Hallo... apa kabar?
Semoga sehat selalu ya.... jangan lupa tinggalkan jejaknya :)
Have a nive one ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
__________________
"Lotus!" Sambil melihat ke arah cermin. "Gue gak tahu lo bakal tahu apa enggak. Tapi, sekarang gue akan memulai mengabulkan harapan lo."
Selama membaca buku diary itu, Nadine baru menemukan 2 hal yang diharapkan Lotus. Pertama, Sunflower Happiness. Kedua, menghabiskan ramen level hot lava. Harapan itu sangatlah gampang untuk dilakukan olehnya.
Menurut informasi di buku itu, Lotus tidak pernah berhasil memakannya. Paling banyak yang bisa dia telan hanya 3 suapan saja.
"Ternyata ada alasan lain kenapa gue masuk ke tubuh lo. Hot lava atau apalah itu gue jabanin. Omongan tetangga pedesnya ngalahin cabe rawit satu ton aja i'm fine, i'm gwencanha. Lo berutung banget Lotus."
Nadine keluar kamarnya sambil mengecek pesan dari grup. Ada pesan masuk juga dari Lexux. Lelaki itu jadi ikut karena dia dibolehkan untuk bergabung.
Informasi yang diberikan di grup adalah mereka akan menggunakan motor untuk pergi ke sana. Omong-omong karena dia tidak punya motor, alhasil dia akan dibonceng oleh Aice. Meski, nyatanya lelaki itu menyetujui dengan helaan nafas berat.
"Nona, mau ke mana?" tanya Bibi yang sedang menyiapkan sarapan. Benar, dia agak sedikit lapar.
"Bi, ada roti tawar?"
"Ada Nona. Mau?"
Nadine mengangguk. "Mau 3 dong."
Setelahnya Bibi kembali dengan membawa permintaannya. "Tapi, hari ini gak jadi bikin cookies? Biasanya Nona suka bikin pas sudah sarapan. Tapi, mau diganti jam saja? Jadi Sore? Biar nanti seperti biasa saya siapin bahan-bahannya."
Eh?
"Aku bikin itu?"
Bibi mengangguk ragu, kebingungan. "Nona lupa? Padahal itu rutinitas Nona setiap hari minggu. Membuat cookies untuk Pak Harold."
Di buku diary nya belum ada informasi tentang itu. "Apa Papah suka memakannya?"
Bibi agak terdiam. "Nona tahu sendiri, Pak Harold tidak pernah memakannya."
"Kenapa dia terus bikin sih? Ujung-ujugnya gak dimakan, kan," bisiknya.
"Ya?"
Nadine menggeleng. "Lupain soal cookies. Mulai hari ini aku enggak bikin itu lagi." Tersenyum. "Kalo gitu aku pergi ya Bi."
Nadine berjalan ke arah gerbang mengabaikan Lokus yang sedang berada di luar - memanaskan mobilnya.
Lokus melihatnya bertanya-tanya ke mana gadis itu akan pergi. "Apaan coba," gumamnya saat melihat kembarannya mendelikkan mata.
Sedikit membuka mulutnya, ragu untuk memanggil.
Ahhh terserah!
"Mau ke mana lo?' teriak Lokus.
"Lotus!" Saat dia mengabaikannya. "Hey!" teriaknya emosi.
Berdecak dan berbalik. "Apa?!" sungutnya ngegas. "Apa peduli lo?"
Lokus tergagap. Hidungnya berkerut tanda berpikir. "I- it-" Sialan! Lokus tak bisa.
"Kenapa?"
"Lo mau ke mana?" Akhirnya keluar juga dari mulutnya. Akan tetapi, kenapa dia harus melakukan ini? Kenapa? Lokus bertanya-tanya atas tindaknnya yang refleks.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI? NOVEL? ENGGAK!!
Teen FictionNamanya Nadine, si perempuan yang gak suka dipanggil tomboy. Perempuan yang mengaku cewek banget alias feminim tapi suka bertindak kasar. Perempuan yang tidak terlalu suka tentang hal-hal berbau fantasi. Di usianya yang akan menginjak 26 Tahun, Nad...