DAY 10

415 53 1
                                    

05.30 AM.
Setelah sedikit membersihkan diri, Soobin turun ke bawah untuk menuju dapur hendak mengajak Yeonjun olahraga ringan seperti janjinya kemarin sebelum tidur karena sudah lama juga ia tidak berolahraga kembali.

"Sayang.. adek di mana?"

Yeonjun tidak ada, Soobin sudah mencarinya ke seluruh bagian rumah sampai ia kembali menuju dapur lagi, mungkin saja istrinya sudah kembali. Nihil, istrinya masih tidak ada. Mulai dilanda kecemasan, karena pintu belakang yang terbuka lebar dan Yeonjun tidak ada itu adalah salah satu pertanda tidak baik.

Di luar sangat sepi, berkabut dan rumput kebun istrinya yang sedikit basah menandakan kemarin malam turun hujan. Hampir tidak ada suara apa pun—

Byur..

Suara itu bisa Soobin tangkap dengan jelas,
—seperti sesuatu yang terjatuh ke dalam air dan sudah jelas itu pasti berasal dari arah danau mengingat letaknya yang tidak terlalu jauh. Berlari tergesa dan jantungnya hampir turun ke perut kala ia melihat istrinya yang hampir tenggelam dan berusaha berenang ke tepian. Astaga Tuhan, sepagi ini?

Byur..

Tanpa berpikir dua kali dirinya ikut terjun ke danau tanpa peduli karena mungkin air danau yang sangat dingin itu bisa membekukan tubuhnya lalu menarik tubuh istrinya ke permukaan. Setelah berhasil naik dengan Yeonjun yang langsung terduduk lemas dan terbatuk keras guna mengeluarkan air yang masuk ke paru-parunya.

"S-soobin.." ucapnya kemudian dengan suara pelan sekali.

Tidak tega, tanpa menjawab Soobin langsung menggendongnya menuju rumah dengan perasaan tidak karuan. Tubuh istrinya terasa sangat dingin karena dilihat dari kabut yang masih menyelimuti jalan, jelas saja air danau masih sangat dingin, bahkan buku-buku jarinya terlihat memutih dengan kepala yang ia senderkan lemas pada bahu Soobin.

"Pusing.. Soobin, maaf.." ucap Yeonjun dengan suara sangat kecil dan meremat lemah kaos Soobin yang belum mengeluarkan sepatah kata pun.

Setelah sampai di rumah, Soobin langsung membawanya ke dalam kamar. Menggantikan Yeonjun dengan pakaian hangat, membuatkan air madu lalu mendudukkannya di tepi ranjang. Itu semua Soobin lakukan masih tanpa sepatah kata pun keluar dari bibirnya, Yeonjun total diabaikan. Soobin pasti kecewa padanya.

Yeonjun sengaja, menceburkan diri ke dalam danau itu, ia lakukan secara sengaja dan sepenuhnya sadar. Karena mereka mengancam dirinya dan jika ia tidak segera melakukannya, mereka akan melakukan sesuatu yang membuat kepalanya terasa seperti dihantam batu besar, sangat sakit—nyawanya seperti tengah ditarik dengan paksa.

Soobin dan kematian, adalah dua hal terhubung yang sangat Yeonjun takutkan.

"Soobin.. aku minta maaf."

Sepuluh kali. Kata maaf itu sudah terhitung sepuluh kali keluar dari bibir istrinya. Tidak menjawab, Soobin sudah membuat keputusan. Membereskan semua pakaian mereka, memasukkan ke dalam koper dengan asal tanpa menoleh sedikit pun ke arah istrinya.

"Soobin, aku enggak mau pulang." Tolak Yeonjun ketika melihat Soobin membongkar lemari mereka dengan sedikit emosi yang sudah pasti ingin mengajaknya pulang. Yeonjun seakan menguji kesabarannya dengan melontarkan kata yang membuat darah Soobin seakan mendidih. Setelahnya Soobin berhenti, menoleh ke arah istrinya yang terdiam lemas di pinggiran kasur dengan jemari yang saling meremas.

Soobin mengusap kasar wajahnya, tanda ia frustasi. Soobin menghela napas panjang berusaha sabar lalu menghampiri istrinya, berlutut di hadapannya lalu menggenggam lembut kedua tangan dinginnya.

"Terus, adek maunya gimana? Mau di ajak pulang kalau kamu udah masuk rumah sakit? Gitu? Ini bukan pertama kalinya aku lihat kamu mau sakitin diri sendiri. Aku khawatir, di kantor aku susah fokus. Aku mikirin keadaan kamu di rumah." Ucap Soobin dengan menatap tepat ke arah mata istrinya yang menunduk seperti tidak berani menatapnya. Karena ini bukan pertama kalinya Soobin melihat Yeonjun ingin melukai dirinya sendiri. Sudah cukup, Soobin tidak tahan lagi. Keputusannya sudah bulat. Mereka akan pulang. Hari ini juga.

15 DAYS / SOOBJUN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang