DAY 13 Part-2

497 54 3
                                    

01.00 PM.
Soobin menghela napas panjang sebelum memasuki bangunan tinggi dengan cat abu-abu di hadapannya. Merapikan kaosnya lalu sedikit menyisir rambut berantakannya dengan tangan. Siang ini kantor polisi cukup sepi, hanya ada dirinya, beberapa polisi dan satu laki-laki dengan tubuh kurus yang memandanginya intens.

Soobin diarahkan pada ruangan bersekat dengan kaca tebal dan ia bisa melihat jelas di sana ada laki-laki tua itu, sosok yang belakangan ini mengacaukan dirinya. Pak Kang duduk diam menunduk dengan tangan saling meremat yang berada di atas meja, beliau tentu sudah diberitahu bahwa Soobin akan kemari. Setelah Soobin masuk mereka berdua ditinggalkan, hanya ada dua buah CCTV yang memantau setiap gerak-gerik mereka berdua.

"Duduk nak."

Laki-laki tua dengan kaos abu-abu itu mempersilahkannya duduk dengan senyum tipis. Soobin sangat marah tentu saja, namun yang di hadapannya adalah orang yang lebih tua, ia akan mencob lebih bersabar kali ini. Rambut putihnya yang mengintip dibalik topinya dan guratan keriput di wajahnya menandakan bahwa laki-laki tua itu sama kacaunya dengan dirinya.

Soobin menggeser kursi dengan sedikit kasar, agar laki-laki tua itu tau bahwa ia tidak sedang ingin main-main sekarang. Pak Kang yang sesekali membenarkan letak kacamatanya itu lalu mengeluarkan selembar kertas lusuh dari kantongnya, menggesernya pelan ke arah Soobin. Soobin tidak mengatakan apa pun, ia hanya menatap lurus dengan menaikkan sebelah alis pertanda bahwa dirinya tidak mengerti.

"Buka nak."

Soobin perlahan membuka lipatan kertas kasar itu lalu di sana tertulis ; saya akan berakhir sebentar lagi, tulisan tangan yang sepertinya ditulis dengan keadaan tangan yang gemetar. Soobin tidak mengerti apa yang beliau coba katakan padanya, ia tidak suka basa-basi.

"Saya tidak ingin berbasa-basi, lebih baik bapak katakan apa yang sebenarnya terjadi di rumah itu karena istri saya yang menjadi korbannya."

Pak Kang melepas kacamata dan topinya lalu mendongak menatap mata Soobin. Soobin cukup terkejut kala melihat bekas luka jahitan panjang dari mulut hampir mengenai telinganya pada pipi kanan beliau. Soobin yakin itu tidak ada ketika mereka bertemu dua minggu yang lalu. Tidak mungkin itu masih baru, itu adalah bekas luka jahitan yang sudah mengering dan terlihat menyakitkan.

"Luka ini saya dapat dari istri saya tiga puluh tahun yang lalu. Dia adalah orang yang pemarah, tidak sabaran dan sangat membenci kecacatan."

Tidak, Soobin tidak ingin tau seperti apa istri laki-laki tua itu. Ia hanya ingin pertanggung jawaban atas apa yang menimpa istrinya.

"Pertama saya ingin meminta maaf kepada nak Soobin dan istri. Ini cukup rumit, semoga nak Soobin masih bisa mendengarkan cerita saya sampai akhir." Ucap Pak Kang dengan tangan yang saling meremat, gemetar kecil.

"Kalian pemuja setan, kalian bersekutu dan kalian tidak bertanggung jawab atas perbuatan kalian. Kalian sengaja mengumpankan kami berdua kepada iblis biadab di sana! Saya sudah tau semuanya." Ucap Soobin dengan urat yang menonjol di lehernya, perasaannya tidak karuan bertatap muka dengan orang yang menjadi penyebab kesengsaraannya selama dua minggu ini.

"Benar nak, saya minta maaf. Saya memang egois, saya dulu memang takut mati. Tapi bersyukurlah kalian sudah pergi dari rumah itu."

Bagaimana bisa di saat seperti ini laki-laki tua ini mengatakan tentang bersyukur padanya? Darah di kepalanya serasa mendidih sekarang. Namun, Soobin berusaha masih waras.

"Saya cukup terkejut waktu pertama saya tahu bahwa kalian berdua berhasil keluar. Saya ragu, karena mereka tidak biasanya melepaskan mangsanya."

"Apa maksud Anda? Jadi Anda sebenarnya tau jika istri saya akan menjadi incaran setan biadab itu? Di mana otak Anda sebenarnya?" Soobin benar-benar murka sekarang.

15 DAYS / SOOBJUN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang