Malam itu seola terlihat sangat cantik, bahkan lebih cantik dari hari-hari biasanyan mereka bertemu menurut peter. Ia menggandeng tangan seola menuju mobil, dan membukakan pintu mobil seperti yang dilakukan oleh seorang pangeran untuk tuan putrinya.
“silahkan..” godannya dengan senyumnya yang menawan melihatkan lesung pipinya kepada seola.
Seola hanya tertawa menanggapi perlakuan peter kepadanya sepanjang hari sejak tadi ia menjemputnya untuk berangkat bersama, seperti tidak bertemu dalam satu dekade saja.
“kita mau nonton film apa?” tanya seola sambil merapikan rambutnya.
“avatar” jawabnya singkat dan tersenyum tengil dengan tetap fokus menyetir mobil. Karena ia tahu seola sudah menanti-nantikan film kesukaanya itu.
Akhirnya mereka berdua memasuki studio dan segera menuju tempat duduk yang sudah mereka pesan, tak lupa dengan popcorn dan soda yang sudah mereka beli karena film yang akan mereka tonton berdurasi cukup panjang.
“jangan lupa silent hp.” Sambil mengingatkan peter dan memasukan handphonenya kembali ke dalam tasnya.
Peter mengikuti arahan seola untuk men-silent handphonenya. “nanti kita langsung ke restoran dekat kantor ya.” Ucap peter ke seola
“aku lupa harusnya nanti malam kita bertemu perancang busana dari Indonesia.” Dengan muka yang memelas jika ia benar-benar lupa dan mungkin harus memotong waktu agar tidak terlalu terlmbat untuk datang.
“Indonesia? Jangan bilang dia yang akan kerjasama dengan kita.” Jawab seola dengan deg-deg an semoga tebakannya salah.
“nde..mian” sambil menunduk dengan tangan yang memohon kepada seola.
“yak.peter!” kesal seola yang ingin memukul sahabatnya, “dan sekarang kita lagi nonton.” Lanjut seola heran dengan pikiran peter. Tetapi ia juga tidak mau melewatkan film yang sudah ia tunggu-tunggu.
Lampu bisokop mulai dimatikan menandakan jika film akan segera di mulai, mereka berdua mencoba kembali tenang dan menikmati film saat ini. Seola meneguk sodanya banyak-banyak dan menghela napas panjang, mencoba untuk fokus menonton film yang sudah dimulai.
Layar bisokop mulai melebar, suara efek terdengar semakin jelas. Penampakan laut yang luas dan apik memamerkan efek visual film yang digarap. Mereka berdua sangat menikmati suguhan film yang hanya tayang dalam jedah beberapa tahun yang cukup lama.
Peter mengambil popcorn milik seola, karena ia menyadari jika miliknya sudah habis. Film dengan durasi yang cukup panjang membuatnya cepat sekali menghabiskan camilan yang ia beli di bioskop karena memang sudah waktunya makan malam.
“aku minta..” sambil mengambil soda milik peter tanpa menunggu ijin dari pemilik.
Tak terasa sudah hampir sekitar 3 jam mereka menonton film, dan film itu berada dipuncak-puncaknya adegan action saat peperangan besar terjadi. Mereka terbawa alur film yang mereka tonton, sehingga hampir saja melupakan kewajiban pekerjaan yang sempat terlewat.
Peter merubah posisi duduknya sambil meregangkan kaki karena sudah cukup pegal dengan ketegangan film tadi. Ia memegang tengkuk lehernya yang terasa kram, tak sengaja melihat jam tangan digital milliknya yang sudah menunjukan pukul 21.00. ia kaget dan terjengat dari tempat duduknya, teringat dengan janji temu dengan perancang busana dari Indonesia.
Ia menarik seola dan segera keluar dari bioskop, meskipun seola sempat akan menolak karena filmnya tinggal sedikit. Dengan sedikit kesal dan terburu-buru, peter segera menancapkan gas dan menghubungi asisten pribadinya untuk mengetahui situasi dan kondisi saat ini disana.
Peter sempat mengirimkan pesan kepada asistennya saat berada dibioskop sebelum film dimulai, untuk memberikan sedikit pengarahan dan memberitahukan kepada asistennya jika terlambat hadir karena ada urusan yang sangat mendesak.

KAMU SEDANG MEMBACA
SNOW IN SEOUL
FanfictionSeola adalah seorang profesional photographer yang menetap di paris. Bona seorang dokter ahli beda umum dia mendedikasikan hidupnya sebgai seorang dokter profesional. Hidup mereka berubah hanya karena 1 karya foto. Apakah merek bisa bertemu dan b...