30.00

12K 956 20
                                    

.
.
.
.
.
.
.

*****

Io sekarang sudah berada sangat jauh dari kediaman Axsaver. Berjalan tak tentu arah, hingga langkah kaki kecil itu berhenti didepan sebuah Restoran mewah yang begitu terkenal. Entah bagaimana caranya hingga Io tiba ditempat itu.

Memandang ke arah kaca tembus pandang besar dihadapannya, membuat Io dapat melihat semua interaksi didalam.

Krukkk....!

Perut gembul itu bahkan sudah lapar minta diisi. Melihat banyak makanan yang disajikan diatas meja didekat kaca, membuat Io lapar.

"Io mau mamam.." lirihnya sambil terus menatap ke dalam Restoran itu.

"Hiks.. mau Diddy hiks.. mau puyang uga hiks.. Io ndak mau dicini.." Cicit Io menundukkan wajahnya sedih.

"Hiks.. Aban Io dicini.. hiks.."

Io begitu takut sekarang, ia takut tidak akan bertemu lagi dengan keluarga nya. Mencoba menahan suara tangis nya agar tidak terdengar, Io membekap mulut kecilnya takut mengganggu ketenangan orang-orang disana.

Didepan Restoran itu juga terlihat makin banyak orang berlalu lalang keluar masuk Restoran.

Tubuh Io yang kecil membuat orang tidak menyadari kehadirannya, hal itu membuat Io terdorong hingga jatuh terduduk tanpa ada yang menolongnya.

"Hiks.."

"Angan centu Io.. hiks.. cakit.. angan injak tanan Io hiks.."

Tangan kecilnya bahkan sempat terinjak oleh orang yang lewat. Semakin memepetkan dirinya kedinding dengan kedua tangan kecilnya yang berusaha melindungi kepalanya.

Tak.. tak.. tak..

Terdengar langkah yang mendekat kearah, dan suara bising dari orang yang berlalu lalang tadi pun seketika hening.

Merasa usapan lembut di kepalanya, membuat Io mengangkat kepalanya dari tempat persembunyian nya.

"Hiks.."

Satu kata yzng yang menggambarkan suasana hati Io sekarang yaitu takut. Ya Io takut saat melihat banyaknya orang berbaju hitam yang mengelilingi dirinya dan orang didepanya ini. Ditambah puluhan mata yang begitu penasaran juga menatap kearah mereka.

"Hiks.. ciapa..?" Dengan nada bergetar menahan tangis Io bertanya pada orang didepanya.

Sedangkan untuk orang didepannya, saat melihat ada anak kecil yang duduk didepan Restoran tempatnya makan siang. Ia merasa tidak asing dengan wajah anak itu dan saat tiba didepan anak itu, akhirnya ia tahu siapa anak didepannya ini.

Dengan lembut ia mengusap rambut halus itu, dan ketika matanya bertatapan langsung dengan mata bulat sayu itu, ia terpaku sejenak merasa terpesona dengan anak didepannya ini.

Hingga suara cadel anak itu berhasil menyadarkan kembali dirinya.

"Kenapa disini hm..?" Tanyanya dengan ekspresi datar, tapi masih terdapat kelembutan didalam nya.

"Hiks.. Io telcecat.. mau puyang hiks.. ndk cuka dicini.. hiks.. hiks.. Io mau Diddy Huaaa..!" Tanpa bisa ditahan lagi, akhirnya tangis itu pecah juga.

"Syuttt.. jangan menangis hm.." mengusap lembut pipi gembul Io yang penuh air mata dengan ujung ibu jarinya.

"Eum.. hiks.. tapi Io mau puyang" Ujarnya.

Io tidak mengenali orang didepanya, dalam pikiran nya ia hanya ingin pulang dan bertemu kembali dengan Daddy nya.

"Kemarilah..!" Panggilnya, berharap Io masuk dalam pelukkannya.

YulioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang