chapter 4

98 10 0
                                    

Sore hari yang sangat cerah, bunga kosmos jingga dan putih menambah keindahan taman kota seoul dengan warnanya yang sangat indah. Suara anak-anak bermain sketboard, alunan musisi jalanan yang indah memberikan kenangan tersendiri bagi penikmat pejalan kaki.

Di bangku ini di bawah jam dinding kota mereka akan duduk bersama tepat pukul 4 sore dengan membawa masing-masing ice americano dan roti. Sesuai kesepakatan mereka untuk mengetahui keberadaan satu sama lain.

Taman kota sore hari sangat ramai seperti biasanya, seola sudah berada di depan bangku yang akan mereka duduki, dia tidak mendapati bangku kosong karena sepasang manula yang duduk disana. Dengan ragu seola tetap berdiri di samping bangku itu untuk memberi tanda kepada penggemarnya jika dia sudah berada disana. Sedikit menunggu lama ada suara memanggilnya dengan ragu.

“shak.. shaki..” penggemar itu memanggil dua kali. Tetapi panggilan itu tak terdengar oleh seola

Dengan sedikit ragu tangan itu memegang pundak seola dengan pelan dan memanggilnya lagi “shaki”

Terkejut bukan main seola mendapati penggemar di belakangnya dan seola pun diam membatu seperti melihat hantu seakan tak percaya orang yang di hadapannya.

“kau ada..”gumam seola lirih

Orang yang di hadapannya pun tak kalah terkejut karena dia seorang perempuan.

“kau kah penggemar itu?” ucapan seola membuyarkan kekagetannya.

“nde..”

“kau orang yang ada di karyaku?”

“nde..”

“hallo shaki..” setelah sama2 terdiam cukup lama karena sama-sama kaget. Seola memberanikan diri untuk memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya.

“Nde..jiyeon kim jiyeon panggil saja aku bona”

“haha ya kopi dan roti..” lanjut seola sambil mencairkan kecanggungan

“ah iya dan kita gak dapat bangku” sambil bona melirik kedua manual yang masih duduk di bangku.

Mereka beranjak dan mendapati tempat kosong untuk mereka duduki.

“yah aku mengerti sekarang kenapa kau menginginkan karyaku”

“yah karena itu aku hehe”

“dan kau bilang jatuh cinta pada fotographernya” lanjut seola sambil tertawa agar tidak tegang

“Iya aku sudah melihat semua karya di website anda sajangnim rasanya seperti aku keliling dunia hehe”

“jangan panggil aku sajangnim, shaki saja”

“ah baik nama panggung yaa.”

“hm..kita selalu menggunakan nama panggung. Jadi kau benar-benar ingin foto itu?”

“ya tentu saja karena saya terlihat sangat cantik haha”

Seola tertawa lepas setelah sekian lama. Baru ini nemu penggemar yang narsis juga. Mereka berbincang-bincang bertukar nomor telepon hingga hari mulai larut membicarakan seputar kesenian dan foto.

--

Setahun sudah berlalu mereka tetap saling bertukar kabar meskipun di negara yang berbeda. Seola harus kembali ke perancis karena pekerjaannya sebagai seorang fotografer . Kontrak dengan vogue membuatnya harus menetap beberapa bulan di perancis.

Bona dengan kesibukannya yang luar biasa sebagai dokter bedah tetap menyempatkan diri untuk menelepon seola atau sekedar bertukar pesan. Karya itu akhirnya berada di apartemen bona dan ia memasangnya di ruang tengah tak lupa foto seola tampak di atas buffet.

Foto seola yang bona potret sendiri karena bona penasaran cara memfoto dengan hasil yang bagus, akhirnya seola mengajari bona memotret dengan seola sendirilah modelnya.

Hubungan mereka semakin hari semakin dekat bukan seperti seorang sahabat tetapi lebih dari itu. Keduanya sama-sama tau dan takut karena seola tau bona orang yang tetap straight karena dia menjaga privasinya yang berprofesi sebagai seorang dokter. Sedangkan seola seorang seniman dan tinggal di luar negeri hal seperti itu sudah biasa baginya dan bukan aib.

Seola berencana akan ke seoul dan memberi kejutan kepada bona di hari ulangtahunnya. Iapun sudah menghubungi beberapa kawan yang ada di seoul untuk membantunya.

--

SNOW IN SEOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang