Bab 10

280 48 106
                                    

Have a nice one ❤️

 Trenz melonggarkan dasinya kasar. Demi apapun dia sangat ingin mengurung Lotus di dalam peti mumi. Membiarkannya disana sampai berpuluh-puluh tahun. Membuatnya mengeluarkan tangisan putus asa, menyesal atas gangguan yang sudah dia perbuat.

Melangkah ke ruangan khususnya. Ruangan yang tidak boleh dimasuki siapapun selain dirinya.

Menggunakan sarung tangan bersiap memukul samsak. Dia akan memukul berkali-kali lipat daripada baisanya saat Lotus membuat masalah dan memberinya gangguan. Dia akan menempelkan foto Lotus berukuran 4x4 di samsak sucinya, dan memukulnya sekuat tenaga sebagai Ritual untuk meredakan emosi yang meluap.

"Lotus!" Memukul. "Sialan!" Menendang. "Cewek gila!" Memukul.

Tapi bukannya mereda, kali ini kemarahannya malah semakin menjadi. Sekolah, itu sangat memalukan. Harga dirinya tergores. Nama baiknya hancur.

"Orang mesum?"

"Gue? Mesum?"

"Bangsat!"

Meskipun reaksi orang-orang tidak percaya dan menganggapnya kesalahan. Tapi, tentang dirinya yang lari berkeliling lapangan seperti orang gila pasti akan terus ada diingatan mereka dan itu berkat ulah Lotus.

"Bangsat!" Memukulnya sangat kencang sampai-sampai lengannya terasa sakit.

Sudah dipastikan Trenz akan membalasnya. Ada rencana yang sudah terlintas dibenaknya, memanfaatkan rasa suka Lotus terhadapnya. Meski dia belum yakin, tapi dia akan menyusun rencananya dengan paling hati-hati. Rencana yang pasti akan diterima suka rela oleh gadis itu.

"Lotus!"

Suara dering ponselnya menghentikan ritualnya. Dengan nafas terengah dan kesal dia mengangkatnya.

"Apa Vin?" tanyanya sambil menyugar rambut yang basah karena keringat.

Davin- temannya yang satu kelas tapi jarang masuk karena kegiatan ice skating, dia seorang professional. "Gue punya foto lo," ungkapnya.

Trenz meminum air botolnya. Mengerut tak paham. "Foto? "

Di sebrang Davin tersenyum nakal. "Itu loh..... lo olahraga keliling lapangan sambil gunain hal-hal nyentrik. Lo tuh emang beda ya! Gokil banget. Jadinya gue agak bangga nih."

Di detik itu Trenz mengerti. "Kirim foto itu sekarang!"

"Enggak! Nanti aja!"

"Lo lagi main-main? Kirim sekarang juga! Entah itu foto bagaimana, siapa yang ngirimnya? Lo masih di Jepang!"

Davin menguap pura-pura mengantuk. "Disini udah malam, gue harus istirahat. Pelatih gue udah melototin nih, dah Trenz!" Setelahnya dia mematikan ponselnya agar tidak bisa dihubungi Trenz.

"Hallo? Woy? Vin? Davin?!" Trenz manatap layarnya yang menampilkan sambungan sudah terputus. "Sial!"

oOo

Langit sudah berubah menjadi gelap. Basemen yang dijadikan base camp oleh geng Devil Flower terlihat terang oleh lampu. Semua anggota hadir bersama dua laki-laki. Banyak botol alkohol dan makanan ringan yang ada di atas meja.

"Kita mau biarin dia gitu aja?" Mata Rata mengibarkan permusuhan.

"Gue udah capek banget bersihin lapangan sekolah!" keluh Vira.

"Dia menyebalkan!" ungkap Rifa. "Maaf.. ini gara-gara aku." Sebenarnya di geng ini hanya dia yang paling lemah.

"Dia yang bikin masalah ke kita!" tandas Rakela.

TRANSMIGRASI? NOVEL? ENGGAK!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang