°• Chapter 24 •°

4 1 0
                                    

📌
Ini hanya cerita fiksi, murni imajinasi penulis dan tidak berhubungan dengan kejadian atau terjadi di dunia nyata.
📌
Harap bijak dalam berkomentar, ya:)
🌛Thanks and Happy Reading🌜

•°•°•°•°🌛☀️🌜•°•°•°•°

Ada kalanya sebuah ucapan lebih baik dipendam saja ketimbang membuat komunikasi di antara keduanya menjadi canggung. Entah Seta sudah lelah menahan ucapan itu sendiri dan ingin mengeluarkannya, atau ia hanya keceplosan karena tidak kuat melihat Velyn bisa tersenyum di depan Ziddane.

Velyn sendiri memilih diam, pura-pura melupakan apa yang baru didengarnya dan sibuk mencari buah strowberry di antara tumpukan es krim. Sedangkan, Seta sibuk mengetik sesuatu di handphone sambil menunggu kopi susunya dingin.

"Seta."

"Hm?"

"Maksudnya tadi apa? Seta cemburu sama Ziddane?" Nyatanya, kalimat tadi sangat sulit dilupakan oleh Velyn. Ia justru semakin kepikiran dan penasaran.

Ting!

Deras
Gue udah selesai nglacak Fardhan, dia di gudang meubel Ryuki.

"Lyn, lo tahu kan dimana gudang meubel Ryuki?"

Buru-buru Velyn mengubah ekspresi kecewanya karena Seta tidak menjawab pertanyaan tadi. "Iya, tahu. Nggak jauh dari sini, lewat belakang bisa," jawabnya.

"Mau ngapain?"

"Gue mau nyari seseorang," balas Seta cepat. Ia langsung beranjak, berjalan ninggalkan Velyn dengan segala kebingungannya.

Perempuan itu ikut bangkit, memunguti barang bawaannya dan segera mengejar Seta dari belakang. "Seta, tunggu!"

Melihat reaksi dan sikap Seta barusan, ia bisa berasumsi bahwa ada hal yang tidak beres di sana. Tanpa banyak bertanya, ia tunjukkan gudang tempat barang-barang seperti furniture disimpan sebelum akhirnya dikirim ke luar kota atau negeri.

Sebenarnya, Velyn tidak pernah datang ke gudang itu karena Ryuki melarangnya. Terlalu banyak barang berbahaya dan kehadirannya justru akan menganggu pekerja buruh di sana. Ia hanya pernah mendengar cerita tentang gudang besar dimana satu kontainer bisa masuk dan keluar setiap hari. Dan kali ini, ia bisa melihatnya secara langsung. Banyak pekerja lalu lalang mengangkat kursi meja kayu untuk dipindahkan. Mungkin ada pengiriman besar hari ini.

"Minggir! Jangan ngalangin jalan!" tegur salah satu karyawan yang sedang mengangkat kardus untuk disusun ke dalam gudang.

Velyn menoleh, namun tidak menemukan Seta dimanapun. "Seta, lo dimana?"

Laki-laki itu menghilang bahkan sebelum ia sempat mengajaknya masuk. "Apa jangan-jangan dia masuk?" pikirnya logis.

Di lain tempat, Seta berjalan dengan pelan mengikuti Fardhan dari belakang. Entah apa yang dilakukan laki-laki itu di gudang meubel seperti ini, dan alasan itulah yang ingin ia cari tahu.

Di luar kelihatan ramai, tapi semakin masuk ke dalam, gudang ini tampak sepi. Hanya ada jajaran rak besar dengan kardus yang bertumpuk. Itu mungkin kerajinan tangan dari kayu lainnya yang digunakan sebagai stok.

Fardhan terlihat menemui seseorang. Dari seragamnya, ia hanya buruh angkat junjung di sana. Mata Seta menyipit, kepalanya mencoba mendekat agar bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Daritadi dicariin juga, nggak tahunya malah di sini," ucap Velyn kesal.

Seta langsung berbalik dan menutup mulut Velyn rapat-rapat. "Sstt! Gue lagi nguping."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SetaLynaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang