Permintaan Ron(y)

2.1K 132 6
                                    

"Mamiiisal"

Ron terbangun. Tidak ada maminya. Bocah itu menatap ruangan sekelilingnya. Baru sadar bahwa ini bukan kamar di rumahnya.

"Sudah bangun nak?"

Suara papinya membuat Ron menoleh ke arah pintu.

"Papii Ony" wajahnya sumringah mendapati papinya ada sepagi ini. Perdana dalam enam tahun hidupnya.

"Mami kamu tadi malam kesini, katanya papi yang antar Ron sekolah"

Ron terlihat antusias. Kali ini ia bisa memamerkan pada teman-temannya, bahwa ia juga memiliki papi. Ia pun berlari menghampiri Rony. Kedua laki-laki beda generasi itu berpelukan.

"Makasih pi"

Rony mengangguk. "Ayo mandi dulu"

"Ron, sarapan dulu ya"

Ron menggeleng. "Mau sama mami"

Hmm..drama apalagi sepagi ini? Rony menghela nafas. Tadi subuh dia sudah berkutat di dapur untuk memasakkan nasi goreng, khusus untuk anaknya. Barusan ia baru selesai memandikan Ron lalu memakaikannya seragam. Pinggang Rony sedikit encok karena tidak terbiasa dengan rutinitas ini. Entah apalagi selanjutnya, hanya Ron dan Tuhan yang tahu. Juga Salma. Ternyata mengurus anak tidak semudah dipikirannya. Thanks to Salma untuk kesabarannya selama ini.

"Kan mami lagi gak ada, sama papi aja ya"

Ron kecil melipat tangannya di dada. Astaga, Rony serasa melihat duplikatnya sendiri dalam versi sachet. Rony istighfar dalam hati, memohon ampun atas segala kesalahannya selama ini.

"Papi suapin ya, nanti setelah pulang sekolah kita ketemu mami"

Binar di mata Ron muncul. Ia menatap papinya dengan antusias.

"Bener ya pi? Aku mau rayain ulang tahun sama papi dan mami. Kayak teman-temanku yang lain"

Rony dengan cepat mengangguk. Apalah itu yang penting Ron mau sarapan dan segera berangkat ke sekolah. Sebenarnya Rony juga tidak tahu tanggal ulang tahun Ron. Tapi ia bisa menanyakan pada Bi Lastri untuk hal itu.
***

0895xxxxxxxx
Sal, ini Rony. Tanggal ulang tahun anak kita kapan?

Salma mendesah kesal. Keputusannya menghubungi Rony malam kemarin berujung kontaknya diketahui oleh lelaki itu. Padahal ia sudah berusaha untuk menghindar. Tapi rupanya Rony lebih pandai memainkan sumber kelemahan Salma, yaitu Ron.

Salma: buat apa kamu tanya?

Rony: Ron minta kita ngerayain ultahnya bareng

Salma: jangan bohong kamu!

Rony: beneran sayang, aku gak bohong

Sialan! Rony benar-benar menguji kesabaran Salma.

Rony: sayang

Salma: please Rony!

Rony: oke, sorry Sal, boleh kita ketemu?

Salma menimbang-nimbang hapenya setelah membaca pesan Rony. Haruskah ia menemui laki-laki itu lagi? Ulang tahun Ron tinggal 2 hari lagi. Mampukah Salma mengiyakan permintaan anaknya untuk merayakan hari lahirnya bersama Rony?

Setelah sekian waktu, akhirnya Salma mengirim shareloc kepada Rony. Dia tidak tahu ini keputusan yang tepat atau justru membuat lukanya kembali menganga. Salma tau, cepat atau lambat ia tidak akan bisa lagi menghindari manusia satu itu.

Dua orang yang sudah lama tidak bertemu itu kini duduk berhadapan di sebuah ruangan penuh dengan rak buku. Seperti perpustakaan tapi dalam versi mininya.

Salma menyuguhkan kopi susu hangat dihadapan Rony. Meski dengan wajah datar. Sementara Rony sedikit tersentuh dengan suguhan Salma. Ternyata dia masih mengingat kesukaan Rony. Rony juga bersyukur Salma mau menemuinya setelah pertengkaran tanpa ujung pangkal mereka kemarin.

"Makasih Sal"

Salma hanya mengangguk. Jilbabnya menutupi sebagian wajahnya yang kini menunduk. Ia sebenarnya tidak ingin menunjukkan perasaan sebenarnya pada Rony. Biarkan lelaki itu bersama asumsinya sendiri.

"Aku masih menunggu jawaban kamu"

Salma menengadah, " tentang?"

"Pertanyaanku tadi malam. Bukannya kamu yang minta aku bertanya?"

"Berhenti main teka-teki, Sal. Aku sayang kamu", Rony meraih jemari wanita yang sangat dirindukannya selama bertahun-tahun.

Sayang? Benar kan, Rony hanya sayang padanya, bukan cinta. Mungkin memang tidak ada perasaan istimewa di hati lelaki ini untuk Salma. Memang sudah semestinya Salma tidak ada di hidup Rony.

"Rony.. jangan merasa bersalah atas hidupku. Karena aku sendiri yang memilih begitu. Aku yang memutuskan menyerahkan semuanya untukmu. Kamu nggak salah. Aku yang salah karena mencintaimu"

Deg! Rony merasa jantungnya nyeri. Hey Salma, bahkan sudah selama ini, dia masih menyalahkan dirinya sendiri?

"Hey. Kenapa bilang begitu?"

"Karena aku tidak layak untuk kamu"

"Sssttt.. "

Rony menekan jari telunjuknya di bibir mungil Salma. Dia tidak senang mendengar wanita itu merendah diri seperti sekarang.

"Sekarang kita bahas tentang Ron saja", pinta Salma. Dia tidak ingin semua isi hatinya keluar begitu saja.

"Ulang tahunnya sama denganmu, Rony" ujar Salma lagi membuat Rony terkesiap. Kebetulan semesta apa lagi ini? Ia merasa bahagia menyadari ada sedikit kesamaan dirinya dengan Ron.

"Benarkah? Ayo kita rayakan bertiga!" Seru Rony antusias.

Salma menatap wajah sumringah lelaki itu dengan perasaan tidak menentu. Senyuman itu yang dulu mampu mempesonanya hingga lupa diri. Kini juga mulai menggoyahkan benteng pertahanan yang dibangunnya bertahun-tahun. Salma tidak ingin terjebak lagi. Tapi hatinya sedang tidak sinkron dengan isi kepalanya. Rindunya mencuat kepermukaan. Bersisian dengan rasa benci dan penyesalannya. Tanpa terasa, airmata Salma jatuh perlahan saat mengiyakan permintaan dua lelaki yang memiliki arti penting dalam hidupnya. Ron dan Rony.

🌻🌻🌻

Cinta Dalam AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang