Bab 4

306 44 105
                                    

HY, APA KABAR? KAGET GAK? NIATNYA MAU DUA KALI SEMINGGU, TAPI YA SUDAHLAH. LEBIH CEPAT LEBIH BAIK 😂

JANGAN LUPA YA KASIH TANDA KALO ADA YANG TYPO ATAU KALIMAT ENGGAK NYAMBUNG.

SELAMAT MEMBACA

______

Kening Nadine mengerut, merasakan ketidaknyaman. Membuka mata, melihat sekeliling kamar... ini kamarnya.

"Wahhhh..." syoknya.

"Anjir.... Ini kamar gue, kan?" Nadine berdiri memastikan bahwa dia tidak salah. "Beneran ini kamar gue! Gue gak salah, kan?" "

Dia bersorak sukacita. "Akhirnya gue bangun dari mimpi itu! Akhirnya gue gak jadi Lotus lagi!"

"Inilah kenyataannya! Gue akhirnya kembali!"

Untuk memastikan Nadine menampar dirinya dengan karas. Tapi, dia tidak merasakan apa-apa.

"Kenapa gak sakit?"

"Karena ini hanyalah mimpi," ucap seseorang.

Nadine menoleh dan melihat Lotus yang tengah tersenyum.

"Nadine, ini mimpi. Bangun, tolong aku."

Kedua mata itu terbuka. Nafasnya tersengal dan dia basah oleh keringat.

Nadine menyandarkan tubuhnya dan memegang kepalanya yang terasa pening. "Sialan!"

Melihat keadaan kamar asing yang redup. "Inilah kenyataannya."

"Nadine, ayo jalani dulu agar cepat kembali."

Akhirnya dia siap untuk berangkat ke sekolah. Pada dasarnya Lotus memang cantik, dia memiliki wajah polos tanpa harus dibuat-buat. Nadine memberikan sentuhan tangannya kepada wajah itu. Hasilnya dia puas. Tidak seperti kemarin, bahkan mengingatnya saja dia tak sanggup, karena memang mengerikan.

Nadine melihat isi tasnya. Ada ponsel yang sama sekali belum dia ulik. Kemarin dia ketiduran total.

Tidak ada pesan masuk dan tidak banyak nomer, hidupnya benar-benar sepi.

Dia keluar dari kamar sambil memainkan poselnya. "Ayo lihat galeri."

Tapi, ponselnya terjatuh karena dia menubruk seseorang.

"Hey!" Suara dingin memenuhi telinganya. Nadine tahu siapa dia.

"Ini masih pagi dan lo udah bikin hal bodoh."

Nadine mengerutkan keningnya. Bukannya dia berlebihan?

"Sialan!" desisnya lalu menendang ponsel tak bersalah itu hingga terjun ke lantai satu.

"Woy!" teriak Nadine. Dengan cepat dia turun dan mengambil ponselnya yang untungnya masih hidup, meski retak.

Menatap berang ke arah Lokus yang dengan tenangnya hanya mengambil roti yang sudah disiapkan dan langsung pergi begitu saja.

"Sialan! Dasar bocah tantrum!!!"

"Nona?" Nadine menoleh.

"Ada apa?" tanyanya. Sepertinya dia pengurus rumah disini.

"Bi! Sebenarnya dia siapa sih? Dia kenapa sih?" sebalnya.

Meski kebingungan Bibi tetap menjawabnya. "Apa maksudnya tuan muda Lokus? Tentu saja, dia kembaran Nona."

oOo

Selama setengah jam ini mereka dengan teliti membersihkan lapangan indoor. Tapi tidak dengan Nadine. Dia kebanyakan mengeluh, mendengar dan bertanya.

TRANSMIGRASI? NOVEL? ENGGAK!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang