chapter 1

181 10 0
                                    

Rintikan air hujan seakan memberikan alunan yang syahdu di telinga Seorang wanita yang sedang melamun disamping jendela. Aroma air hujan yang menyatu dengan aroma kopi klasik yang khas. Senyum itu sungguh menawan sehingga siapapun yang melihatnya akan menjadi tenang. Seola menyeduh kopi sambil melihat kalender di mejanya dengan tanggal yang terlingkar dan tertulis “photography exibition”.

Seorang photographer profesional busana dari seoul yang menetap di perancis,  harus kembali ke tempat asalnya untuk acara pameran photography. Seola terkenal dengan karyanya namun tidak dengan dirinya, karena dalam karyanya dia selalu memakai nama inisial yakni shaki.

--

Galeri itu sangat penuh dengan pengunjung. Photo berkonsep Minimalis hitam putih,  bermacam bingkai bentuk dengan ukuran yang berbeda memenuhi setiap sudut tembok galeri. Ditata dengan rapinya  membuat setiap poto yang berbingkai itu mempunya arti tersendiri bagi para penikmatnya

Foto seorang wanita di tengah hujan dengan membawa payung, tampak terpampang jelas dan besar dengan bingkai yang apik. sehingga membuat semua orang yang melihatnya terpesona seakan dunia ini berhenti sepersekian detik hanya untuk melihat karya luar biasa sang photographer.

Dengan daya tarik tersendiri seolah foto itu hidup, membuat seorang wanita itu mematung dengan waktu yang cukup lama seakan tersihir dengan karya yang sungguh luar biasa indahnya. “Beautiful” tak sengaja ia bergumam sambil meneteskan air mata yang tak sudah tak tertahan. Ini adalah karya terindah yang pernah ia lihat seakan mempunyai banyak makna dan arti yang tidak bisa di tuliskan dengan kata-kata . Ia mendekat dan melihat nama yang tertulis disana “shaki”.

“aku tidak menyukai hujan, itu membuatku trauma akan masa kelam. Tapi saat ini kau membuatku memaafkan masa lalu dan membuatku melangkah maju. Aku ingin menerima hujan dan bersahabat dengannya sampai sekarang. Karena senyummu yang sungguh tulus”

Bona membaca dengan tidak percaya. Segera ia mengambil benda persegi dari kantongnya dan mengetik website dan email dari sang photographer. Dia ingin mengenalnya dia ingin dekat dengannya hanya itu yang ada di pikiran bona.

--

“Shaki home”  ia membuka semua galeri yang ada di website itu. Dia buka satu persatu setiap galeri yang ada di website itu seolah membaca sebuah cerita perjalanan seseorang di setiap negara.

Pantai yang sungguh indah dan rakyat yang kuat dengan budaya tradisi dengan memakai pakaian adat dan buah yang tersusun di atas kepalanya. Seorang penari yang cantik dengan menggunakan tapih berwarna merah hijau , dibalut dengan stagen parade berwarna emas dan membawa bokor menghiasi galeri seola yang berjudul BALI INDONESIA.

Dengan telaten bona membuka semua galeri seola satu persatu seperti ia telah berpetualang ke setiap negara. Sampai ia berhenti pada foto yang ia lihat pada saat di galeri, dengan cepat bona melihat email seola yang tertera di website shaki home. Dengan keragu-raguan akhirnya bona memberanikan diri untuk mulai mengirim pesan kepada seola.

From: bn.jiyeon12@gmail.com

To: shaki.home@gmail.com

Subject : -

Compose email:

Anyeonghaseo shaki sajangnim.

Perkenalkan saya  penggemar anda.

Saya datang ke galeri pameran anda kemarin di seoul. Pameran yang sangat luar biasa karya-karya anda sangat menginspirasi sekali. Dan satu hal yang ingin saya sampaikan saya sangat menyukai salah satu foto anda dan arti dalam foto itu sangat membuat saya gembira.

Jika di ijinkan bolehkah saya membeli karya anda yang sangat saya sukai sajagnim? Saya tidak tau apakah untuk karya foto itu anda menjualnya atau tidak. Jika memang anda menjualnya saya akan membelinya berapapun harganya.

Terimakasih atas perhatiannya saya akan menunggu kabar dari anda

 Salam penggemar anda

--

“tugas saya sudah selesai sajagnim” kata pemuda itu sambil menunduk

“Ah nde terimakasih atas bantuannya, segera ke ruang administrasi untuk mengambil gaji kalian selama pameran” ucapnya sambil tersenyum dan menunjuk ruangan yang berada di ujung koridor.

“Nanti malam jasa pengiriman akan mengambilnya pukul 9 malam”

“okee mungkin aku akan disini sementara sampai jasa pengiriman datang”

--

Seola mengambil posisi bangku di dekat jendela. sambil menunggu kopi dan makan siangnya datang, dia membuka laptop untuk mengecek hasil keuangan event. Terlihat notifikasi di emailnya banyak sekali pesan masuk yang belom di baca. Satu persatu pesan ia buka tidak lain banyak pembeli yang mengincar foto itu.

Dia bukan sembarang  orang yang mudah untuk menjual karya nya kepada semua pembeli. Seola akan selalu menyeleksi pembelinya dengan alasan yang  pas untuk menjadi seorang yang layak bagi karyanya Karena ia tidak pernah melelang karyanya Seola seorang seni murni, bahkan dia sangat bisa memberikan karyanya dengan gratis asalkan sang pembeli benar-benar menginginkan dengan alasan yang tepat. Bukan sekedar untuk pajangan di hotel rumah kantor dan sebagainya tapi makna dan manfaat yang berarti  bagi pembeli secara pribadi.

“aku tidak akan pernah menjualnya”

“kenapa?”

“Hanya tidak ingin dan lebih tepatnya pembeliku hanya akan menjadikan pajangan saja dan sangat tidak pantas untuk karya yang membuat hidupku berubah. Kau tau kan maksudku soojung?” sambil merebahkan badannya di atas sofa yang dari pagi sudah pegal-pegal.

“iya aku paham kau bahkan tidak hanya menyukai hasil jepretan mu ato karyamu saja tapi orangnya. Serasa ia hidup”

“hmm..”

“segeralah cari lagi, Yang kau potret manusia kan jadi dia pasti masih ada entah di belahan dunia mana. Kecuali di sudah meninggal”

“hush kalo ngomong!!mulutnya yaaa!!!” Sambil melempar bantal ke muka soojung.

“aku pasti bantu koq dalam doa ya…” sojung ngakak sambil godain seola

“yaaakk!!” Seola uda siap nampol sojung pakek sendal.

--

SNOW IN SEOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang