persiapan

11 8 0
                                    

Malam tiba, Aura mulai mempersiapkan barang yang akan ia bawa ke outbound. Skincare pun tak lupa ia bawa. Ekspresi kebingungan dan loading terkadang terpampang diwajahnya. Sesekali ia mematung ditengah kamarnya sembari berpikir. Sebuah teriakan terdengar menyebut sebuah nama.

"Auraaaa." Suara itu mamanya.

"Iyaa mah, sebentar." Aura meninggalkan tasnya yang baru terisi setengah lalu pergi menemui mamanya.

"Iya, kenapa mah?"

"Ini bawa lotion anti nyamuk, di hutan tuh banyak nyamuk. Mama ga mau nanti pulang-pulang kamu malah DBD." Ucap mama Aura khawatir.

"Iyaa, nanti Aura pake. Santai aja kali, Aura mah udah kebal." Ucap Aura.

"Ya elahh, kena lintah pas BBQ-an kemarin di danau aja kamu sampe demam. Lemah kamu tuhh." Ucap seorang lelaki yang duduk di sofa.

"Aak!." Aura berseru riang melihat seseorang yang duduk di sofa itu, Lalu menemuinya dan duduk di sofa.

"Aak kapan pulangnya, kok ga kabarin Aura. Aak cuti?" Ya, itu kakak Aura, namanya Renald. Kakaknya memang jarang dirumah karena kuliah.

"Emang harus bilang kamu ya? Aak kehabisan stok lauk, jadi pulang dulu minta masakin mama buat restok."Ucap Renald.

"Ihh ada maunya ternyata, awas aja cumi crispy aak bawa juga. ihh sana balik lagi ga usah kerumah."Geram Aura. Kemanjaannya itu hanya ia tampakkan pada kakak dan ayahnya. Jika ada lelaki lain yang bisa membuatnya manja, berarti orang itu selalu melesat dalam pikiran Aura. Tapi bukan Crush.

"Gajelas ni bocah. Itu ambil Roti'o kamu udah aak microwave tadi." Ucap Renald sambil memencet remot Tv.

"Wuahh, aak beli Roti'o buat Aura?!" Aura langsung angkat dan lari tanpa sepatah kata lagi untuk mengambil Roti favoritnya.

"Raa, ini juga obat mag kamu jangan sampe lupa." Ucap mama Aura lalu ia berdehem lalu memasukkan beberapa tablet pil itu ke kantong piyamanya. Ia pun kembali ke sofa untuk menikmati rotinya.

"Ra, kamu tau pantai di kecamatan sebelah kan. Yang kalo masuk tuh harus lewat hutan." Tanya Renald

"Ohh tauuu, seru tau selama perjalanan kesana. Ga kelihatan kayak hutan, soalnya rapi banget pepohonan nya. Jalannya cuman lurus aja, di sekeliling tuh pohon pinus tinggi-tinggi banget, sejuk lagi. Lumayan jauh sih, Soalnya pas perpisahan SMP Aura kesana." Jelas Aura teringat kenangan lamanya.

"Iya itu, tapi sekarang tuh pantainya ditutup." Ucap Renald.

"Ooo, iya tau kok. Kenapa tanya?" Aura heran kenapa kakaknya tiba-tiba membahas itu.

"Pas pulang tadi kakak liat ada yang nancepin bendera lambang sekolah kamu di simpang ke arah pantai itu. Bisa jadi kalian outbound Disana." Ucap Renald dengan pandangan yang tak teralihkan dari tv.

"Hah? Iyakah? Kalo jalan dari lapangan itu apa ga kejauhan kalo finish nya di pantai." Ucap Aura dengan nada malas.

"Apanya yang kejauhan? Emangnya berapa hari?"

"Tiga." Jawab Aura singkat.

"Cukup itu mah, ga jauh-jauh amat perasaan." Aura pun mendesis karena ucapan kakaknya.

"Kamu tau ga kenapa Pantai itu tiba-tiba ditutup?" Tanya Renald secara tiba-tiba.

"Kenapa?" Aura penasaran.

"Katanya dulu ada yang meninggal dan jadi Arwah penasaran, jadi setiap orang jalan ke pantai akan di teror. Jadi Karena itu akhirnya pantai itu ditutup." Ren menjelaskan secara serius tetapi adiknya hanya memberikan ekspresi datar.

"Ak, adek mu itu ga se-goblok itu ya. Kalo ada yang gak beres ga mungkin guru-guru milih tu tempat." Ucapnya dengan tegas walaupun terdapat rasa khawatir.

"Males ahh, adek gue udah ga bisa diajak bercanda." Ucap Renald.

"Ihhh pake Lo gue, ga sopan. Bilang sama mama kamu ya."

"Ya kamu juga kalo diluar pasti pake Lo gue."

"Ya ini kan dirumah, kalo aak ga mau ikut aturan dirumah ya pegi aja sono."

"AU ahh males, ke kamar aja lah. Males ngomong sama bocah tengil." Ucap Renald sembari melempar bantal sedari tadi ia pangku ke Aura lalu angkat dari sofanya dan berjalan menaiki anak tangga.

Aura shock dengan apa yang telah diperlakukan kakaknya itu. "Mama, aak sebut adek tengil." Teriak Aura, walaupun begitu sosok kakak selalu ia rindukan setiap ia pulang sekolah.

* * *

Aura sudah menyiapkan semua yang diperlukan didalam tasnya. Kini tasnya seperti akan meledak. Kapasitasnya sudah benar-benar penuh. Aura merasa bosan karena sedari tadi ia hanya scroll tiktok karena tak dapat tidur, selain itu ia sering teringat dengan perkataan kakaknya. Hingga ia berniat untuk menelpon Alin, berdering beberapa saat lalu panggilan itu diangkat.

"Hmm?" Alin berdehem, lalu keduanya hanya diam selama beberapa detik.

"Woee! Apaan?" Suara Alin yang keras keluar dari lubang speaker HP Aura.

"Ga tau bingung." Ucap Aura singkat.

"Ihh gajelas, yaudah gue tutup."

"Eh eh ehh, tunggu. Ya gue gabisa tidur, sama Ovt dikit." Ucap Aura memanyunkan bibirnya.

"Kenapa lagi ini, jangan-jangan mabok perjalanan ya Lo?." Ucap Alin.

"Ya kagak lah, kayak ga tau gue aja."

"Ya terus kenapa Aura Gelina Floraaa?" Ucap Alin dengan nada sedikit kesal.

"Jadi, kakak gue bilang pas di jalan pulang tadi dia liat ada yang nancepin bendera lambang sekolah kita di belokan arah ke pantai yang dulu tempat perpisahan kita pas SMP." Aura kini melontarkan kata-kata seriusnya, selain itu sangat terlihat jika ia sungguh takut.

"Lohh?? Bukannya tu pantai ditutup ya?" Ucap Alin.

"Ya makanya, gue Ovt soal itu. Mana kakak gue bilang kalo itu ditutup karena ada arwah penasaran." Ucap Aura sedikit berbisik ke HP nya.

"Yang beneerrr? affah iyaa? Gue emang penakut Ra, tapi ini kayak ga masuk akal. Yakali guru milih tempat horror. Tapi iyasihh hutann kan emang serem, tapi kita ini orangnya rame, jadi i think gakpapalah yaa. Nanti peluk gue ajaa."

"Linnn?"

"Paan?

"Sejak kapan Lo jadi bijak gini? Ini bukan kata-kata terakhir Lo kan?"

"Ingin sekali ku berkata kasar." Ucap Alin menghela nafasnya diikuti cengengesan dari Aura. Percakapan mereka berdua sungguh bermacam, dan tak jauh dari wacana untuk acara esok hari.

"Menurut Lo, hubungan Rima sama Bara apaan sih, kok mereka berdua kayak serius banget." Ucap Aura secara tiba-tiba mengalihkan topik.

"Iya bener-bener, pasti ada udang dibalik batu. Mana cewe Bara ikut-ikutan main lagi." Ucap Alin

"Menurut gue, Rima gak pernah serius deketin Bara, tapi dia selalu ngikutin Bara buat ngelupain masa lalunya aja. Dan Bara mau bantuin dia." Sambung Alin.

"Ini makin ga masuk akal lah, jadinya Rima kayak guna-gunain Bara dong. Ini Bara lohh Linn. BARA." Aura menegaskan.

"Dia gabakal mungkin mudah dipergunain, selain itu ceweknya kok ga mempermasalahkan itu kalo emang itu masalahnya, masa dia ga ngerasa di dua-in, malah setuju-setuju aja." Jelas Aura melanjutkan.

"Udahh lah Ra, yang penting nanti kalo ada masalah kayak gini lagi jangan ikut campur lagi dehh. Tidur aja yok." Ucap Alin dengan nada lemas. Hingga Aura pun mengiyakan lalu mematikan telepon, lanjut mematikan lampu.

Aura tetap saja tak bisa tidur, ia menatap langit-langit kamarnya dengan pikirannya yang penuh, tentang outbound dan Hubungan Rima dan Bara. Sebenernya Aura muak menjadi orang yang selalu Ovt, tapi ia tak bisa mengendalikan pikirannya sendiri, sampai akhirnya ia tertidur dengan sendirinya.



3 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang