Penjara bawah tanah

2.8K 408 58
                                    

"Kembalilah tidur, ini sudah sangat larut." Raja mengantar omeganya hingga ke depan pintu salah satu kamar yang ada di istana utama.

Bukan kamar yang sebelumnya sempat Biu gunakan, kali ini yang dipilih raja adalah kamar utama yang berderet diantara kamarnya sendiri.

"Baik yang mulia." Senyuman lebar masih menghiasi wajah si pria manis. Menang dari raja tentu adalah kebanggaan tersendiri untuknya. "Tapi—"

"Apa?" Sela raja cepat.

"Apa anda akan pergi kesuatu tempat? Maksudku ini sudah sangat larut." Lirih omega kecil dihadapan raja.

Raja sendiri hanya memasang wajah datar, tangannya kemudian membuka pintu kamar yang akan ditempati oleh Biu. "Masuklah."

"Sebentar," Biu menahan tangan raja yang akan mendorong tubuh mungilnya. "Yang mulia benar-benar akan pergi?"

"Lalu kau pikir aku akan tidur di kamar yang sama denganmu?" Sarkas raja mulai kehilangan kesabaran.

Biu menghentakan kakinya. "Bukan begitu. A—aku hanya khawatir. Tadi benar-benar ada orang jahat kan?"

"Tidak usah khawatir, aku akan mengurusnya." Raja sedikit melunak, mendorong tubuh kecil Biu masuk ke dalam kamar yang jauh lebih megah dari miliknya di menara barat. "Aku akan mengirim pengawal untuk berjaga di sekitar kamar. Kau bisa tidur dengan nyenyak."

Raja menutup pintu, memutus kontak antara dirinya dan sang omega yang masih berdiri di dalam sana.

Omega yang nampak benar-benar cemas.

Suara tembakan tengah malam bukan pertanda baik, siapa saja pasti tau itu.

***

Raja telah berganti pakaian, tidak lagi piyama tidur seperti sebelumnya melainkan sebuah kemeja hitam dan celana bahan yang menutupi kaki kekarnya.

Pria itu didampingi oleh dua pengawal alpha menuju ke penjara bawah tanah.

Belum selesai masalah wartawan ilegal kini muncul dua penyusup yang entah berasal dari mana.

"Yang mulia," Pengawal dekatnya, Job segera berdiri dari kursi interogasi. "Anda sudah tiba."

"Apa mereka mengatakan sesuatu?" Raja menatap lurus pada dua orang penyusup yang sudah babak belur berlumuran darah.

Job menggeleng. "Tidak sama sekali yang mulia."

"Cambuk lebih keras, kalau perlu lakukan sepanjang malam hingga mereka memberitahu siapa yang menyuruh datang ke menara barat."

"Baik yang mulia." Para pengawal melakukan tugasnya. Menyiksa dua orang penyusup yang tertangkap basah itu. Namun seolah mulut keduanya terkunci, tidak peduli seberapa sakit cambukan yang diterima tubuh mereka, keduanya memilih tetap bungkam. Hanya ringisan yang terdengar dari bilah bibir kedua alpha itu.

"Yang mulia," Job memanggil raja yang masih fokus menatap dua orang pria asing usia empat puluhan itu. "Ada hal yang ingin aku katakan."

Raja menoleh sekilas kemudian mengangguk, berjalan mendahuli Job menuju sisi penjara yang cukup sepi.

"Kenapa Job?"

"Aku menemukan ini yang mulia." Job mengambil sebuah plastik dari saku celananya.

Pupil mata raja membesar melihat apa yang ada dibalik plastik bening yang diserahkan Job. Sekilas dilihat itu adalah dua buah anggur segar yang ranum, namun raja yang telah bertahun-tahun menanam tanaman serupa tentu saja langsung bisa membedakannya.

Itu bukan anggur melainkan racun yang sama yang ia tanam di rumah kaca miliknya.

"Dari mana ini?"

"Aku menemukannya di saku salah seorang penyusup itu yang mulia." Job kembali memasukan plastik berisi racun itu ke dalam saku celananya. "Aku menebak bahwa mereka juga telah mengonsumsinya."

The king's castleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang