Aneh sekali, rasanya seluruh tubuhnya terbakar. Kulitnya perih bukan main, wajahnya terasa berat. Omega kecil bahkan kesulitan membuka matanya.
"Mataku," Tangannya berusaha meraba bagian wajah, mencari tahu penyebab matanya terasa sangat rapat. "Apa ini?"
Kulit wajahnya terasa asing, tidak lembut seperti biasanya. Saat disentuh rasanya semakin perih belum lagi ditambah gatal tidak terkira.
"Jangan disentuh." Suara berat menghentikan usahanya membuka matanya dengan paksa. Biu tentu ingin segera melihat penyebab seluruh tubuhnya tidak nyaman.
"Siapa kau? Eh?" Omega kecil itu segera menarik tangannya yang ada digengaman orang asing yang entah muncul dari mana itu. "A—alpha?"
Meski tidak terlalu kuat, namun samar-samar ia bisa mencium aroma tajam maskulin namun menyegarkan diwaktu bersamaan. Mint disusul dengan aroma hutan pinus dan juga oakmoss. Aroma yang sempurna.
"Aromaku pasti menganggumu. Tahanlah sebentar, aku hanya ingin memberimu obat."
"Oh, dokter.." Omega kecil menyimpulkan sendiri. "Dok, apa yang terjadi padaku."
Bible menaikan alisnya, omega sok tahu itu membuatnya merasa tergelitik.
"Dokter, apa kau masih di sana?"
"Ya.."
"Huh, irit sekali bicaranya. Memang aku hama." Jika bukan karena pipi dan mulut omega kecil yang bengkak sang raja pasti bisa melihatnya mempautkan bibir sebal. "Dokter apa yang terjadi padaku, kenapa tubuhku rasanya aneh sekali.." Biu mencoba menggapai si alpha, ia kemudian berhasil menarik ujung kemejanya. "Dokter?"
"Kenapa kau cerewet sekali." Terdengar decihan kecil dari pria yang sedang menyiapkan obat untuk omega kecil itu.
"Dokter," Suara Biu mengecil, layaknya berbisik. "Apa aku keracunan?"
Bible menghentikan kegiatannya, mendengar pertanyaan si omega. "Ya, kau keracunan." Pria alpha itu melepaskan tangan Biu dari pakaiannya, ia kemudian membantu omega itu untuk bangun bersandar di ranjang.
"Ah, lalu apa sekarang aku di rumah sakit?"
"Tidak ada rumah sakit semewah ini, kau masih diarea istana."
"Oh jadi kau dokter istana?" Biu kembali menebak-nebak. "Eh, tapi bukankah dokter istana hanya beta? Kenapa kau bisa di sini dok?"
"Sudah diamlah, suaramu membuat aku pusing."
"Ketus sekali."
"Buka mulutmu, kau harus minum obat agar cepat pulih." Bible memasukan tiga buah pil yang sebelumnya ditinggalkan oleh Nodt yang berpesan untuk memberikannya begitu Biu bangun.
"Bodoh, bagaimana bisa makan racun." Sindir si alpha begitu Biu sudah berhasil menelan obatnya meski susah payah.
"Orang gila mana yang menanam racun cantik seperti buah-buahan dan bunga?!" Sugutnya mengingat kejadian sebelumnya di taman.
"Oh?" Bible menaikan alisnya kembali. "Memang siapa yang menanam?" Tanyanya santai ingin tahu apa jawaban dari omega cerewet yang sudah kembali berbaring itu.
"Sepertinya aku mengantuk lagi, dokter aku akan istirahat." Biu berpura-pura tidur, toh karena matanya bengkak tidak ada bedanya ia bangun atau tidur.
"Hei, kau belum menjawab pertanyaanku."
Biu bergeming, berdoa sang alpha segera pergi sebab ia tidak punya jawaban soal racun yang dimakannya tanpa sengaja itu.
"Omega jangan berpura-pura tidur, cepat jawab aku. Kenapa kau bisa memakan racun di istana? Di mana kau mendapatkannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The king's castle
FanfictionBiu telah merelakan mimpi dan bakatnya sejak berusia 18 tahun. Kala itu pihak istana melakukan pencarian omega-omega terbaik diseluruh negeri untuk kemudian dijadikan pasangan para keturunan pangeran dan bangsawan kelas tinggi. Sejak kematian calo...