44. Perlahan Membaik

15K 1.7K 546
                                    

Haii Guysss
Jangan lupa VOTE dan KOMEN ya!!
Semoga kalian suka
Awas Typo!!!

Haii GuysssJangan lupa VOTE dan KOMEN ya!!Semoga kalian sukaAwas Typo!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Previously

Aska menghembuskan napas lega. Dia berniat memarahi Vian dan Varo karena hampir membahayakan Varel tapi perhatiannya teralihkan oleh wajah kaku serta kaget si kembar.

"Ada apa?"

"Ba..ng A..res," gagap Varo dengan wajah pucat.

Aska sungguh di buat kaget melihat mata melotot dan mulut Ares yang terbuka lebar sembari menahan bagian depan sepeda. Wajahnya benar-benar memutih seperti tidak di aliri darah. Hilang sudah wajah datar dan cool saudaranya itu.

PUK

"Panggil Paman Dylan!! 'Masa depan' Ares dalam keadaan kritiss," Aska menepuk pundak Vian sedikit keras.

🧸🧸🧸

Bagian 43

"Aduh, Bang Ares baik-baik aja, kan? Gue takut. Nanti kalo Bang Alan tau, pasti kita bakal kena bacok, Bang." Varo bergerak gelisah di tempat. Pikirannya sedang bercabang memikirkan kemungkinan-kemungkinan apa saja yang akan diterima mereka jika Alan sampai mengetahui adik kesayangannya celaka karena ulah mereka.

Vian hanya menghela napas berat. Memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Varo. Jika ditanya dia takut atau tidak, maka jawabannya adalah dia takut, sangat takut. Tapi, berkilah pun percuma. Pada akhirnya, Alan akan tahu kebenarannya dari Ares.

Vian beralih pada Varel yang sedari tadi berdiri di depan pintu kamar Ares sembari menempelkan daun telinganya ke badan pintu. Mencoba mencuri dengar percakapan di antara Dylan dan Ares. Sudut bibir Vian reflek tertarik ke atas. Varo melewatkan tingkah lucu di depannya akibat terlalu fokus pada masalah.

Adiknya ini terlalu lucu sampai dia ingin menyimpannya untuk dirinya sendiri. Wajah imut itu terlihat serius. Hidung bangirnya mengerut dengan bola mata yang bergerak penasaran. Kedua telapak tangan kecilnya menempel di dinding kamar, mengingatkan Vian pada seekor cicak.

"Varel mendengar sesuatu?"

Dengan wajah cemberut, Varel menggeleng. Hei, anak itu juga mendengus pelan, mungkin kesal karena usahanya sia-sia. Vian tidak tahu siapa yang mengajari adik bungsu mereka melakukan itu.

"Ndak ada cuala. Tapi, tadi Lel dengal Bang Alesh teliak 'Pamaaan'," timpal Varel serius, mengikuti suara teriakan Ares yang memang sempat terdengar beberapa saat lalu.

Varo ternyata juga ikut memerhatikan Varel hingga akhirnya dia melupakan kekhawatirannya dan memeluk gumpalan lemak tersebut.

"Kenapa Baby Varelku ini sangat imutt, hmmm?" ucap Varo kelewat gemas.

VAREL (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang