12

11 1 0
                                    

Warning : using blood word & 3k words
.
.
.

Shafira keluar dari kamar kost nya, ia akan membayar kost bulan ini yang telah ia tunda. Kost malam ini cukup sepi, para mahasiswi masih betah di kampus mereka dan para karyawati yang sedang terjebak lembur dan jam macet. Hanya Shafira yang sudah berada seorang diri di kost ini.

Shafira menghembuskan nafas nya pelan sambil menguatkan dirinya ketika melihat gerbang rumah Pak Toni terbuka lebar.

Shafira pun masuk ke dalam sambil mengucapkan salam nya."Assalamualaikum." Seru Shafira ketika melihat pintu utama itu dibiarkan terbuka.

Anisa yang sedang menikmati cemilan nya bersama Hangga di ruang tv lantas langsung berdiri dan berlari. "Waalaikumussalam, ayo masuk Kak." Anisa mempersilahkan Shafira masuk.

Shafira tersenyum hangat dan masuk ke dalam yang kini diikuti Anisa di belakang nya. "Bapak ada? Saya mau bayar kost." Tanya Shafira dengan sopan.

Anisa mengangguk. "Ada, Kakak duduk dulu aja, Nisa panggil Ayah dulu." Shafira tersenyum lagi.

"Makasih." Ucap nya.

Hangga yang melihat punggung sempit dengan balutan hoodie over size nya tersenyum. "Ra, duduk sini." Seru Hangga dengan lembut.

Dipanggil begitu, ia akhirnya memilih duduk di sebrang Hangga. Shafira hanya menunduk memainkan ujung hoodie nya. Ia sangat canggung dengan Hangga ketika hanya berdua di dalam ruangan ini.

Dari atas terdengar suara Ayah yang perlahan mendekat hingga akhirnya Ayah sampai di lantai dasar. "Ada apa neng?" Tanya Ayah dengan nada nya yang tidak biasa, seperti tidak suka.

Ayah duduk di samping Hangga, memperhatikan perempuan yang sedang duduk di hadapan nya dengan kerudung instan warna hitam.

"Saya mau bayar kost bulan ini, Pak." Jawab Shafira gugup, ia menyerahkan selembar amplop putih persegi panjang pada pemilik kost.

Ayah mengambil nya dan menghitung nya. "Kamu bilang 2 bulan, kok cuma bulan ini?" Tanya Ayah.

"Iya Pak, saya bulan depan udah gak di sini lagi. Makanya saya cuma bayar bulan ini." Hangga yang mendengar percakapan kedua nya merasa panas.

"Oh? Mau pindah kost? Atau gimana?" Tanya Ayah.

Shafira tersenyum ramah dan mengangguk. "Iya Pak, insyaallah bulan depan saya mau pindah ke Bandung." Jawab Shafira ramah.

"Kerja apa sih kamu sampe rela lepas kerudung kamu?" Hangga berdecak mendengar nya.

"Ayah gak ada hak nanya gitu ke Shafira." Hangga jengah.

Ayah menoleh ke putra sulung nya. "Ayah mau tahu emang gak boleh? Emang cuma kamu yang harus tahu Shafira?" Tanya Ayah dengan sinis.

Shafira yang dihadapi oleh suasana seperti itu rasanya ingin menghilang. "Kerja kamu di mana sih emang?" Tanya Ayah lagi.

"Saya kerja di hotel berbintang yang ada di Jakarta Selatan, Pak. Di sana saya jadi Relasi Publik Marketing, Pak." Jawab Shafira dengan canggung.

"Hotel?" Shafira mengangguk mengiyakan.

Ayah diam sejenak memperhatikan Shafira sebelum kembali berbicara. "Terus di Bandung? Hotel lagi?" Shafira menggeleng.

The Day We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang