16

9 1 0
                                    


Agam menghembuskan nafas nya berat begitu langkah nya memasuki lobi hotel, lelaki dengan gaya kantoran itu baru saja selesai meeting dengan salah satu klien nya, yang berada di Semarang. Sang klien yang banyak mau sangat membuat lelaki itu frustasi, karena itu Agam memutuskan untuk segera kembali ke penginapan agar bisa beristirahat sebelum malam nanti ia akan kembali ke Jakarta.

Namun entah mengapa begitu lelaki itu berada di dalam lift, ia malah memencet angka lantai teratas. 13, padahal lantai kamar tempat nya menginap berada di lantai 7.

"Pemandangan dari atas kayanya cukup buat gue rileks." Seru Agam, begitu ia tersadar dirinya tiba di lantai 13.

Sesampainya di rooftop, Agam disambut semilir angin yang dengan lembut menerpa wajah nya. Ia berjalan menelusuri rooftop dengan pandangan yang tertuju pada gedung - gedung tinggi yang mencapai cakrawala.

Lelaki itu tersenyum. Cantik. Agam terpana dengan keindahan serta kepadatan Kota Semarang yang ia lihat dari atas rooftop. Meskipun hari masih siang, hal itu bukan apa - apa untuk nya.

Kota Semarang adalah salah satu kota impian Agam ketika ia dulu ingin memasuki bangku perkuliahan, namun rezeki nya membawa nya pada kota lain. Jadi, ketika saat ini lelaki itu berada di Kota kesukaan nya, ia merasa senang.

Namun sayangnya, senyum Agam tidak bertahan lama karena ia mendengar suara keributan yang tidak jauh dari tempat nya berdiri. Lelaki itu juga mendengar jelas jika di sana ada suara perempuan yang selalu ia rindukan.

Rahang lelaki itu mengeras seiring dengan derap langkah nya serta tangan yang mengepal. Agam berhenti sejenak untuk merekam semua kejadian yang ada di hadapan nya, kemudian ia memasukkan kembali ponsel nya ke dalam saku jas hitam nya itu.

"Iya, dalam mimpi lo."

Agam menarik Shafira dan mengamankan tubuh kecil itu di belakang diri nya. Agam bahkan dapat merasakan jika Shafira di belakang nya sedang bergetar karena takut.

"Sentuh dia, lo berurusan sama gue." Agam langsung melayangkan tinjuan nya pada lelaki itu, ia tidak perduli jika tangan nya terluka.

"Lo salah target kalo mau buat dia jadi pelacur! Dia bukan pelacur." Seru Agam ketika ia berhenti menghajar lelaki itu.

Agam menjauh dan langsung menghampiri Shafira yang tengah duduk berjongkok, bahu perempuan itu bergetar.

"Ira." Agam ikut berjongkok, hati nya sakit melihat Shafira saat ini.

"Ayo berdiri, aku anter kamu ke kamar." Seru Agam dan Shafira menurut.

Agam mengambil laptop dan tablet yang tergeletak di aspal, kemudian pergi dari sana dengan Shafira sambil menggenggam tangan kecil nya yang masih gemetar.

"Kak, kenapa di sini?" Shafira bertanya dengan suara parau nya, ketika mereka berada di lift.

"Ada kerjaan, tapi udah selesai." Jawab Agam.

"Aku mau pulang." Cicit nya dan Agam mengangguk.

"Iya, ayo pulang hari ini." Agam berusaha menenangkan Shafira kembali ketika perempuan itu kembali terisak.

"Kamu beresin barang kamu ya, siang ini kita keluar." Shafira mengangguk.

Begitu sampai di depan kamar nya, Shafira kembali berkata. "Kak, tolong jangan tinggalin aku." Seru Shafira yang masih merasa was - was.

"Kakak di sini aja ya, tunggu aku.." Pinta nya.

"Iya, udah sana masuk. Aku di sini." Seru Agam dan Shafira pun membuka pintu kamar nya dengan akses kartu milik nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Day We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang