10

17 2 0
                                    

Shafira masuk ke dalam kost nya tanpa suara, ia baru saja kembali dari rumah Hangga guna mengembalikan helm nya. Helm milik Shafira hilang beberapa hari yang lalu, maka karena itu Hangga meminjamkan helm pada perempuan itu.

Namun bukan Hangga yang keluar, ia malah mendengar keributan keluarga pemilik kost nya yang juga membawa nama nya. Saat itu Shafira langsung kembali ke kost nya dengan membawa balik helm milik Hangga, karena tidak mungkin ia tinggalkan di dalam teras begitu saja di saat sedang rawan pencurian di daerah nya.

Shafira masuk ke dalam kamar nya dan meletakkan helm dengan warna kuning pisang di atas meja belajar nya. Shafira berjalan ke arah balkon kamar nya, guna menutup tirai coklat yang memang masih terbuka sejak pagi.

Tangan perempuan itu tertahan ketika melihat Hangga di sebrang sana sedang duduk termenung di balkon kamar nya. Shafira tersenyum tipis ketika mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.

"Makasih Mas Hangga." Shafira pun menarik tirai itu hingga tertutup rapat. Shafira berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah selesai ia pun meminum obat nya dan merebahkan dirinya di atas tempat tidur nya. Shafira mengambil ponsel nya dan ia membuka ruang obrolan bersama Agam. Shafira hendak mengirimkan pesan pada lelaki itu, namun ia urungkan ketika mendapatkan pesan dari Kinan. Shafira memilih untuk bertukar pesan dengan Kinan, mengabaikan rasa sakit di kepala nya.

"Alhamdulillah." Shafira tersenyum lega ketika mendapat kabar bahagia dari Kinan.

Shafira pun mematikan ponsel nya dan memilih untuk tidur. Ia tidak perduli dengan project nya yang hilang, karena itu sudah buka tanggung jawab nya lagi.

Sementara di tempat Hangga, lelaki itu masih duduk termenung di balkon nya. Hangga masih tidak habis fikir dengan pemikiran Sang Ayah. Hangga tahu, memakai jilbab adalah sebuah kewajiban bagi setiap perempuan muslimah tapi sangat tidak masuk di akal menolak Shafira, hanya karena ia kerja tidak menggunakan jilbab saat bekerja.

Ayah gue kenapa sih, Shafira beda padahal.

Hangga kembali mengingat kilas balik nya bersama kedua mantan nya, dan itu sangat membuat nya seperti lelaki bodoh yang dua kali mendapatkan pasangan yang salah.

Waktu itu, ketika Hangga baru lulus kuliah ia membawa kekasih nya kepada keluarga nya untuk dikenalkan, Ajeng. Hangga dan Ajeng telah menjalin hubungan sejak semester 5,namun memang Hangga akui watak kekasih nya saat itu keras kepala dan susah diatur. Jadi, Hangga tidak terlalu menyalahkan Ayah ketika Ayah tidak setuju dengan hubungan mereka. Mereka pun putus setelah makan malam bersama keluarga Hangga, dengan Ajeng yang mengatakan "Percuma hubungan kita bertahun - tahun kalo keluarga kamu gak setuju. Kita udahan aja." Seru Ajeng malam itu, nyatanya setelah tiga hari putus bersama Ajeng, Hangga baru tahu dari Josse jika selama ini Ajeng selalu menjelekkan dirinya di depan teman - teman nya serta keluarga nya.

Yang kedua, Hangga pernah menjalin hubungan dengan teman sekolah nya ketika SMA. Bermula acara reuni akbar dan buka bersama pada waktu itu, Amelia — si mantan matrealistis ini mencoba membuka obrolan mengenang masa mereka dan dari sana, terbuka lah kartu jika Amelia adalah penggemar rahasia Hangga semasa sekolah. Karena Hangga dulu adalah seorang anak basket, jadi bagaimana Amelia tidak tertarik.

"Coba aja dulu sama Amel." Itu kata Josse, akhirnya dengan ragu ia mulai mencoba menerima kehadiran perempuan itu hingga dua bulan kemudian mereka berpacaran.

Baru seminggu berpacaran, Amel sudah berani mengatur Hangga ini dan itu dan bahkan Amel juga terus meminjam uang Hangga, yang saat itu Hangga masih bekerja paruh waktu di sebuah kafe yang berada di Jakarta Barat.

Di minggu ke tujuh, Ayah dikejutkan dengan kedatangan Amel yang tiba - tiba.

"Hangga, kamu kenapa gak bilang kalo ada di rumah? Tau gitu tadi aku minta jemput kamu. Mahal tau ongkos dari stasiun ke rumah kamu." Seru Amel di dapur ketika sedang menemani Hangga membuat minum — untuk dirinya.

The Day We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang