.
.
.
.
.*****
Io sudah diperbolehkan pulang sekarang, lihat saja penampilan nya membuat semua yang melihatnya sampai menggigit jari menahan gemas. Bagaimana tidak Io mengenakan hoodie kebesaran milik Alex, karena tidak sempat menyiapkan baju ukuran pas buat Io. Terlalu senang, karena Io akan tinggal bersama mereka.
"Aban..! Becal cekali ini na" Tujuk Io sambil merentangkan tangannya agar Alex bisa melihat penampilannya.
"Aban !! Liat Hiks...tanan Io ilang Aban hiks.."
Sungguh Frans yang sejak tadi menahan diri untuk tidak mencubit pipi gembul yang sekarang dialiri air mata itu. Langsung saja menggendong ala koala dan mencium brutal seluruh wajah mungil itu.
"Ctop..ctop..Diddy..Io bacah..hiks..Aban olong Io..hiks Diddy nakal..Aban..!!" Hadeh bukannya menenangkan Frans malah menambah rusuh saja.
Merasa jengah melihat tingkah sang Daddy, Alex pun merebut Io dari terkaman singa abal-abal itu.
"Ayo Baby kita lari sebelum monster nya mengamuk, peluk Abang yang erat Baby !" Dengan kekuatan penuh Alex memeluk erat tubuh mungil Io, kemudian berlari keluar menuju mobil yang sudah menunggu.
"Aaa...!! Aban ayo lali monctel na di belakang...Aaa !!" Jerit Io menanggapi drama sang Abang.
"Dasar tampan begini dibilang monster" Frans mendengus melihat tingkah baru putra ketiganya itu, tapi ia senang akhirnya Alex mau mengutarakan perasaannya saat bersama bungsu kecilnya.
Tidak mau berlama-lama Frans kemudian menyusul kedua putranya yang sudah lebih dulu keluar meninggalkan nya.
Yang menanyakan Damian, ia sedang sibuk dengan pasien-pasiennya sekarang.
Tiba diparkiran, Frans menemukan keduanya sudah duduk manis dengan Io dipangkuan Alex. Mereka duduk dikursi belakang.
"Mari Tuan" Ucap supir membuka pintu bagian depan, tapi dihentikan oleh Frans.
"Dibelakang !"
Mendengar itu dengan sigap sang supir langsung menuruti keinginan Tuan nya. Frans langsung masuk dan memposisikan duduknya agar nyaman. Merasa sudah nyaman, dibawanya tubuh Io ke pangkuannya dan disandarkan kepala Io ke dadanya.
Alex yang hendak protes pun mengurungkan niatnya, melihat Io yang sudah nyaman diposisi itu, ia jadi tidak tega untuk merebutnya kembali.
"Jalan !"
.
.
.
Terbangun dari tidurnya, Verro keluar berniat mengambil minum kebawah. Namun yang ia dapati, para pelayan terlihat sangat sibuk menyiapkan sesuatu.
"Ada Apa ?" Tanyanya pada pelayan yang lewat.
"Begini Tuan muda, Tuan besar memerintahkan untuk membersihkan kamar disamping kamar Tuan besar dan bersiap-siap akan kedatangan seseorang, hanya itu Tuan muda" Jelas pelayan itu terus menundukkan wajahnya karena tidak berani menatap wajah datar yang sialnya tampan itu.
"Hm"
Mendengar itu segera pelayan itu kembali mengerjakan pekerjaan nya.
Dalam pikiran nya Verro bertanya-tanya siapa yang akan datang, Daddy nya belum mengatakan apa pun padanya. Atau mungkin saja rekan kerja sang Daddy yang akan menginap pikirnya.
Namum untuk lebih pasti, akan ia lihat nanti saja, saat Daddy nya tiba dengan orang itu.
Verro pun melanjutkan jalannya menuju area dapur. Setelah menyelesaikan keinginannya Verro hendak kembali ke kamar, namun langkahnya terhenti saat mendengar pelayan mengatakan sang Daddy telah tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yulio
Short StoryYulio si kecil berusia 4th, tubuh kecil nya selalu ia bawah berkeliling ditengah terik panas matahari. Tidak ada kata lelah, yang ia tahu dirinya harus mengumpulkan barang bekas untuk dijadikan uang. Apa jadinya jika si kecil diangkat menjadi anggo...