📌
Ini hanya cerita fiksi, murni imajinasi penulis dan tidak berhubungan dengan kejadian atau terjadi di dunia nyata.
📌
Harap bijak dalam berkomentar, ya:)
🌛Thanks and Happy Reading🌜•°•°•°🌛☀️🌜•°•°•°
"Bumi sedang tidak baik-baik saja."
Kata itu sering keluar dari saluran berita televisi yang membahas perubahan cuaca tahun ini. Hujan tidak turun sesuai bulan yang seharusnya, terik matahari menyengat kulit dan suhu mencapai 40 derajat, lahan pertanian di pedesaan kering kerontang. Untung saja orang-orang pintar membuat teknologi pertanian yang lebih canggih untuk mengatasi hal tersebut.
Sama halnya siang ini. Angin kencang kembali menerpa kota. Kejadian alam ini memang sudah sering terjadi, hembusan angin disertai debu yang dibawa dari lahan konstruksi membuat beberapa kaca mobil yang terparkir tampak kotor.
Ini bukan angin topan. Tapi, cukup menjengkelkan bagi manusia yang tinggal di rumah irit biaya karena antena dari tiang besi yang tinggi selalu bergerak dan sinyal menjadi buruk. Mereka sampai memukul-mukul bagian atas tv tabung yang tidak bersalah. Akhirnya, tidak bisa menonton tv.
Hal itu juga yang dilakukan oleh Seta Harun Adara. Televisi di rumahnya padahal bukan tv jenis tabung, melainkan televisi berbentuk pipih menempel di dinding. Yang jadi masalah, antena tv nya masih terbuat dari satu tiang lurus ke atas. Bukannya tidak mau ganti antena, Seta cuma ingin menghemat pengeluaran saja. Memasang parabola atau berlangganan sangat memakan biaya.
Helaan napas keluar dari mulutnya. Seta berdiri, memilih pergi ke samping rumah dimana ada kebun tomat mini.
"Makanya, tv canggih tapi antena masih kuno. Gimana mau nonton berita?" ledek tukang kredit barang perabot yang lewat depan rumah.
"Berisik!"
Panas siang hari memang cukup menjanjikan untuk bisnis ikan asin. Sayangnya, Seta tinggal di tengah kota. Lebih tepatnya di kompleks perumahan agak jauh dari apartemen yang ditempati sahabatnya, Ryuki.
Yang bisa dilakukannya adalah mengubah lahan di samping rumah menjadi kebun tomat mini. Tanpa membeli bibit, bermodalkan uang seribu rupiah membeli tomat. Biji di dalam tomat itu Seta tanam dalam polibag, muncul tunas, dan akhirnya berkembang menjadi beberapa pohon. Lumayan, tambahan vitamin C.
"Mas Seta, gue izin main, ya?"
"Nggak usah izin segala. Biasanya juga kagak," ketus Seta tanpa menatap adik laki-lakinya.
"Mas."
"Hm?"
"Mas Seta!" Kali ini suaranya lebih tinggi, mau tidak mau Seta menurunkan handphone dan balik memandang adiknya.
"Rapi amat Lo. Mau kemana?" tanya Seta heran.
"Yee, tadi bilangnya nggak usah izin. Mau ngapelin cewek, hehehe," jawabnya menyengir.
Seta memicing. "Ya, udah sana. Anak orang di jaga, kasih makan. Jangan cuma di ajak nongkrong di alun-alun modal parkir seribu."
Brian adalah satu dari dua adik yang dimiliki Seta. Adik yang paling kecil-Riana mengidap kanker darah kini berada di New York bersama kedua orang tuanya untuk menjalani pengobatan. Andai orang tua Seta tahu anaknya memiskinkan diri, mereka pasti langsung balik dari New York saat itu juga.
Sebuah notifikasi seketika muncul di layar handphone nya. Mengabaikan Brian yang masih menunggu, Seta membuka grup percakapan yang dibisukan. Notifikasi baru muncul ketika ada yang nge tag.
KAMU SEDANG MEMBACA
SetaLyna
Teen Fiction"Kita bertemu karena sebuah janji, dan kita hanya akan berpisah karena sebuah takdir." -SetaLyna •°•°•°•°•°•°🌛☀️🌜•°•°•°•°•°•° Sejak kedua orang tua angkatnya menjadikan Velyna Kumala jaminan hutang rentenir, hidup perempuan blasteran Indonesia-Kor...