°• Chapter 4 •°

201 157 20
                                    

📌
Ini hanya cerita fiksi, murni imajinasi penulis dan tidak berhubungan dengan kejadian atau terjadi di dunia nyata.
📌
Harap bijak dalam berkomentar, ya:)
🌛Thanks and Happy Reading🌜

•°•°•°🌛☀️🌜•°•°•°

Ryuki baru saja masuk ke gedung apartemennya. Di luar, bulan sabit sudah bersinar bersama bintang-bintangnya. Sayangnya cahaya bintang kalah saing oleh lampu-lampu yang menyala di gedung pencakar langit. Manusia-manusia yang gila uang. Hanya itu yang bisa dicerna Ryuki setiap kali melihat gedung perkantoran terus bekerja bahkan sampai dini hari.

Lift malam ini berisi penghuni yang tampak asing di ingatannya. Ada beberapa pengantin baru yang pindah ke sana. Ryuki hanya tersenyum saat di sapa, membalas saat ditanya, dan diam saat berada di antara mereka.

"Omong kosong," kekehnya geli.

"Paling punya anak 1 juga langsung cerai," sambungnya meninggalkan lift.

Ryuki masuk ke dalam dan menyapu sekeliling.

Kosong dan hening. Hanya ada suara televisi yang menyala dengan volume pelan. "Velyn?"

Ryuki terperanjat kaget melihat adiknya tertidur di sofa. Posisi kakinya di atas dan kepalanya di bawah menyentuh karpet bulu. "Lyn, bangun." Ia menepuk pelan pipi Velyn.

Perlahan matanya terbuka, menampilkan netra hitam agak coklat jernih mirip anak kecil. "Kak Uki," ujarnya mengubah posisi.

"Lo ngapain tidur di sini?"

"Nungguin," jawab Velyn asal.

"Ngapain nungguin? Tidur di kamar kan bisa." Ryuki menaikkan sebelah alisnya bingung.

Kini binar mata Velyn berubah menjadi serius. Ada hal penting yang harus dilaporkannya. "Ada maling tadi siang," katanya.

"Maling? Mana ada maling masuk apartemen, Velyn," jawab Ryuki menertawakan kejujuran adiknya.

"Gue nggak bohong," lanjut Velyn melapor.

Ryuki beranjak dari lantai, pergi ke dapur untuk membuat secangkir kopi tanpa gula. "Terus? Udah ketangkep satpam?" Velyn mengernyit bingung karena kakaknya tampak santai dan tidak panik jika barangnya ada yang hilang.

"Belum sempet. Soalnya tadi ...."

Velyn menceritakan semua aksi pencurian berkas tanpa menambah bumbu pada ceritanya sedikitpun. Ia bahkan bilang kalau maling itu bisa saja makhluk halus.

Ryuki duduk di sofa, mengangkat kedua kakinya dan menumpukan pada meja di depan. Bibirnya sibuk menyesap nikmat secangkir kopi pahit sambil sesekali mengangguk seolah mengerti apa yang dirasakan adiknya. "Pas gue buka mata, dia udah ngilang."

Diakhir cerita, suara tawa dari seorang Ryuki terdengar sampai keluar balkon. Tidak disangka adiknya sangat pandai berdongeng seperti ini. Setidaknya, rasa lelah memegang stang motor terbayarkan sekarang.

Melihat ekspresi Ryuki, perempuan itu memanyunkan bibir. "Nggak percaya, ya?"

"Nih, gue bawain pesenan Lo. Dua kotak beng-beng max. Dah, sana tidur. Besok Senin, bangun pagi," usir Ryuki seakan tidak mendengarkan cerita Velyn.

Velyn memekik senang mendapat coklat kesukaannya. "Besok?"

"Perempuan jangan biasa bangun siang, nanti jodohnya dipatuk ayam."

Kedua alisnya berkerut tidak paham. Setahunya, kalimat itu berisi Jangan biasa bangun siang, nanti rezekinya dipatuk ayam.

SetaLynaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang