bisa menjemput karena harus bekerja.

Dari arah belakang, segerombol bocah laki- laki seusianya berlari menabraknya. Salah satu bocah menarik ransel Ron lalu melemparnya. Ron berteriak menghalau mereka, tapi dia kalah jumlah.

Seorang bocah bernama Nico mendorong Ron sampai terjatuh. Ransel Ron yang mereka rampas tadi dihantamkannya ke tubuh Ron. Ron berteriak kesakitan. Tapi bocah-bocah lainnya hanya tertawa. Nico mencoba menghantam untuk kedua kalinya, namun ransel itu tertahan di udara.

Bukan. Ransel itu ditahan oleh seseorang lebih tepatnya. Rony merebut ransel milik Ron dari tangan Nico, lalu menggendong Ron yang hampir menangis. Rony menatap tajam kepada bocah-bocah yang sudah membully anaknya. Lalu ia membawa Ron menuju mobil, meninggalkan Nico cs yang menatapnya ketakutan.
***

"Makasih Om", ucap Ron menatap Rony.

"Sama-sama", balas Rony sambil mengelus rambut anak lelaki itu.

Kini keduanya berada di dalam mobil yang melaju menuju taman kota.

"Om mau bawa Ron kemana?"

"Ke taman, kita obati lukamu dulu ya"

"Om bukan orang jahat kan?" Selidik Ron sambil menatap Rony.

Rony tertawa getir. Mungkin saja, dia adalah orang jahat dalam cerita Salma. Tapi dia berusaha untuk tidak menjadi penjahat dalam hidup Ron.

"Ya nggak lah, memang muka Om seperti penjahat ya?"

Ron menggeleng. "Tapi muka Om kok mirip sama mukaku?", celetuknya.

"Oh ya? Apa kita kembar?"

"Ya gak mungkin lah Om", anak umur enam tahun itu mematahkan opini Rony. Untuk ukuran anak seusianya, Rony akui Ron termasuk anak yang cerdas. Terlihat dari cara ia menanggapi percakapan orang dewasa.

"Tahan sedikit ya, bocil", kata Rony sambil menempelkan plester luka di lutut Ron. Bibir Ron mengerucut, mengingatkan Rony pada Salma saat ngambek padanya dulu.

"Aku bukan bocil, Om. Namaku Ron! Ron Amaro Parulian" Katanya sambil merajuk.

Rony tergelak. Sambil mengulurkan tangannya, "Kenalin, nama Om, Rony Angkasa Parulian", ujarnya.

Mata bocah itu membulat. Menatap Rony dengan pandangan tidak percaya.

"Papi? Ini papi Ony?"

Kali ini Rony yang dibuat terkejut oleh kata-kata anak berusia enam tahun itu. Kenapa anak itu mengenalnya? Apakah selama ini Salma selalu menceritakan tentang dirinya pada anak mereka? Kenapa Sal?

"Iya Ron, ini papi Ony", sahutnya lirih. Rony memeluk tubuh kecil yang ada di hadapannya itu. Ia terisak. Tidak bisa membendung airmatanya.

Rasa bersalah itu menyeruak. Anak sekecil ini bahkan sudah mengenali nama ayahnya sendiri, tanpa Rony ketahui dimana keberadaannya selama ini.
Salma, tolong jelaskan semua ini, batin Rony.
***

Cinta Dalam AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang