Tak Ada yang Salah

27 9 4
                                    

Setelah kejadian dan kebingungan yang sementara itu, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Pembahasan kini berganti dengan perdebatan.

"Lagian kita masih di jalan setapak ini, ya ga bakal sesat lah." Ujar Haidar.

"Apa sesatnya pas nanjak yak?" Ucap Fuji.

"Ya kagak lahh, habis nanjak aja ada tanda panah kok. Jalannya udah pas ini, ya mungkin sekitar sini emang belum ada spesies yang lain." Jelas Valdy.

"Nahh itu, itu palang terakhir kali. Habis itu udah ga ada palang lain. Dan itu juga udah kemaren, Valdy." Tegas Alzar.

Baris mulai tak beraturan. Aura yang berada di bagian belakang sendirian berfikir keras apa Yang terjadi. Sebenarnya tak ada yang janggal, hanya saja perdebatan itu membuatnya ikut berfikir.

Drraaaawww....

Tubuhnya tiba-tiba mematung, bulu kuduknya berdiri, ia seperti telah melewati sesuatu. Jiwa dan raganya seperti akan terpisah, rasanya seperti musim dingin melewati tubuhnya sekejap mata.

"Apa itu tadi?" Gumamnya heran, ia kembali lanjutkan jalannya dengan perlahan.

Ia ingin sekali kembali melihat kebelakang, tapi ada rasa takut dibenaknya. Hingga hentakan kaki itu pun terhenti, badan Aura pun berputar kebelakang. Dilihatnya sebuah batang spiral yang memiliki ukuran yang sangat besar di atasnya.

Itu batang yang sedari tadi ada disekitar mereka. Batang menjalar itu merambat dari pohon satu ke pohon disebelah nya, hingga membentuk setengah lingkaran. Dan mereka semua melewati diantara pepohonan itu.

Kebingungan kembali meraung di otaknya, pikirannya hanya dua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kebingungan kembali meraung di otaknya, pikirannya hanya dua. Antara akan memasuki kawasan yang dipenuhi spesies atau mereka akan benar-benar tersesat. Sesekali ia berfikir apa yang di katakan kakaknya, apakah mereka akan diculik makhluk halus atau sebagainya. Masalahnya hanya ia yang menyadari hal itu.

"Woee, Aura. Ayo cepetan, bengong aja!" Seru Alin.

"Ehhh ehh iya, tunggu." Lamunan itu pun terhenti, ia berlari menyusul rombongan.

Aura kembali dengan lamunannya, sembari terus menerus menggosok-gosokkan bahunya yang ditutup-tutupi Hoodie secara berulang-ulang seperti orang kedinginan. Lamunan tersebut membuatnya sadar sesuatu, jika mereka sedari tadi diikuti.

"Guys, guyyyss!!" Ucapnya dengan keras, kini semuanya berhenti dan mata yang tertuju pada Aura.

"Maaf kalo lancang, Keknya dari tadi kita diikutin deh." Ucap Aura sedikit perlahan.

"Ngaco, Lo doang kali. Jangan macem-macem deh kalo ngomong." Ucap Talita terlihat ketakutan.

"Takut Lo hah? Ututu, induk macan ternyata bisa takut." Goda Alzar, satu cubitan Talita pun mendarat di pinggang Alzar.

"Jujur, gue juga. Tapi udah ayo lanjut jalan aja." Ucap Ryu.

"Capybara kali ya ngikutin kita. Bolehlah ketemu masBro." Ujar Valdy sembari tertawa kecil.

3 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang