•° Chapter 13 °•

163 130 3
                                    

📌
Ini hanya cerita fiksi, murni imajinasi penulis dan tidak berhubungan dengan kejadian atau terjadi di dunia nyata.
📌
Harap bijak dalam berkomentar, ya:)
🌛Thanks and Happy Reading🌜

•°•°•°🌛☀️🌜•°•°•°

Velyn membuka kedua kelopak matanya bersamaan. Korden jendela kamar belum dibuka, suasana kamar gelap sangat sunyi dan tenang. Hanya sedikit cahaya matahari yang memaksa masuk.

Ia memegang kepalanya yang agak pusing. Terduduk di pinggir kasur sambil menghela napas berat. "Jam berapa sekarang?" gumamnya.

Jam digital di atas meja sudah menunjukkan lewat tengah hari. Rekor baru bagi Velyn karena tidur lebih dari 12 jam. Dengan langkah gontai ia pergi ke kamar mandi, mencuci muka, menggosok gigi, lalu mengganti pakaian yang sejak semalam masih melekat di tubuhnya ke pakaian yang lebih santai dan ringan.

Matanya melirik meja, secarik kertas ditinggalkan seseorang di sana untuknya.

Jangan lupa minum obat, dek. Gue udah beli di apotek semalem. Ada di dalem kotak P3K.

-Uki

Velyn menyimpan kertas itu di laci dan pergi ke dapur mencari makanan. Ia hanya mengambil sebuah pisang, lalu memakannya habis bersama obat yang dimaksud oleh Ryuki.

Perutnya sangat tidak bersahabat. Sepertinya makanan pasti akan keluar jika dipaksakan masuk ke lambung.

Tringgg

Tringgg

"Siapa?" tanya Velyn berjalan menuju pintu.

Tidak ada yang menjawab. Ia mengintip sejenak dari sela-sela pintu yang di buka sedikit. Sebuah buket berisi 20 buah beng-beng max membuat Velyn terkejut.

Ia membuka pintu lebih lebar. Matanya memindai si pembawa buket dari bawah sampai ke atas. Buket itu cukup besar sehingga yang tampak hanya kaki sampai batas pinggang saja.

"Tebak, siapa?" Suara laki-laki muncul di balik buket itu.

Velyn mengulum senyumnya sendiri. "Siapa?"

Buketnya bergerak miring, menampakkan laki-laki yang tersenyum di baliknya. "Surprise...!"

"Buketnya besar banget," ujar Velyn takjub.

Dengan senyum bangga, Seta menyodorkan buket itu kepadanya. "Iya, dong. Ini buket khusus buat cewek yang baru bangun di apartemen ini."

"Cokelatnya banyak banget," pekik perempuan itu kagum.

"Gue boleh masuk sekarang?"

Velyn mengangguk. Wajahnya yang diterpa sorotan sinar matahari siang terlihat menggemaskan. Kulit putih bersinar, pipinya menggemaskan ketika bibir tipis itu tertarik bahagia. Informasi baru baginya, perempuan itu suka pada hal-hal sepele seperti ini.

"Lo suka sama buketnya?" tanya Seta duduk di sofa.

Velyn mengangguk cepat.

"Untung gue denger saran Brian," batin Seta ikut senang. Ia menyandarkan tubuhnya yang agak lelah dan memejamkan mata sebentar.

"Makasih, Seta. Eh, iya, tumben ke apartemen. Mau ketemu Kak Uki?" tanya Velyn menyadari tujuan Seta tiba-tiba datang ke tempatnya.

Seta menggeleng. "Gue mau ketemu Lo," jawabnya enteng.

"Ke-ketemu gue?"

"Iya, ketemu Lo. Firasat gue dari semalem nggak enak. Makanya gue datang ke sini. Takutnya Lo bunuh diri," jelas Seta jujur.

SetaLynaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang