02

63 6 0
                                    

Hangga memberhentikan motor nya tepat di depan gerbang kost perempuan di mana Shafira tinggal. Hangga benar mengantarkan nya, bukan sekedar ucapan semata.

Kostan bapak gue nih, sempit banget bumi.

"Ini bener?" Tanya Hangga lagi memastikan ketika Shafira sudah turun dari motor.

Shafira mengangguk sambil tersenyum. "Iya bener kok," Jawab nya.

Shafira mengeluarkan dompet nya dari dalam tas, dan mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dan biru. "Ini Mas, buat biaya rumah sakit sama bensin." Ucap Shafira.

Hangga terdiam sejenak melihat jumlah uang yang masih berada di tangan si perempuan. Gak sampe setengah juta Mba.

Hangga tersenyum tipis dan ia hanya mengambil tiga lembar dari banyak nya uang yang diberi. "Segini udah cukup, udah ya saya jalan lagi. Sehat ya, Ra." Pamit Hangga dan Shafira pun masuk ke dalam setelah Hangga dan motor nya pergi.

Kostan siang ini cukup sepi karena sebagian penghuni nya adalah karyawati. Shafira meletakkan sepatu nya di rak sepatu dan masuk ke dalam.

Shafira menjatuhkan diri nya di atas kasur double dengan diameter 120*200 cm itu. Ia membuka tas nya dan memperhatikan obat yang ditebus oleh Hangga. Perlahan ia tersenyum mengingat wajah pemuda itu.

Teringat akan sesuatu, dengan cepat ia mengambil ponsel nya dan membuka buku telepon, ia mencari nama Hangga dan mengedit nya dengan menambahkan beberapa kata di sana.

"Alay amat sih Sha!" Shafira meringis ketika membaca display name Hangga yang baru saja ia ubah, namun pada detik berikut nya ia tertawa sendiri.

"Gak apa lah, bener juga kok yang gue namain." Seru nya dan kemudian ia tertidur dengan memeluk ponsel nya yang masih menampilkan nama Hangga.

Sore hari nya Shafira bangun karena dering ponsel nya yang tak kunjung berhenti.

"Berisik." Keluh nya ketika membuka mata.

'Pri memanggil'

"YA TUHAN!" Shafira reflek duduk dan mengangkat panggilan nya.

"Pri, maaf. Saya ada di kost an. Kamu pulang aja ya."

"Loh? Bukan nya tadi pagi kerja?"

"Iya, tapi siang udah pulang. Maaf ya, saya baru bangun."

Terdengar hembusan nafas lega dari ujung telfon. "Alhamdulillah kalo gitu, aku kira kakak kehujanan. Yaudah aku pulang."

"Kamu pake mantel hujan kan?"

"Pake dong. Yaudah maaf ya kak ganggu, selamat istirahat."

Panggilan pun berakhir.

Di tempat nya berdiri Pri tertawa kecil, memperhatikan diri nya yang basah. "Jas hujan nya aku bawa tapi buat kamu, Kak."

(The Day We Met)

Hangga memarkirkan motor nya dan berjalan santai menuju kafe nya. Senyum nya tercetak jelas ketika ia membuka pintu kaca itu.

Uang - uang gue.

Hangga berhenti di depan meja kasir, ia sedikit berbincang dengan karyawan nya dan kemudian pergi ke ruang kerja nya.

Di dalam, ia melepas jaket kulit nya dan ia simpan secara sembrono di sofa, ia merogoh ponsel nya karena benda pipih itu terus menerus bergetar. Dia berdecak ketika menyadari nama grup nya telah diubah.

The Day We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang