Bab 9

221 41 79
                                    

Hallo?

Aku harap cerita ini bisa menghibur kamu ❤️(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

______

Nadine tidak sabar menunggu hari minggu. Sudah menghayal jika setelah mengabulkan harapan-harapan Lotus, dia akan segera kembali ke dunianya. Ketika dia kembali, dia akan memeluk Kenaka dan memberikan knock out atas sumpahnya yang menjadi kenyataan.

Karena pelajaran olahraga dibebaskan, Nadine lebih memilih pergi ke perpustakaan daripada diam di lapangan atau di kantin. Alasannya, dia ingin keluar dari sekolah tepat waktu. Sore ini dia ingin keliling sekitaran kota. Dia ingin melihat-lihat dan menikmati main sama seperti saat dia sekolah dulu, atau bisa dibilang me time.

Setibanya disana, dia disapa oleh penjaga perpustakaan dan melihat beberapa murid yang tengah belajar mandiri karena guru mereka berhalangan hadir.

“List yang harus dipisah hari ini gak sebanyak kemarin,” gumamnya.

Nadine, mendorong troli bukunya. Mencari buku sesuai nomer seri, judul buku, dan genrenya.

Hanya ada 36 buku yang harus dicari. Meski sudah melakukannya beberapa kali, Nadine masih suka lupa bagian-bagian tiap rak.

Di tiap rak pasti ada murid yang tengah mencari buku. Saat mereka tidak sengaja memiliki tujuan di rak yang sama, secara beraturan mereka akan mundur dan menjauh. Agak kesal, tapi itu bukan masalah, dia hanya ingin segera menyelesaikannya.

Waktu menunjukkan bahwa sebentar lagi akan istirahat. Sedangkan masih ada 10 buku lagi yang harus dia cari.
Nadine menuju rak tentang buku politik dan hukum, buku yang berat. Rak yang sama sekali belum dia sentuh hari ini dan jarang di datangi murid.

Ternyata disana sudah ada seseorang. Lelaki itu memberikan mimik muka sedatar mungkin, padahal nyatanya sangat terkejut.

Ada yang mencolok di buku yang dipegangnya, sampulnya berwarna-warni. Nadine menyipitkan matanya, mencoba mencari tahunya. Dan setelahnya, dia melebarkan matanya, mengernyit, memberikan mimik muka jijik.

“Itu….” tunjuk Nadine.

Trenz menggelengkan kepala. Ini bukan miliknya. Dia tak sengaja menemukannya saat mencari buku tentang Politik dan Sosial. Tapi, dia membeku.

“Itu… majalah porno?”

“Bukan.. maksudnya-“

“MESUM!” teriak Nadine. “Ngapain lo bawa-bawa itu ke sekolah? DASAR MESUM!”

Jelas teriakannya mengundang penasaran banyak murid. Bahkan Bu Ratna selaku Penjaga Perpustakaan mendatanginya.

“Ada apa?”

Kembali menunjuk ke arah Trenz. “Dia mesum! Bawa-bawa majalah porno. Pasti rak ini jadi markas mesumnya!” Nadine masih memberikan kernyitan jijik.

Banyak pasang mata yang melihatnya tak percaya. Mana mungkin? Masalahnya ini Trenz bukan orang lain.

“Ini salah paham,” bela Trenz.

“Salah paham apanya? Jelas gue lihat mata lo bergetar terkejut meski tampang lo datar.” Ternyata pemeran utama novel ini mesum.

Mulutnya setengah menutup, Trenz tak habis pikir dengan kejelian matanya. Tapi, ini memang kesalahpahaman. Berdecak, apa ini salah satu cara baru yang sedang dimainkan Lotus untuk menarik perhatiannya? Ini keterlaluan. Jelas, mulai sekarang dia akan dikenal sebagai orang mesum.

“Ini salah paham!” tekannya.

“Berikan majalah itu kepada saya,” perintah Bu Ratna.

Trenz menghela nafas kesal. Trenz menatap tajam ke arah Nadine.

TRANSMIGRASI? NOVEL? ENGGAK!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang